Arbanat atau Rambut Nenek

Makanan ini punya beberapa sebutan, di Jawa Barat banyak menyebutnya Rambut Nenek sesuai dengan bentuk morfologinya. Tapi orang Jawa Timur justru menyebut makanan ringan berbahan utama gula ini dengan sebutan Arbanat atau Arum Manis. Namun terlepas dari namanya, makanan ini tergolong makanan tradisional yang sekarang keberadaannya semakin susah untuk dicari, tak terkecuali di Surabaya.

• Hanya Campuran Gula dan Air
  

Ada yang unik dengan Arbanat ini karena dulunya Arbanat dijual dengan cara barter atau dengan cara menukar rambut (rontok), bukan dengan uang. Uniknya, besaran arbanat yang ditukar sama besar dengan gulungan rambut yang sudah dikumpulkan pemiliknya selama kurun waktu tertentu. Nah, kumpulan rambut ini oleh si penjual arbanat akan diteruskan ke pembuat konde atau sanggul.

Sekarang seiring dengan perkembangan zaman, Arbanat tidak lagi dijual dengan cara barter. Arbanat di Surabaya ini dijajankan oleh seorang pedagang keliling dengan alat musik khas berupa alat musik gese. Mudah ditebak jika ada penjaja makanan membunyikan alat musik geseknya, maka itu berarti penjual Arbanat. Penjaja Arbanat masih menggunakan tempat layaknya kaleng kerupuk dengan dua tutup. Satu tutup berisi Arbanat, sisanya untuk uang.

Bahan baku Arbanat adalah gula dan air. Dimana porsi gula lebih banyak dibanding air. 2 kg gula dicairkan dengan 1 liter air hingga mengeras seperti bahan baku Gulali yang bisa dibentuk beraneka ragam. Setelah mengeras, bahan Gulali tersebut ditarik-tarik hingga menyerupai rambut-rambut halus dan kering. Itulah kenapa beberapa orang menyebutnya Rambut Nenek. Selain bentuk, warnanya yang putih pudar mirip uban.

Proses pembuatan Arbanat terbilang cukup lama. Untuk mencairkan gula, membutuhkan 2 jam proses pengadukan. Proses ini tidak boleh diabaikan. Sebab, jika lengah sedikit, gula akan kembali mengkristal. Kemudian proses penarikan dan pengeringan membutuhkan waktu 30 menit. Jadi luangkan waktu Anda jika berada di Surabaya untuk mencicipi makanan Arbanat ini.