- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
8 Fakta dan Misteri Gunung Raung yang Dipercaya Masyarakat


TS
dewavvip
8 Fakta dan Misteri Gunung Raung yang Dipercaya Masyarakat
8 Fakta dan Misteri Gunung Raung yang Dipercaya Masyarakat

Quote:
GUNUNG RAUNG – Selain terdiri dari ribuan pulau, Indonesia juga terdiri dari ribuan pegunungan. Pegunungan tersebut diantaranya adalah gunung mati dan sebagian gunung berapi yang masih aktif. Salah satu gunung berapi aktif itu adalah gunung Raung.
Gunung Raung merupakan gunung berapi kerucut yang terdapat di ujung timur Pulau Jawa, Indonesia. Secara letak administratif, lokasi kawasan gunung raung termasuk dalam area wilayah 3 kabupaten di Besuki, Jawa Timur. Lokasi kabupaten yang termasuk didalamnya yaitu Jember, Banyuwangi serta Bondowoso.
Selain menyimpan magma panas, gunung Raung juga menyimpan beberapa fakta dan misteri yang masih dipercaya masyarakat. Beberapa fakta dan misteri tersebut bahkan cukup membuat bulu kuduk merinding. Seperti apa fakta dan misteri tersebut? Berikut diantaranya.
Quote:
- Deretan Anak Pegunungan Ijen
Secara letak geografis Gunung Raung berada dalam kawasan komplek pegunungan Ijen dan menjadi puncak tertinggi dari deretan pegunungan yang ada di sekitarnya.
Jika kita hitung dari titik paling tinggi, Gunung Raung adalah gunung tertinggi nomor 2 di Jawa Timur sesudah Gunung Semeru. Gunung raung juga masuk dalam gunung tertinggi urutan nomor 4 di Pulau Jawa.
Kaldera Gunung Raung juga termasuk dalam kaldera kering yang terbesar di Pulau Jawa dan terbesar nomor 2 di INdonesia sesudah Gunung Tambora yang berlokasi di Nusa Tenggara Barat.
Gunung raung memiliki empat titik puncak yaitu puncak bendera, puncak 17, puncak tusuk gigi dan puncak yang paling tinggi adalah puncak sejati yang mempunyai ketinggian 3.344 m dpl.
Ada beberapa anak pegunungan Ijen lainnya di Gunung raung yaitu Gunung Suket, Gunung Pendil, Gunung Rante, Gunung Merapi, Gunung Remuk dan juga Kawah Ijen.
Berdasarkan pusat kajian bencana gunung berapi, Gunung Raung sempat mengeluarkan suara gemuruh dan dentuman keras terdengar sampai 20 Km. Bahkan kabar terakhir menyebutkan bahwa kondisi sedang dalam keadaan waspada.
- Tempat Wisata Alam yang Cukup Populer
Gunung raung juga sangat populer di kalangan para wisatawan lokal, khususnya daerah Malang. Bukan hanya sekedar melihat kawah namun juga emandangan alamnya sanggup memukau mata. Jika tidak dalam keadaan waspada maka banyak wisatawan mengunjungi gunung Raung.
Namun jika dalam keadaan waspada bahkan awas maka bisanya tempat ini di tutup. Pengumuman bisanya disampaikan melalui pos pembelian tiket atau bahkan di kantor desa terdekat. Biasanya para wisatawan yang terlanjur datang akan menginap dan menikmati keakraban masyarakat di sekitar Raung.
- Kaldera yang Unik dan menajubkan
Gunung Raung mempunyai Kaldera yang berbentuk elips sedalam 500 M. Kaldera itu masih aktif dan mengeluarkan asap dan api. Bahkan tinggi semburan asap mencapai 100 M dengan betuk megerucut ke atas.
Biasanya kaldera ersebut juga dijadikan tujuan destinasi wisata gunung raung. Selain itu jika sampai di puncaknya maka akan terlihat beberaa puncak kecil yang sangat indah di sana. Sangat menakjubkan jika datang di saat menjelang senja sekitar pukul tiga atau empat sore.
- Banyak Tempat Wingit dan Angker
Hampir sama dengan cerita gunung kebanyakan, raung juga memiliki tempat angker yang misterius. Beberapa diantaranya bahkan memiliki nama yang amat seram. Beberapa diantaranya adalah Pondok Sumur, Pondok Dhemit (pondok hantu), Pondok Mayit (pondok mayat) dan Pondok Angin. Tempat tersebut masih kental dengan kisah mistis tersendiri.
Salah satunya adalah Pondok Sumur merupakan tempat pertapaan seorang pertapa sangat sakti dari Gresik, Jawa Timur. Menurut kepercayaan masyarakat, pertapa dan sumurnya hingga kini masih ada namun tak terlihat. Bahkan beberapa orang sering mendengar ada suara derap kaki kuda di sana.
- Singgahsana Kerajaan Macan Putih
Selain kisah mistis mengenai tempat-tempat di sana, ada kisah legenda misteri yang dipercaya di Raung. Masyarakat sekitar meyakini bahwa dahulunya kaldera di Raung dan juga perbukitan di sana merupakan kerajaan dari Macan Putih.
Bahkan singgasana kerajaannya tepat berada di atas kaldera itu. Kabarnya kerajaan Macan Putih muncul saat Raung meletus di tahun 1638 silam.
Kerajaan Macan Putih berpusat di puncak Gunung Raung. Menurut kepercayaan yang dianut masyarakat sekitar, kerajaan tersebut kini dipimpin oleh seorang raja kharismatik dan penuh wibawa bernama Pangeran Tawangulun. Beberapa sumber menyebutkan bahwa pangeran tersebut masih trah keturunan dari raja-raja Majapahit lampau
- Suara Misteri Terdengar Setiap malam Jum'at
Hingga kini misteri yang satu ini masih sulit diterima oleh nalar dan akal sehat. Bagaimana tidak, setiap malam jum’at sering terdengar suara mistis di sekitar gunung Raung. Suara mistis tersebut berasal dari sekitar pertapaan dan kaldera serta uncak gunung Raung.
Suara tersebut terdengar seperti derap kuda yang amat jelas terdengar. Kabarnya itu adalah suara kereta kencana sang permaisuri pangeran Tawanggulun yang sedang mengnjungi kerajaannya. Hingga saat ini misteri tersebut masih diyakini oleh masyarakat di sekitar gunung Raung.
- Sejarah Letusan Gunung Raung
Letusan yang dihasilkan oleh Gunung raung yaitu memiliki jenis letusan Strombolian, yaitu letusan kecil namun terus menerus mengeluarkan pijar. Gunung raung juga mempunyai sistem kawah terbuka yang bisa menyebabkan lava pijar.
Maka lava yang dihasilkan oleh gunung akan kembali ke dalam kawah dan mempunyai kemungkinan yang sangat kecil bisa meluber keluar kaldera.
Aktivitas Gunung Raung dua pekan terakhir menunjukan peningkatan dan kini statusnya siaga. Gunung setinggi 3.332 mdpl itu memiliki sejarah kelam rentang 5 abad terakhir. Letusan Gunung Raung pernah menimbulkan bencana besar.
Dari data Pos Pemantau Gunung Api Raung di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Gunung Raung meletus kali pertama tahun 1586. Letusan pertama tersebut tercatat sebagai letusan hebat. Mengakibatkan wilayah disekitarnya rusak dan memakan korban jiwa.
Sebelas tahun kemudian, atau pada tahun 1597 Gunung dengan nama lain Gunung Rawon itu meletus lagi. Letusan kedua sama hebatnya dengan letusan pertama. Letusan hebat tersebut kembali memakan korban jiwa.
Lagi-lagi letusan dahsyat kembali terjadi pada tahun 1638. Letusan mengakibatkan banjir besar dan lahar di daerah antara Kali Setail Kecamatan Sempu dan Kali Klatak Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.
Namun letusan yang paling dahsyat terjadi di tahun 1730. Tercatat erupsi eksplosif disertai dengan hujan abu serta lahar. Bahkan wilayah terdampak erupsi meluas dibanding letusan pertama, kedua dan ketiga. Korban jiwa pun berjatuhan lagi di saat itu.
Sejarah kelam Gunung terbesar di Pulau Jawa itu masih berlanjut. Diantara tahun 1800 hingga 1808 di waktu pemerintah Residen Malleod (Hindia Belanda) terjadi letusan lagi. Namun tidak sampai mengakibatkan korban jiwa.
Sekali lagi letusan terjadi antara tahun 1812 hingga 1814. Direntang empat tahun itu letusan disertai hujan abu lebat dan suara bergemuruh. Setahun kemudian, di tahun 1815 antara 14 hingga 12 April terjadi hujan abu di Besuki, Situbondo dan Probolinggo.
44 tahun kemudian Gunung Raung relatif tenang. Aktivitas vulkaniknya kembali meningkat pada tahun 1859. Tanggal 6 Juli 1864 terdengar suara gemuruh dan di siang hari menjadi gelap.
Selanjutnya tahun 1881, 1885, 1890, 1896, terjadi aktivitas vulkanik meliputi suara gemuruh, Paroksisma, hujan abu tipis di kawasan Banyuwangi. Dan gempa bumi di kawasan Besuki, Situbondo. 16 Februari 1902 muncul kerucut pusat.
Di tahun 1913 antara bulan Mei hingga Desember Gunung Raung kembeli bergemuruh, bahkan terjadi dentuman keras. Hal yang sama terjadi tiga tahun berturut-turut. Yakni tahun 1915, 1916 dan 1917. Aliran lava di dalam kaldera terjadi tahun 1921 dan 1924.
Fenomena vulkanik dahsyat kembali ditunjukan gunung berbahaya ini tahun 1927. Letusan asap cendewan dan hujan abu sejauh 30 kilometer keluar dari puncaknya. Ditahun yang sama, tepatnya 2 Agustus-Oktober terdengar dentuman bom dan terlontas sejauh 500 meter.
Di tahun berikutnya, 1928 terlihat celah merah di dasar kaldera dan mengeluarkan lava. Fenomena yang sama masih terjadi di tahun 1929. Tahun 1933 hingga 1945 hanya terjadi peningkatan aktivitas. Tidak tercatat adanya kejadian, hanya ada aliran lava di kaldera.
Gunung yang memiliki bibir kaldera seluas 1.200 meter persegi ini kembali unjuk gigi. 31 Januari hingga 18 Maret, puncak gunung semburkan asap membara dengan guguran. Tinggi awan letusan mencapai 6 kilometer di atas puncak. Abunya menyebar hingga radius 200 meter.
Empat tahun kemudian, 13-19 Februari 1956 terjadi paroksisma. Tercatat pula adanya tiang asap 12 kilometer. Tahun-tahun berikutnya hanya ada peningkatan aktifitas. Namun tahun 1986 letusan asap terjadi di bulan Januari hingga Maret.
Data terbaru aktivitas vulkanik kembali meningkat pada 17 Oktober 2012. Status Gunung Raung dari normal naik menjadi waspada sehari kemudian. Pada 22 Oktober 2012 statusnya kembali naik menjadi siaga.
PVMBG menyatakan bila sebenarnya Gunung Raung sudah meletus, namun masuk kategori erupsi minnor. Letusan tidak sampai keluar dari kaldera. Itu terlihat dari pantauan setelit Amerika Serikat. Gunung Raung sendiri, gunung api dengan karater berbeda.
PVMBG sendiri bahkan harus memasang 7 alat untuk penguatan data aktivitas vulkanik Gunung Raung. Itu perlu dilakukan mengingat Sejarah buruk Gunung yang berdiri di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember, Bondowoso dan Situbondo ini.
- Legenda Arca Nyei Punggungi Gunung Raung
Jalan Purbakala Desa Pekauman Kecamatan Grujukan sepintas tak berbeda dengan desa lain di Kabupaten Bondowoso. Namun, jika siapa pun yang masuk ke jalan itu akan menemukan aneka jenis batu tersebar di antara ladang tembakau atau tebu hingga halaman rumah penduduk setempat.
Salah satu artefak yang terlihat menonjol adalah arca Batu Nyei, batu perempuan yang berdiri di tengah ladang tembakau, memunggungi gunung Raung yang berada di sisi timurnya. “Itu batu Nyei, sudah ada sejak saya kecil,” kata Nihak, penduduk setempat, Selasa, 28 Juli 2015.
Seperti hari-hari sebelumnya, pagi itu, Nihak sedang mencari rumput di sela ladang tembakau, di sekitar Jalan Purbakala, Desa Pekauman. Dari kisah turun temurun, Nihak menyebut batu itu adalah sosok wanita yang menjadi batu akibat tersambar petir.
“Ceritanya, dia ditinggal suaminya ke pasar menjual daun, kemudian dia berlari menyusul dan tersambar petir menjadi batu,” kata Nihak sambil menunjuk arca batu yang menyerupai sosok perempuan tak jauh dari tempatnya mencari rumput.
Arca batu itu memiliki tinggi sekitar 2 meter dengan bagian kaki hingga lutut terkubur dalam tanah. Bagian wajah terpahat dengan kasar, menyisakan sedikit lekuk akibat terkikis zaman dan usia. Kedua tangan tampak menelangkup menutup vulva nya. Sedangkan bagian pinggul terpahat dengan ukuran yang lebih menonjol dibanding bagian pahatan lain.
“Sepertinya dia malu, jadi menutup kemaluannya,” kata Nihak. Sementara arca suami atau batu Jei, dahulu juga ada sekitar 200 meter ke arah barat dari lokasi batu Nyei saat ini. Sayangnya, batu arca Jei tak lagi di lokasinya. “Dulu ada batu suaminya, dia juga tersambar petir, tapi saya tak tahu sekarang di mana,” ujarnya.
Hingga saat ini, Nihak mengaku sering melihat pengunjung yang datang dan meninggalkan uang disekitar arca. Beberapa pengunjung bahkan sempat melilitkan kain putih untuk menutup bagian pinggang dari arca Nyei. “Banyak yang naruh uang di patung itu, mereka berdoa sesaat, tidak tahu berdoa untuk apa.”
Arca Nyei Lambang Dewi Kesuburan
Juru Pelihara situs Purbakala di Pekauman, Amsari menyebut batu arca Nyei berusia sekitar 4.500 tahun lalu. Batu itu ditemukan sepasang dengan batu Jei atau arca batu laki-laki yang ditemukan belakangan, sekitar tahun 2010 lalu.
“Arca perempuan sudah lama ditemukan dan terdaftar. Arca laki-laki baru tahun 2010 saya temukan terkubur di ladang petani sekitar sini,” kata Amsari.
Petugas dari Balai Pelestari Cagar Budaya Trowulan Mojokerto, Jawa Timur itu mengatakan, arca pria berukuran 2,9 meter dengan diameter 1,2 meter kini tersimpan di Museum Mpu Tantular, Sidoarjo. “Arca ini adalah arca pemujaan untuk kesuburan,” katanya.
Penduduk yang berbasis pertanian menggantungkan hidup mereka pada lahan dan air agar hasil panen melimpah. Tradisi batu besar diduga terbawa hingga zaman bercocok tanam di sekitar Pekauman.
“Pendukung jaman bercocok tanam masih menggunakan tradisi megalitikum di Pekauman. Arca itu adalah arca kesuburan, bisa diketahui dari ukuran pinggang yang lebih besar dibanding pahatan lain, melambangkan wanita yang sedang hamil sebagai simbol kesuburan,” ucap arkeolog asal Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono.
Karakter dewi kesuburan di berbagai kebudayaan dunia memiliki gambaran yang sama, seperti patung Artemis di mitologi Yunani,yang juga dipahat dengan ukuran pinggang lebih besar. “Arca mother goddess sering digambarkan dengan bagian pinggang atau payudara yang besar, sebagai simbol kesuburan,” katanya.
Batu yang berdiri memunggungi Gunung Raung diduga sebagai penanda bahwa penduduk Pekauman di zaman Batu Besar dan Bercocok Tanam menganggap Raung sebagai Gunung Suci. Raung sebagai tempat pemberi berkah sekaligus ancaman saat tengah erupsi.
“Memunggungi Raung artinya pelaksana ritual harus menghadap ke Gunung Raung. Berkiblat ke Raung adalah upaya spiritual masyarakat kuno untuk mencegah Raung agar tidak memuntahkan bahaya, sementara mereka membutuhkan Raung yang memberi kesuburan dari abu vulkaniknya.”
Quote:
Spoiler for SUMBER:
Diubah oleh dewavvip 10-11-2016 00:51




tien212700 dan nona212 memberi reputasi
2
18.9K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan