- Beranda
- Komunitas
- News
- Beritagar.id
Wawancara Diky Candra: Saya tidak akan mundur lagi
TS
BeritagarID
Wawancara Diky Candra: Saya tidak akan mundur lagi
Bekas Wakil Bupati Garut Raden Diky Candranegara rupanya tengah berupaya kembali ke alam politik. Setelah mundur dari jabatannya dan kembali ke dunia hiburan, kini Diky serius maju di Pemilihan Wali Kota Tasikmalaya 2017.
Ia pun mulai menjajaki koalisi dengan partai untuk memuluskan niatnya itu. Sudah dua partai yang membuka pintu: Partai Bulan Bintang dan Partai Nasional Demokrat.
Sejauh ini Diky mengklaim sedang berkomunikasi dengan beberapa tokoh untuk mencari pendamping. Juga ada beberapa bakal calon lain yang hendak meminangnya. "Kalau yang datang banyak, tapi cocok kan belum tentu," kata pria 42 tahun, yang mengaku enggan jadi wakil lagi itu.
Lima tahun silam Diky jadi sorotan karena berseberangan dengan sang Bupati, Aceng Fikri. Ketika itu Aceng dianggap tidak pro rakyat dan mengkhianati janji kampanyenya.
Meski tanpa menyebut jelas alasan mundurnya, keputusan Diky terbukti benar dengan adanya kasus yang menimpa Aceng--yang kemudian berbuah pemakzulan.
Dalam coretannya berjudul Catatan Sang Bayangan memang tampak Diky tak bisa berbuat apa-apa. Ia cuma simbol pimpinan yang faktanya tidak mampu berbuat banyak. "Kalau maju jadi wakil lagi enggak lah, sudah pengalaman di Garut," kata Direktur Dicky Permata Visitama--sebuah rumah produksi--itu.
Ndilalah, dengan trauma politik seperti itu, amat menarik ketika Diky justru tampil terang-terangan maju sebagai calon wali kota. Alasan dia maju lagi adalah "Tasik adalah tempat lahir saya". Tapi yang paling utama banyaknya permintaan sejumlah elemen masyarakat kepada dia untuk mencalonkan diri.
Pencalonannya tentu akan mengubah peta persaingan antarfigur bakal calon yang sudah bermunculan. Banyak orang memprediksi Diky akan jadi pesaing kuat calon petahana Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman.
"Dia (Budi) kuat. Tapi saya akan datang dengan konsep," ujar Diky saat diwawancarai Heru Triyono dan fotografer Wisnu Agung Prasetyo di rumahnya kawasan Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Kamis malam (30/6/2016).
Kami duduk lesehan di ruang tamu untuk berbincang selama dua jam. Jus jeruk, pisang coklat dan kebab dihidangkan di hadapan kami. Berikut petikan wawancaranya:

Bakal calon Wali Kota Tasikmalaya Raden Diky Candranegara atau dikenal Diky Candra berpose untuk Beritagar.id usai wawancara di kediamannya kawasan Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Kamis malam (30/6/2016).
Beberapa tahun lalu Anda trauma untuk berpolitik, kini kenapa memutuskan kembali?Saya menjawab apa yang diminta oleh peminta. Peminta itu yang menginginkan saya jadi wali kota (Tasikmalaya). Saya pun baru bersedia setelah dapat petunjuk pas umrah, karena awalnya memang menolak.
Apa sebenarnya yang memicu Anda untuk tergerak...Mungkin karena perkataan saya kepada pengusung-pengusung itu sebelumnya. Jadi, saya pernah ditawari maju jadi kepala daerah Kabupaten Tasikmalaya. Tapi saya tolak karena cukup berat memimpin di sana--dengan 49 kecamatan dan penduduk yang di atas satu juta.
Ketika itu saya nyeletuk mending nyalon di Kota Tasikmalaya, karena hanya 10 kecamatan dengan penduduk di bawah satu juta. Eh malah tahun berikutnya saya diminta jadi wali kota Tasik dari perwakilan akademisi, pengusaha, termasuk keluarga. Karena ini amanah ya saya maju.
Tidak kapok berpolitik setelah mundur dari jabatan wakil bupati? Saya tidak pernah bilang kapok.
Berapa lama mempertimbangkan untuk kembali?Agak lama. Saya hitung mulai dari awal tahun ini. Kemudian diputuskan jadi nyalon usai pergi umrah bulan Mei kemarin.
Sepertinya Anda punya ambisi politik menjadi kepala daerah...Begini saja logikanya. Ramadan itu bulan paling pas untuk sosialisasi ke masyarakat. Apakah saya sibuk di sana? Tidak. Tapi calon lain sibuk semua.
Saya akui tim pengusung marah ke saya karena tidak memanfaatkan Ramadan. Tapi saya memang ada kesibukan syuting di Jakarta, dan kedua karena tidak ambisi nyalon.
Saya mengutip doa Sayyidina Ali (sahabat Nabi Muhammad SAW) yang isinya begini: kalau doaku terkabul aku bahagia karena itu keinginan aku. Tapi kalau tidak, aku justru lebih bahagia, karena itu keinginan Allah.
Kalau tidak ingin nyalon dan tidak nyaman kenapa tidak menolak saja tawaran itu dari awal?Ketika saya menolak dianggap lemah. Ketika mundur juga dianggap lemah. Maju malah dianggap ambisius. Jadi serba salah.
Saya menolak karena memang takut ada yang lebih baik dari saya. Saya akan maju jika di sebuah daerah itu tidak ada pemimpin yang lebih baik dari saya.
Tolong bedakan diminta dan meminta. Kalau mencalonkan kan artinya ingin. Ada usaha ini itu dari saya ke beberapa partai. Nah kalau saya ini diusung. Jadi urusan partai ya sok mangga urusan yang mengusung.
Tapi Anda tampak giat juga menjajaki partai, seperti ke Partai Bulan Bintang dan Partai Keadilan Sejahtera...Sebenarnya tim pengusung yang melakukan pendekatan. Sebelumnya ada PDIP, Gerindra dan Demokrat yang membuka pintu untuk saya. Tapi saya tidak datang saat diundang.
Kenapa? Ya tidak ada perintah. Kalau kalian mengusung saya, mari datang ke saya. Bukan saya yang ke sana ke sinii. Ngapain. Saya santai, jadi maju tidak apa-apa, tidak jadi malah alhamdulillah.
Bukankah awalnya Anda diusung oleh Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai Gerindra, Demokrat dan Golkar?Mereka menutup pintu buat saya karena setiap diundang saya tidak hadir. Ketika lagi jeda syuting (kerja) ada PBB datang ke saya untuk membicarakan kemungkinan maju. Saya bersedia dan mengisi formulir pencalonan.
Tapi di media adalah Anda juga melamar ke Nasdem. Yang benar Anda akan maju dari partai mana...Tim pengusung kan juga sudah menghitung. Mereka punya agenda. Setelah sebelumnya saya daftar di PBB, berikutnya adalah Nasdem. Karena syarat maju sebagai bakal calon itu harus memiliki sembilan kursi (jalur partai). Pendaftaran saya ini juga atas seizin PBB. Karena targetnya adalah membangun koalisi.
Target berikutnya adalah PKS dan PAN untuk diajak berkoalisi?Politik itu dinamis. Silaturahmi kan tetap berjalan, termasuk ke PKS dan PAN. Lagian cuma ada dua kemungkinan: jadi atau tidak jadi. Ya kalau jadi saya sudah harus siap dengan segala kontruksi politik dan konsep yang kami miliki untuk membangun Tasik. Tim kami pun sudah mempelajari sedemikian rupa kota ini.
Seberapa jauh Anda tahu tentang Kota Tasikmalaya?Saya lahir dan besar di Tasik sampai sekolah menengah atas. Tapi saya pelajari lagi lebih mendalam bahkan segala pakai drone (pesawat tanpa awak) untuk melakukan pemetaan. Tim sudah membentuk pokja (kelompok kerja) dan penganalisa, serta riset.
Kenapa akhirnya Anda sreg mau mencalonkan diri lewat PBB dan Nasdem?Saya bisa pahit-pahitan dengan kedua partai ini. Dalam arti kami begitu terbuka membahas konstituen, dan transparan dalam apapun juga. Konsepnya itu saya ingin seperti konsep Rasul ketika membangun Madinah.
Saat itu semua membangun Madinah bersama-sama, tapi dengan akidah masing-masing. Ada agama Yahudi, Nasrani dan juga Islam. Nantinya saya juga ingin begitu. Ada partai A, B dan C yang bersatu untuk mencapai tujuan bersama.
Apakah Anda mengeluarkan mahar agar bisa diusung partai?Tidak, saya kan diminta.
Tidak khawatir terhadap stigma negatif terhadap partai politik...Munculnya jalur independen membuat seolah-olah partai itu busuk, dan memang ada yang busuk, meski ada juga yang tidak. Jika busuk artinya pembinaan di partai gagal. Perbaiki itu.
Tidak terpikir melalu jalur independen seperti ketika Anda berpasangan dengan Aceng Fikri di Garut?Pelajaran yang saya ambil adalah independen tidak punya ruang di parlemen. Sehingga ketika eksekutif membuat perencanaan, maka pengesahannya bisa lama dan memunculkan kegaduhan. Kalau gaduh terus kapan kerjanya.

Bakal calon Wali Kota Tasikmalaya Raden Diky Candranegara atau dikenal Diky Candra berpose untuk Beritagar.id usai wawancara di kediamannya kawasan Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Kamis malam (30/6/2016).
Bagaimana Anda melihat konstelasi politik Tasikmalaya?Di sana (Tasik) PPP kuat. Pemenang pemilihan kemarin kan PPP dan PKB. Nah sekarang PKB bergabung dengan PDIP. Sementara koalisi perubahan, seperti saya bilang, adalah Partai Gerindra, Demokrat dan Golkar. Jadi akan dinamis.
Kapan mulai gencar sosialisasi ke masyarakat?Ada waktunya. Jangan terlalu semangat. Sewajarnya saja. Ada soalnya pengusaha mengedarkan buku ke Posyandu dengan memakai foto saya. Tapi saya larang.
Saya kasihan dengan pengusaha itu meski saya diuntungkan. Soalnya ada saudara yang pengusaha justru bangkut ketika ikut politik. Jangan sampai ada yang bernasib serupa.
Jadi Anda tidak berkenan didukung oleh pengusaha?Saya pahit-pahitan saja. Saya tidak bilang tidak mau. Asal tidak melanggar hukum hayuk saja.
Kemarin ada yang meminjamkan rumah buat posko, tapi belum saya terima. Bukan berburuk sangka, tapi saya harus tetap waspada. Saya tidak mau tipe pengusaha yang nantinya penuh tuntutan. Jadi saya harus diskusi dan bertemu dulu. Itu dari pengalaman saya di Garut dulu.
Bicara soal Garut, ada kekhawatiran di masyarakat bahwa nantinya ketika Anda sudah jadi eh malah mundur lagi...Begini. Saya mundur bukan cuma di pemerintahan saja. Di beberapa program televisi juga saya mundur ketika atasan meminta saya memunculkan wanita seksi atau berbikini. Pernah ada tawaran seperti itu dengan honor Rp8 juta per 4 jam. Tapi saya tidak mau.
Sama dengan di Garut. Saya mundur ketika atasan keluar dari jalur semestinya. Tidak mungkin dong saya menendang pemimpin. Juga tidak mungkin saya sebagai produser menendang pemilik televisi. Ya lebih baik mundur saja.
Tapi ketika jadi pemimpin, saya tidak akan mundur, karena saya yang menahkodai visi dan misinya.
Bagaimana jika yang menuntut Anda mundur adalah masyarakat...Seandainya saya tidak membawa kemaslahatan buat apalagi mempertahankan jabatan itu. Saya ini bukan politisi, yang melakukan trik ini itu, tapi saya orang yang tahu caranya mengubah sebuah daerah jadi lebih baik, dan akan berjuang untuk itu.
Ok. Seandainya wakil Anda yang keluar jalur. Apakah Anda yang akan memintanya mundur?Tugas pemimpin adalah mencegah terjadinya gejolak di internal rumah tangga. Berdasar pengalaman, saya tahu apa yang diinginkan seorang wakil dari pimpinannya.
Mungkin kesalahan Anda di Garut adalah terlalu menonjol dibanding Aceng Fikri...Pernah ada Dandim (Komandan Distrik Militer) di Garut berkata, saya itu terlalu dekat dengan masyarakat dan terlalu populer. Ternyata ini bumerang buat pemimpin.
Berdasarkan pengalaman itu apa kira-kira porsi tugas atau kewenangan yang harus diberikan ke wakil?Soal tugas harus saling memahami saja. Kalau wakil sedang bertugas ke masyarakat, maka kepala daerahnya harus bisa memaklumi, jangan cemburu.
Artinya kewenangan wakil, baik itu dari artis atau figur biasa, harus dibatasi? Wakil itu sudah dibatasi oleh undang-undang. Karena dia tidak punya kewenangan eksekusi, termasuk soal anggaran. Tapi soal usulan yang bagus ya harus diterima. Jangan seperti saya di Garut, sudah usulan, lakukan riset lapangan, eh malah anggaran tidak turun, kan malu.
Menurut Anda siapa yang paling ideal untuk menjadi pendamping?Belum tahu.
Tampaknya Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama Kota Tasikmalaya Didi Hudaya ya...Bukan. Justru ramainya adalah dokter Asep. Tapi baru sekali bertemu pas puasa. Banyak yang potensi, nanti saja.
Apakah partai memberi keleluasaan dalam memilih wakil?Kemungkinan partai akan menyodorkan calonnya juga. Wajar. Intinya, rencana A adalah saya yang memilih, kalau rencana B ,saya bismillah dengan siapapun juga.
Berminat didampingi oleh artis?Ha-ha. Bahaya kalau artis, kepalanya bisa tenggelam. Apalagi kalau artisnya seperti saya.
Bagaimana penilaian Anda terhadap kinerja sejumlah pejabat publik dari kalangan artis?Bang Rano (Karno) menurut saya baik. Apalagi daerahnya mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)--meski predikat itu terkadang jadi polemik ya.
Paling tidak si artis tidak membuat masalah ketika menjabat. Lagipula banyak juga pejabat non artis yang belum berbuat apa-apa.
Tapi artis yang menjadi pejabat publik seringkali dimainkan oleh birokrasi dan tidak memiliki terobosan... Belum kelihatan memang terobosannya. Soal terobosan kan masih dikuasai Ahok, Yoyok, Risma dan Ridwan Kamil.
Sudah mengukur tingkat keterpilihan atau elektabilitas Anda di Tasikmalaya?Survei yang tim lakukan bukan soal elektabilitas. Tapi menggali apakah benar belum ada pemimpin yang tepat di sana. Kemudian, apakah keberadaan saya benar-benar diinginkan oleh masyarakat sana. Saya ingin tahu itu dulu saja.
Pekerjaan Anda sepertinya cukup berat jika harus melawan calon petahana Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman...Memang berat. Wakilnya pun mencalonkan lagi. Jadi ada dua kekuatan besar akan maju nantinya.
Optimis menang?Yang membedakan saya dengan kandidat lain adalah tim kami membicarakan konsep pembangunan, bukan pemenangan. Bukan sombong, kalau tidak jadi, pemikiran kami bisa dibagi dengan siapapun yang menang. Ketimbang bicara konsep pemenangan tapi setelah jadi malah bingung.
Tapi kan wajar harus menang dulu baru bicara konsep pembangunan?Betul. Tapi pemenangan itu tugas tim pengusung, bukan si calonnya. Si calonnya itu harus berpikir keras kalau dia terpilih, maka dia akan berbuat apa ke depan. Saya ingin kelembagaan wali kotanya dibenahi dulu, lalu insfrastruktur.
Dalam bayangan Anda, siapa kira-kira pemilih Anda nantinya. Apakah dari kalangan seniman atau anak muda?Masih belum mengerucut. Karena dari kajian tim kami pemilih itu ada beberapa tipe. Ada yang penting gue kenal, ada yang asal gue suka, ada juga yang pragmatis, dan lainnya.
Dari beberapa kajian tim itu bagaimana sebenarnya karakteristik pemilih di Tasikmalaya?Yang jelas banyak pekerja seni di sini. Lihat saja ada Ebet Kadarusman, Indra Bruggman, Yayan Ruhian dan lainnya. Ini menunjukkan Tasik itu memiliki kultur mandiri, karena jauh dari Ibu Kota. Jadi harus berjuang. Berbeda dengan Bandung dan Garut, yang sejarahnya adalah tempat berlibur orang Belanda dulu.
Jadi apa isu utama yang Anda akan jual ke saat kampanye nanti?Saya tidak pernah banyak bicara soal antikorupsi, karena saya memang anti. Saya tidak banyak bicara soal keterbukaan, karena saya sudah terbuka. Biar tim saja yang bicara. Lagipula masyarakat sudah memiliki opini sendiri tentang saya pasca mundur dari wakil dulu.
Ngomong-ngomong Anda pernah berkomunikasi dengan Aceng Fikri setelah mundur?Sama sekali enggak.
Sumber : https://beritagar.id/artikel/bincang...an-mundur-lagi
---
anasabila memberi reputasi
1
1.7K
3
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan