Biaya interkoneksi di Indonesia tergolong tinggi dibanding negara-negara Asia lainnya. Berdasarkan data dari Telecommunication Management Group pada 2015, biaya yang harus dibayarkan oleh operator asal karena panggilan lintas operator itu sebesar US$ 2,11 sen atau sekitar Rp 275 per menit. Adapun Malaysia hanya US$ 1,19 sen.

Tingginya biaya interkoneksi di Tanah Air menyebabkan konsumen enggan untuk melakukan panggilan antar operator. Akibatnya kepemilikan kartu SIM lebih dari satu cukup banyak dan penggunaan smartphone dual SIM sangat tinggi di Indonesia.

Selain konsumen yang cenderung menghindari panggilan antar operator, para provider penyedia layanan seluler lebih fokus mempromosikan percakapan dengan hanya sesama operator. Alhasil, tingkat kartu hangus di Indonesia sangat tinggi yakni 10-14% per bulannya.

http://databoks.katadata.co.id/datap...tinggi-di-asia



Pertumbuhan pendapatan operator dari komunikasi suara Indonesia menempati posisi tertinggi dibandingkan dengan negara Asia lainnya yang justru sudah mengalami penurunan. Pendapatan operator seluler di Indonesia masih cukup potensial, salah satunya didukung oleh tetap tingginya percakapan melalui telepon di Tanah Air.

Hingga semester I 2016, pendapatan operator seluler domestik mencatat pertumbuhan 9,7 persen dibandingkan semester I 2015. Budaya masyarakat yang Indonesia masih berlama-lama berbicara melalui telepon seluler menjadi penopang tingginya pendapatan operator dari panggilan suara. Sementera di negara lain penduduknya sudah mulai beralih menggunakan sosial media untuk berkomunikasi dengan orang lain.

http://databoks.katadata.co.id/datap...tinggi-di-asia