"Rangga, apa yang kamu lakukan ke saya itu... jahat."
Pasti tau kan, dialog itu asalnya dari film apa? Di kedai kopi, Cinta bilang begitu ke Rangga. Rangga pun minta maaf dan akhirnya ngajak Cinta jalan-jalan keliling Yogyakarta. Cuplikan adegan itu berasal dari film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang dirilis pada April 2016. Film sekuel ini berawal dari AADC yang dirilis pada tahun 2002, alias 14 tahun yang lalu dan menjadi hits di eranya. Ketika dibuat sekuelnya pun, film yang ceritanya berkisah tentang hubungan Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastro) ini laku keras.
Quote:
Film AADC 2 ini diambil di banyak lokasi di Yogyakarta dan bisa digolongkan sebagai road movie atau film berlatar perjalanan. Kalo di film AADC 1 si Rangga ini irit ngomong, tapi di AADC 2 si Rangga malah jadi cerewet buat jelasin bedanya turis dan traveller. Salah satunya, travelller nggak pergi ke tempat mainstream.
Di film AADC 2 tersebut, Rangga emang ngajak Cinta ke tempat-tempat anti mainstream alias nggak populer. Dari Candi Ratu Boko, nonton Papermoon Puppet, ke Gereja Ayam sampe makan sate klathak di Bantul. Film ini sukses banget bahkan penontonnya tembus ke angka 1 juta orang di hari kelima penayangannya.
Sebuah road movie yang jadi hits di saat itu tentunya punya dampak terhadap lokasi yang dijadikan latar film tersebut. Ternyata, seminggu setelah diputar, sate klathak Pak Bari yang berada di Pasar Bantuk jadi ramai didatangi pengunjung, yang bisa ditebak adalah penonton AADC 2. Belum lagi berbagai paket wisata yang mulai menawarkan wisata ala Rangga dan Cinta.
Quote:
Di dunia pariwisata, jalan-jalan ke tempat yang jadi setting sebuah film itu emang bukan hal baru, kalo akademisi nyebutnya film-induced tourism. Yang paling terkenal adalah New Zealand yang jadi tempat shooting berbagai film dengan anggaran besar, seperti Lord of the Rings, Avatar dan The Hobbits. Bahkan menurut Badan Pariwisata New Zealand, ada peningkatan kedatangan wisatawan sebanyak 50 persen sejak film Lord of the Rings ditayangkan.
Sejak penayangan film The Hobbits yang khas dengan rumahnya, desa kecil di Kawasan Matamata, New Zealand jadi kecipratan berkahnya. Kebanyakan pengunjung datang untuk berkeliling dan menikmati suasana Desa Hobbiton yang terkenal ini. Bahkan di Indonesia sendiri tepatnya di Bandung, ada bangunan yang dibuat berbentuk rumah Hobbiton dan terkenal banget untuk tempat berfoto.
Quote:
Selain New Zealand, Thailand juga cukup terkenal setelah film The Beach yang rilis pada tahun 1999 mengambil latar film di Maya Bay, Phi Phi Island. Adegannya, Leonardo DiCaprio berenang di air laut yang biru dan terlihat sangat jernih. Selain itu, film James Bond: The Man with the Golden Gun yang rilis pada tahun 1974 juga mengambil latar di Bangkok dan Phang Nga Bay di dekat Phuket sehingga terkenal dengan nama James Bond Island.
Quote:
Di Indonesia sendiri, sebelum film AADC 2, beberapa film juga mengambil latar khas di antaranya film 5 cm. yang diambil dari buku berjudul 5 cm karangan Donny Dhirgantoro. Buku yang menceritakan tentang pengalaman 5 sahabat yang mendaki Gunung Semeru ini akhirnya diangkat ke film. Namun setelah film ditayangkan, banyak kritik terhadap film ini. Mulai dari dianggap mengabaikan peraturan mendaki gunung dan juga tidak memperhatikan keselamatan dalam pendakian. Akibatnya, pendakian Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa ini menjadi sangat padat. Dampaknya, banyak sampah yang ditinggalkan oleh para pendaki di gunung ini.
Quote:
Di Indonesia, penyakit yang seringkali melanda pariwisata negeri ini adalah cepat berkembang dan cepat layu. Contohnya adalah kasus kebun bunga amarylis yang hancur diinjak-injak wisatawan demi selfie. Selain itu, Goa Pindul yang juga berada di Yogyakarta menjadi sangat penuh dan padat hingga tidak lagi baik untuk para penghuni gua seperti kelelawar karena terlalu banyak manusia.

Jika dikatakan bahwa film AADC 2 membawa pengaruh bagi Yogyakarta, tentunya perlu dikaji lagi. Namun yang pasti saat ini Yogykarta sedang dalam sorotan. Jika dulu dikenal sebagai kota pelajar yang nyaman dan tenang, namun kini berubah jadi kota pariwisata yang dikhawatirkan, menjadi tidak berkelanjutan. Salah satu penyebabnya adalah pembangunan hotel yang berlebihan. Banyak hotel yang dibangun di dekat pemukiman warga, akibatnya sumur warga menjadi kekeringan. Hingga akhirnya Wali Kota Yogyakarta menghentikan izin pembangunan hotel hingga tahun 2019. Selain hotel, banyak pembangunan mal baru di Yogya, sebut saja Hartono Mall, Lippo Plaza sampai Sahid J-Walk Mall.
Pariwisata film emang jadi bisnis yang menjanjikan. Namun diperlukan kerjasama berbagai sektor untuk bisa maju sehingga tidak memberikan dampak negatif untuk suatu daerah.
Sumur
Sumur