- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah DONALD TRUMP Tentang Gairah, Naluri, dan Kemujuran


TS
squonk
Kisah DONALD TRUMP Tentang Gairah, Naluri, dan Kemujuran

Quote:
Pada tahun 1991, keadaan pasar sangat buruk, dan semua orang gulung tikar. Saya berada dalam kesulitan yang amat besar. Saya berutang miliaran dolar. Tentu, saya dapat menceritakan kepada Anda betapa mahirnya saya mengatasi tekanan, tapi saya berutang miliaran dolar pada banyak bank. Sama sekali tidak menyenangkan. Percayalah, tidak asyik menjadi Donald Trump bila berutang miliaran dolar.
Suatu kali saya sedang bekerja di kantor, dan sekretaris saya mengatakan, "Pak Trump, malam ini Anda diundang ke resepsi bankir." Acara santap malam "dasi-hitam" yang biasanya saya hadiri ini diadakan di Waldorf-Astoria Hotel untuk 2.000 orang yang berkecimpung di industri perbankan. Saat sedang mengalami masa buruk, Anda tidak mempunyai energi atau semangat yang sama seperti saat berjaya. Daripada makan malam dengan segerombolan bankir, lebih baik saya pulang dan menonton sepak bola di televisi. Saya lelah. Saya mengalami hari yang buruk, di mana berbagai bank menyatroni saya dari lima belas sudut berbeda.
Quote:
Ada sebuah bank yang lebih buruk daripada yang lain. Orang yang bertanggung jawab menagih hutang tersebut kejam dan menyebalkan. Ia membuat semua orang bangkrut. Ia memaksa tiga puluh tujuh pebisnis real estat di New York menyatakan diri bangkrut dengan meminta agar pinjaman mereka dikembalikan. Saya berutang sekitar $149 juta pada dia, yang adalah pinjaman saya yang lebih kecil, dan saya adalah sasaran berikutnya. Biasanya Anda dapat berunding dengan bank. Orang ini menginginkan semua uangnya dikembalikan, sekarang juga. Orang ini binatang. Ia ingin menghancurkan saya.
Saya saat itu tidak ingin bertemu dengan bankir, karena bila Anda berutang pada mereka, mereka membenci Anda. Siapa pula yang ingin bersantap malam dikelilingi orang-orang yang siap menghabisi Anda? Semua bankir pada siapa saya berutang akan menghadiri acara ini. Malam itu dingin dan turun hujan, dan saya tak mungkin datang dengan limo saya karena tidak enak datang ke pertemuan bankir dengan limo di saat saya berutang miliaran dolar. Saya sangat kelelahan. Ketika sekretaris saya mengatakan saya harus pergi ke Waldorf-Astoria, saya bilang, "Saya tidak pergi."
Quote:

Saya pulang, tetapi sesampainya di rumah saya berpikir kembali dan berkata, "Saya rasa saya akan pergi." Akhirnya, saya memakai tuxedo saya dan berangkat. Tak ada taksi, jadi saya terpaksa berjalan ke hotel, yang jaraknya sepuluh blok dari Trump Tower, di tengah hujan yang dingin. Ketika tiba di tempat itu, saya basah kuyup. Saya merasa saya sudah mencapai titik terendah, tapi saya datang karena itu tugas saya. Ketika tiba, saya duduk di sebuah meja. Ada seorang bankir di sebelah kiri saya, seseorang yang santun bernama Steven. Saya menyapanya, "Halo, Steven, apa kabar?" Saya tidak berutang kepadanya, karena itu ia baik terhadap saya. Lebih mudah bila Anda tidak berutang. Dengan ramah, ia berkata, "Halo Donald."
Quote:
Lalu, saya menyapa orang di sebelah kanan saya, dan berkata, "Halo". Ia cuma mendengus dan menatap saya dengan jijik. Lalu, Steven berkata, "Saya rasa orang itu tidak begitu menyukai Anda, siapa pun dia." Saya tidak kenal orang itu. Ia tidak memberitahukan namanya. Ia hanyalah orang yang sedang marah.
Saya terus bercakap-cakap dengan Steven selama beberapa waktu. Setelah beberapa menit, saya mencoba membuka percakapan dengan orang di sebelah kanan saya. Tapi tak ada gunanya. Sepertinya saya sedang berbicara dengan tembok. Ia jelas-jelas menunjukkan ia tidak suka pada saya. suasana menjadi tegang. Saya merasa sedih, karena saya benci berada pada posisi di mana saya berutang pada hampir semua bankir di New York. Orang ini seorang bankir, dan ia membenci saya. Saya pikir saya pasti banyak berutang padanya sampai ia bersikap seperti itu.
Quote:
Saya menghabiskan waktu lima belas menit yang menyebalkan berusaha berkomunikasi. Steven yang duduk di sebelah kiri saya berkomentar, "Buset, orang ini menyebalkan,"tapi saya terus berusaha membuat percakapan dengan orang tersebut. Setelah lima belas menit berikutnya berlalu, orang itu akhirnya mulai membuka diri dan berbicara dengan saya. Lalu, kami mulai sedikit berkomunikasi. Akhirnya saya bertanya, "Anda bekerja di bank mana?" Ia menjawab dan saya tak dapat percaya. Saya bilang, "Astaga. Siapa nama Anda?" Ia menyebutkan namanya, dan sekarang saya benar-benar tak dapat percaya. Dari semua orang yang hadir pada acara ini, saya duduk persis di sebelah sang pembunuh brutal yang sudah menghantam banyak orang dan menghancurkan kehidupan mereka. Dialah sang pembunuh yang mengincar saya. Yah, nasib! Saya tidak yakin apakah ini nasib baik atau nasib buruk, tapi bahwa saya duduk persis di sebelah orang ini adalah sesuatu yang luar biasa.
Quote:

Saya berkata, "Anda-lah orang yang membunuh semua orang, dan Anda juga ingin membunuh saya." Ia berkata, "Betul," tapi kami terus berbincang dan setelah satu jam, saya menjadi cukup akrab dengan dia. Ia benar-benar pecinta wanita dan ingin mengobrol tentang wanita. Jadi, saya mengobrol dengannya tentang wanita. Terus terang, jika Anda berutang sedemikian banyak pada seseorang, Anda harus siap mengobrol tentang apa saja yang dikehendaki orang tersebut.
Saat mengobrol dengannya, saya jadi tahu bahwa ia sendiri juga berada dalam kesulitan. Ia membuat bangkrut tiga puluh tujuh perusahaan. Ketiga puluh tujuh pebisnis real estat tersebut berutang besar padanya dan mereka tidak mampu melunasi. Sebagai seseorang yang keji, ia menghendaki pertumpahan darah. Tentu, membuat bangkrut tiga puluh tujuh perusahaan membuat hatinya senang, tapi tindakan ini tidak mendatangkan uang untuknya.
Malah ia kehilangan uang. Biaya pengacaranya menggerogotinya, dan semua hartanya habis. Omong-omong, inilah enaknya menjadi pengacara. Mereka akhirnya menjadi begitu serakah sehingga klien mereka hanya ingin mengakhiri kasus, yang adalah waktu yang baik untuk berunding. Ternyata pengacara sang bankir tersebut memperlakukan dia dengan sama kejinya, dan bank tempat dia bekerja menderita secara finansial. Para atasannya di bank marah padanya karena ia lebih suka menghamburkan banyak uang untuk membayar pengacara daripada membuat kesepakatan yang menghasilkan uang.
Saya sangat beruntung dapat berunding dengan dia di tempat tersebut. Seandainya saya bertemu dengannya satu tahun sebelumnya, kami tak akan berbincang seperti ini. Setahun sebelumnya ia tak berkenan berbicara, ia hanya ingin menghancurkan siapa saja yang ia temui. Kami mulai akrab dan pada akhir acara kami menikmati perbincangan ini. Lalu, ia berkata, "Tahukah Anda, Donald, Anda bukan orang jahat?"Saya menjawab, "Sudah saya bilang, kan!" Ia berkata, "Bagaimana bila Anda datang ke kantor saya untuk mencari jalan keluar?"
Saya bilang, "Baiklah." Senin pagi saya mendatangi kantornya, dan lima menit kemudian kami sudah membuat kesepakatan besar.
SUMBER: http://www.rajamantri.com/viewtopic....6&p=8467#p8467




Diubah oleh squonk 05-11-2016 14:16
0
2.8K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan