- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
PENGANGGUR OH PENGANGGUR !!!


TS
nicky92
PENGANGGUR OH PENGANGGUR !!!
Sebelum baca ane saranin sediain kopi atau cemilan dulu, soalnya it’s gonna be long long thread....
Hehehe
Spoiler for Nikmaat:

Quote:
Pernahkah agan mengenal seorang pengangguran?
Atau bahkan pernahkah agan menjadi seorang pengangguran?
Lalu kesan apa yang agan tangkap ketika mendengar kata “Pengangguran”?
Orang gak ada kerjaan... Pemalas.... Bodoh... Sumber kejahatan.... Loser...
Nastak... Nasbung... Kurang Bejo....
Apakah itu salah satu yang ada di benak agan-agan?
Mungkin tidak sepenuhnya salah, karena sebagian memang seperti itu adanya.
Akan tetapi tahukah agan menurut data yang dirilis oleh BPS atau Badan Pusat Statitstik,
dari 7,2 juta pengangguran yang ada di indonesia, 400 ribu diantarnaya itu adalah Sarjana.
Ya, sarjana yang notabene dianggap memiliki pendidikan diatas rata-rata orang indonesia.
Lalu kenapa mereka bisa menjadi pengangguran???
Sebelum kita melanjutkan mengapa mereka bisa jadi pengangguran, mari kita coba sebentar menjadi seorang pengangguran. Kira-kira apa ya, yang akan dirasakan ketika
menjadi seorang pengangguran???
Atau bahkan pernahkah agan menjadi seorang pengangguran?
Lalu kesan apa yang agan tangkap ketika mendengar kata “Pengangguran”?
Orang gak ada kerjaan... Pemalas.... Bodoh... Sumber kejahatan.... Loser...
Nastak... Nasbung... Kurang Bejo....
Apakah itu salah satu yang ada di benak agan-agan?
Mungkin tidak sepenuhnya salah, karena sebagian memang seperti itu adanya.
Akan tetapi tahukah agan menurut data yang dirilis oleh BPS atau Badan Pusat Statitstik,
dari 7,2 juta pengangguran yang ada di indonesia, 400 ribu diantarnaya itu adalah Sarjana.
Ya, sarjana yang notabene dianggap memiliki pendidikan diatas rata-rata orang indonesia.
Lalu kenapa mereka bisa menjadi pengangguran???
Spoiler for why:

Sebelum kita melanjutkan mengapa mereka bisa jadi pengangguran, mari kita coba sebentar menjadi seorang pengangguran. Kira-kira apa ya, yang akan dirasakan ketika
menjadi seorang pengangguran???
Spoiler for :
Menyenangkan
Beberapa hari agan menganggur akan terasa menyenangkan, Lamaran sudah disebar, peluang kerja masih terbuka lebar, karir idaman masih di impikan, dan yang perlu agan lakukan saat ini adalah menunggu, yah, bisa dengan jalan-jalan, atau mungkin menghabiskan waktu dengan menonton film atau baca buku. Ah pokok nya menyenangkan memiliki waktu luang yang tak terbatas bisa dipergunakan untuk apapun, saldo simpanan di rekening pun masih lumayan tebal.
Spoiler for :

Beberapa hari agan menganggur akan terasa menyenangkan, Lamaran sudah disebar, peluang kerja masih terbuka lebar, karir idaman masih di impikan, dan yang perlu agan lakukan saat ini adalah menunggu, yah, bisa dengan jalan-jalan, atau mungkin menghabiskan waktu dengan menonton film atau baca buku. Ah pokok nya menyenangkan memiliki waktu luang yang tak terbatas bisa dipergunakan untuk apapun, saldo simpanan di rekening pun masih lumayan tebal.
Spoiler for :
Bosan
Beberapa minggu agan masih menganggur, agan akan mulai bosan, hampir semua hal untuk bersantai ria sudah agan lakukan, tempat hangout sudah dikunjungi semua, film sudah ditonton semua, buku-buku sudah di baca semua. Kemudian agan akan bertanya-tanya apakah lamaran yang dikirim semuanya ditolak. Agan cek Saldo simpanan di rekening mulai berkurang.
Spoiler for :

Beberapa minggu agan masih menganggur, agan akan mulai bosan, hampir semua hal untuk bersantai ria sudah agan lakukan, tempat hangout sudah dikunjungi semua, film sudah ditonton semua, buku-buku sudah di baca semua. Kemudian agan akan bertanya-tanya apakah lamaran yang dikirim semuanya ditolak. Agan cek Saldo simpanan di rekening mulai berkurang.
Spoiler for :
Malu dan Marah
Beberapa bulan agan menganggur, agan akan mulai merasa malu, disaat teman-teman yang sudah bekerja mengajak mengadakan acara di tempat biasa dulu hangout bareng, agan akan mulai memikirkan status agan, sebagai “Pengangguran”.
Agan akan jadi penonton disaat teman-teman agan bertukar cerita mengenai situasi di tempat mereka masing-masing bekerja. Apalagi kalau agan memiliki latar pendidikan Sarjana, agan akan “merasa” detertawakan oleh teman agan yang pendidikannya dibawah agan tetapi mereka sudah memiliki pekerjaan yang established.
Uang simpanan mulai terkuras habis, agan mau minta ke ortu atau ke soadara akan segan, segala usaha yang agan fikir harus dilakukan sudah dilakukan, tetapi faktanya adalah agan masih menjadi seorang pengangguran, ratusan lamaran sudah terkirim, puluhan interview sudah agan ikuti, tapi belum satupun menerima agan bekerja.
Spoiler for :

Beberapa bulan agan menganggur, agan akan mulai merasa malu, disaat teman-teman yang sudah bekerja mengajak mengadakan acara di tempat biasa dulu hangout bareng, agan akan mulai memikirkan status agan, sebagai “Pengangguran”.
Agan akan jadi penonton disaat teman-teman agan bertukar cerita mengenai situasi di tempat mereka masing-masing bekerja. Apalagi kalau agan memiliki latar pendidikan Sarjana, agan akan “merasa” detertawakan oleh teman agan yang pendidikannya dibawah agan tetapi mereka sudah memiliki pekerjaan yang established.
Uang simpanan mulai terkuras habis, agan mau minta ke ortu atau ke soadara akan segan, segala usaha yang agan fikir harus dilakukan sudah dilakukan, tetapi faktanya adalah agan masih menjadi seorang pengangguran, ratusan lamaran sudah terkirim, puluhan interview sudah agan ikuti, tapi belum satupun menerima agan bekerja.
Spoiler for :
Depresi
Beberapa tahun agan menganggur, agan akan mulai depresi semuanya terasa stuck, tidak menemukan jalan keluar alias mentok. Bahkan bisa jadi si pujaan hati akan meninggalkan agan, karena dianggap masa depan agan suram.
Kurang-kurang nya kuat iman agan akan mulai mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif, semakin agan berfikir semakin terasa mentok, tidak menemukan jalan keluar, padahal usia agan makin bertambah, dan berbagai tekanan lainnya makin banyak, tetapi solusi tak kunjung agan dapatkan.
Spoiler for :

Beberapa tahun agan menganggur, agan akan mulai depresi semuanya terasa stuck, tidak menemukan jalan keluar alias mentok. Bahkan bisa jadi si pujaan hati akan meninggalkan agan, karena dianggap masa depan agan suram.
Kurang-kurang nya kuat iman agan akan mulai mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif, semakin agan berfikir semakin terasa mentok, tidak menemukan jalan keluar, padahal usia agan makin bertambah, dan berbagai tekanan lainnya makin banyak, tetapi solusi tak kunjung agan dapatkan.
Quote:
Nah itulah kira-kira yang akan agan rasakan kalau agan menjadi seorang pengangguran, sekarang mari kita kembali lagi ke topik sebelumnya, mengenai sarjana yang menganggur, kenapa mereka bisa menganggur?
Menurut penelusuran Mbah google, katanya ada 5 alasan mendasar mengapa sarjana bisa mengangur, padahal derita yang dialami oleh sarjana ketika dia menganggur, akan dua kali lebih berat dibanding dengan orang yang memiliki pendidikan menegah atau dasar.
Berikut adalah alasannya kenapa Sarjana Bisa menganggur:
Jobless Factor # 1 : Low Economic Growth.
Spoiler for :
Pada akhirnya, elemen ini adalah salah satu faktor kunci yang menentukan angka pengangguran sebuah negara.
Sejatinya, berdasar rumus standar internasional, angka pengangguran di Indonesia hanya sekitar 5.81%, masih relatif bagus, dibanding misalnya angka pengangguran di Perancis yang tembus 9% atau bahkan di Spanyol yang lebih ngeri, 23%.
Idealnya, angka pengangguran itu sebaiknya 3%. Kalau lebih rendah malah bisa bahaya, karena industri atau perusahaan akan sangat kesulitan mencari tenaga kerja baru.
Nah untuk mencapai angka pengangguran yang ideal, butuh pertumbuhan ekonomi yang mak nyus, atau sekitar 8 – 10%.
Data terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sekitar 4.7%. Masih jauh dari harapan. Btw, di negara-negara maju, pertumbuhan ekonomi sebesar 3% sudah dinilai sangat bagus.
Untuk negara emerging countries seperti India, China dan Indonesia, pertumbuhan yang dianggap fenomenal adalah 7% keatas (India dan China bisa melakukannya berulang kali. Indonesia belum).
Pertumbuhan ekonomi yang kurang bagus membuat industri dan perusahaan enggan melakukan ekspansi. Artinya kebutuhan tenaga kerja baru juga stagnan. Muncul-lah barisan masif pengangguran Sarjana S1.
Sejatinya, berdasar rumus standar internasional, angka pengangguran di Indonesia hanya sekitar 5.81%, masih relatif bagus, dibanding misalnya angka pengangguran di Perancis yang tembus 9% atau bahkan di Spanyol yang lebih ngeri, 23%.
Idealnya, angka pengangguran itu sebaiknya 3%. Kalau lebih rendah malah bisa bahaya, karena industri atau perusahaan akan sangat kesulitan mencari tenaga kerja baru.
Nah untuk mencapai angka pengangguran yang ideal, butuh pertumbuhan ekonomi yang mak nyus, atau sekitar 8 – 10%.
Data terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sekitar 4.7%. Masih jauh dari harapan. Btw, di negara-negara maju, pertumbuhan ekonomi sebesar 3% sudah dinilai sangat bagus.
Untuk negara emerging countries seperti India, China dan Indonesia, pertumbuhan yang dianggap fenomenal adalah 7% keatas (India dan China bisa melakukannya berulang kali. Indonesia belum).
Pertumbuhan ekonomi yang kurang bagus membuat industri dan perusahaan enggan melakukan ekspansi. Artinya kebutuhan tenaga kerja baru juga stagnan. Muncul-lah barisan masif pengangguran Sarjana S1.
Jobless Factor #2 : Overqualified Skills.
Spoiler for :
Secara mengejutkan data menunjukkan secara persentase, jumlah lulusan S1 yang menganggur ternyata lebih tinggi dibanding lulusan SMK/SMA atau bahkan SLTP (maksudnya dari total lulusan Sarjana, persentase yang menganggur lebih banyak dibanding lulusan SMA/SMK).
Dengan kata lain, secara persentase, lulusan SMA/SMK lebih banyak yang terserap dalam lapangan kerja dibanding lulusan S1 (waduh, ngerti gitu dulu ndak usak kuliah yak. Uhuk).
Kenapa bisa begitu? Simpel : karena kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan banyak industri di tanah air ya cukup sebatas lulusan SMK/SMA.
Ribuan pabrik di Indonesia masih berada pada level “tukang jahit”, belum melangkah ke fase yang lebih advance. Karena kelasnya masih hanya tukang jahit, ya butuhnya cukup lulusan SMA/SMK. Ngapain lulusan S1. Nanti malah sok gengsi dan minta gaji mahal. Uhuk.
Demikian juga, di sektor perdagangan. Ribuan toko yang ada di pasar, mal, dan ruko hanya butuh penjaga toko yang lulusan SMA saja. Memang lulusan S1 mau suruh jaga toko HP di Roxy? Malu keleus.
Dengan kata lain, secara persentase, lulusan SMA/SMK lebih banyak yang terserap dalam lapangan kerja dibanding lulusan S1 (waduh, ngerti gitu dulu ndak usak kuliah yak. Uhuk).
Kenapa bisa begitu? Simpel : karena kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan banyak industri di tanah air ya cukup sebatas lulusan SMK/SMA.
Ribuan pabrik di Indonesia masih berada pada level “tukang jahit”, belum melangkah ke fase yang lebih advance. Karena kelasnya masih hanya tukang jahit, ya butuhnya cukup lulusan SMA/SMK. Ngapain lulusan S1. Nanti malah sok gengsi dan minta gaji mahal. Uhuk.
Demikian juga, di sektor perdagangan. Ribuan toko yang ada di pasar, mal, dan ruko hanya butuh penjaga toko yang lulusan SMA saja. Memang lulusan S1 mau suruh jaga toko HP di Roxy? Malu keleus.
Jobless Factor #3 : Too Many Social Graduates.
Spoiler for :
Di tanah air ini mungkin terlalu banyak lulusan jurusan sosial humaniora (ekonomi, manajemen, hukum, sospol, sastra, dst, dst).
Di hampir semua kampus di Indonesia pasti ada fakultas Hukum dan Ekonomi. Padahal mungkin kebutuhan lulusan dua fakultas ini tidak sebanyak pasokan jumlah sarjana yang lulus. Over supply. Akhirnya jadi pengangguran.
Demikian juga, ribuan sarjana sosial lulus, dan menemui fakta bahwa gelar yang mereka pegang ternyata tidak laku di pasaran. Akhirnya jadi pengangguran lagi.
Di sisi lain, sebenarnya kita sangat kekurangan jumlah sarjana teknik (engineering). Kita kekurangan sekitar 120 ribu insinyur padahal ada ribuan KM jalan raya dan ribuan megawatt listrik yang akan dibangun. Masak yang harus bangun jalan tol dan listrik, lulusan Sarjana Sastra Jawa.
Btw, studi World Bank menunjukkan jumlah lulusan engineering sebuah negara berbanding lurus dengan kemajuan bangsa itu. Secara persentase, lulusan sarjana teknik di Jepang, Korea, Taiwan dan China sangat tinggi. Tak heran mereka jadi negara maju.
Di hampir semua kampus di Indonesia pasti ada fakultas Hukum dan Ekonomi. Padahal mungkin kebutuhan lulusan dua fakultas ini tidak sebanyak pasokan jumlah sarjana yang lulus. Over supply. Akhirnya jadi pengangguran.
Demikian juga, ribuan sarjana sosial lulus, dan menemui fakta bahwa gelar yang mereka pegang ternyata tidak laku di pasaran. Akhirnya jadi pengangguran lagi.
Di sisi lain, sebenarnya kita sangat kekurangan jumlah sarjana teknik (engineering). Kita kekurangan sekitar 120 ribu insinyur padahal ada ribuan KM jalan raya dan ribuan megawatt listrik yang akan dibangun. Masak yang harus bangun jalan tol dan listrik, lulusan Sarjana Sastra Jawa.
Btw, studi World Bank menunjukkan jumlah lulusan engineering sebuah negara berbanding lurus dengan kemajuan bangsa itu. Secara persentase, lulusan sarjana teknik di Jepang, Korea, Taiwan dan China sangat tinggi. Tak heran mereka jadi negara maju.
Jobless Factor #4 : Stupid Graduates.
Spoiler for :
Selain faktor-faktor makro seperti diatas, mungkin banyak pengangguran karena faktor sarjananya sendiri yang tulalit. Maksudnya banyak lulusan Sarjana S1 yang hanya modal teori doang namun minim life skills yang mumpuni.
Wajar kalau mereka jadi pengangguran. Mungkin karena di era digital sekarang ini, mayoritas mahasiswa lebih asyik baca status di social media daripada belajar tentang berbagai aktivitas yang mengasah life skills.
Wajar kalau mereka jadi pengangguran. Mungkin karena di era digital sekarang ini, mayoritas mahasiswa lebih asyik baca status di social media daripada belajar tentang berbagai aktivitas yang mengasah life skills.
Jobless Factor #5 : No Wow Factor.
Spoiler for :
Oke ini adalah faktor yang terakhir. Kalau faktor yang keempat menyangkut aspek kognitif (daya intelektualitas dan penguasaan ilmu dan teori), maka faktor yang kelima ini menyangkut hasil nyata : kebanyakan sarjana nganggur karena memang sama sekali tidak punya something wow.
Hidupnya datar-datar saja, dan terlalu mainstream. Sudah penguasaan teorinya buruk, ditambah selama menjadi mahasiswa selama 4 – 5 tahun, tidak pernah menghasilkan sesuatu yang layak dijadikan “penambah nilai jual” dihadapan tim rekrutmen (mungkin saat jadi mahasiswa kerjanya cuma setor muka kuliah, pulang ke kosan, main game, sibuk socmed, hahahihi, setor muka kuliah lagi, begitu terus sampe lulus).
Wong ndak punya something wow dan penguasaan teori buruk kok bermimpi diterima kerja di Chevron atau Citibank dengan gaji pertama langsung 10 juta/bulan. Gaji 10 juta dari Hongkong ?!!
Wow Factor ini memang tidak mudah direngkuh. Mungkin dibutuhkan kreativitas, daya juang, resourcefulness dan ketekunan untuk menciptakannya.
Sayangnya, 95% mahasiswa tanah air mungkin tidak punya elemen-elemen pembentuk wow factor itu. Tanpa wow factor, seorang lulusan sarjana tidak akan bisa stand out above the crowd.
Nasib dia akan sama dengan 400 ribuan sarjana lainnya : masuk jadi penambah angka statistik pengangguran.
DEMIKIANLAH, lima faktor atau alasan kunci kenapa ratusan ribu lulusan Sarjana S1 jadi pengangguran.
SUMBER
Hidupnya datar-datar saja, dan terlalu mainstream. Sudah penguasaan teorinya buruk, ditambah selama menjadi mahasiswa selama 4 – 5 tahun, tidak pernah menghasilkan sesuatu yang layak dijadikan “penambah nilai jual” dihadapan tim rekrutmen (mungkin saat jadi mahasiswa kerjanya cuma setor muka kuliah, pulang ke kosan, main game, sibuk socmed, hahahihi, setor muka kuliah lagi, begitu terus sampe lulus).
Wong ndak punya something wow dan penguasaan teori buruk kok bermimpi diterima kerja di Chevron atau Citibank dengan gaji pertama langsung 10 juta/bulan. Gaji 10 juta dari Hongkong ?!!
Wow Factor ini memang tidak mudah direngkuh. Mungkin dibutuhkan kreativitas, daya juang, resourcefulness dan ketekunan untuk menciptakannya.
Sayangnya, 95% mahasiswa tanah air mungkin tidak punya elemen-elemen pembentuk wow factor itu. Tanpa wow factor, seorang lulusan sarjana tidak akan bisa stand out above the crowd.
Nasib dia akan sama dengan 400 ribuan sarjana lainnya : masuk jadi penambah angka statistik pengangguran.
DEMIKIANLAH, lima faktor atau alasan kunci kenapa ratusan ribu lulusan Sarjana S1 jadi pengangguran.
SUMBER
Quote:
Apapun itu faktanya adalah ada 400 ribu sarjana yang sedang menganggur, dan aktif mencari pekerjaan, Lalu sekarang apa solusinya?
Pengangguran harus saling berkomunikasi
Menjadi single fighter ketika menganggur merupakan pilihan yang kurang tepat, karena segala sumber daya dan pemikiran 100% agan sendirian, maka dari itu haruslah berkomunikasi dengan pengangguran yang lainnya, agar mendapatkan peluang yang lebih baik. Maksudnya adalah, dengan cara itu agan akan memiliki lebih banyak lagi jaringan, ketika agan memiliki lebih banyak jaringan maka lebih banyak informasi yang akan agan dapatkan. Untuk itu carilah sesama pengangguran lainnya. Bisa lewat kenalan teman, lewat social media, atau lewat apapun banyak caranya.
Misalnya anda mengenal 10 orang lainnya sarjana menganggur yang aktif mencari pekerjaan, ketika 7 diantara mereka diterima bekerja, minimal mereka akan mengetahui lowongan diperusahaan tempat mereka bekerja, jadi anda tahu harus mengirimkan kemana lamarana agar peluang diterimanya lebih tinggi. Selain itu siapa tahu ada yang memiliki passion yang sama dengan agan, jadi agan bisa bekerja sama memulai Start Up.
Diarahkan kepada lowongan pekerjaan
Tentu saja pengangguran membutuhkan lowongan kerja, untuk itu penganggurannya harus aktif mencari lowongan pekerjaan, dan pemerintah pun mempermudah akses terhadap lowongan pekerjaan. Jangan sampai dipampang pengumuman lowongan kerja untuk daerah papua, sementara pengangguran yang menumpuk adalah didaerah jawa barat misalnya. Tidak ada yang salah memang kalau dilihat sekilas, tapi kalau lebih diamati lagi, bagaimana dengan biaya yang harus para pengangguran ini keluarkan hanya untuk mengikuti tahapan interviewnya saja.
Diarahkan menjadi wurausahawan
Wirausaha atau entrepreneurship merupakan alternatif terbaik solusi untuk pengangguran, apalagi untuk sarjana, karena mereka cenderung lebih mudah diajari dan lebih mudah belajar. Saat ini pemerintah juga sedang menggalakan program wirausaha, tinggal penganggurannya lebih aktif mencari informasi yang dibutuhkan. Dan tak lepas dari itu pemerintahpun harus memberikan kemudahan dalam mengikuti program ini, maksudnya adalah jangan setengah-setengah, kalau mau bantu ya harus all out, mulai dari Planing Actuating, Organizing, sampai kepada Controling-nya harus di kerjakan dengan sebaik mungkin.
For Your Information nih
Buat agan/sista yang tinggal didaerah Jawa Barat dan minat ikut
Pelatihan Wirausaha Geratis
Yang Diselenggarakan Pemerintah
Bisa cek info detailnya disini
Pelatihan Wirausaha Geratis
Buat yang lagi cari kerja,
Beberapa perusahan BUMN dan Perusahaan Multi Nasional sedang membuka lowongan kerja untuk persyaratan dan proses registrasinya bisa cek disini.
Info Lowongan Kerja
Buat Agan yang mau sharing-sharing permasalahan pengangguran bisa PM ane, terlebih yang tinggal di daerah jawa barat, kalau memungkinkan kita copy darat....
Pengangguran harus saling berkomunikasi
Menjadi single fighter ketika menganggur merupakan pilihan yang kurang tepat, karena segala sumber daya dan pemikiran 100% agan sendirian, maka dari itu haruslah berkomunikasi dengan pengangguran yang lainnya, agar mendapatkan peluang yang lebih baik. Maksudnya adalah, dengan cara itu agan akan memiliki lebih banyak lagi jaringan, ketika agan memiliki lebih banyak jaringan maka lebih banyak informasi yang akan agan dapatkan. Untuk itu carilah sesama pengangguran lainnya. Bisa lewat kenalan teman, lewat social media, atau lewat apapun banyak caranya.
Misalnya anda mengenal 10 orang lainnya sarjana menganggur yang aktif mencari pekerjaan, ketika 7 diantara mereka diterima bekerja, minimal mereka akan mengetahui lowongan diperusahaan tempat mereka bekerja, jadi anda tahu harus mengirimkan kemana lamarana agar peluang diterimanya lebih tinggi. Selain itu siapa tahu ada yang memiliki passion yang sama dengan agan, jadi agan bisa bekerja sama memulai Start Up.
Diarahkan kepada lowongan pekerjaan
Tentu saja pengangguran membutuhkan lowongan kerja, untuk itu penganggurannya harus aktif mencari lowongan pekerjaan, dan pemerintah pun mempermudah akses terhadap lowongan pekerjaan. Jangan sampai dipampang pengumuman lowongan kerja untuk daerah papua, sementara pengangguran yang menumpuk adalah didaerah jawa barat misalnya. Tidak ada yang salah memang kalau dilihat sekilas, tapi kalau lebih diamati lagi, bagaimana dengan biaya yang harus para pengangguran ini keluarkan hanya untuk mengikuti tahapan interviewnya saja.
Diarahkan menjadi wurausahawan
Wirausaha atau entrepreneurship merupakan alternatif terbaik solusi untuk pengangguran, apalagi untuk sarjana, karena mereka cenderung lebih mudah diajari dan lebih mudah belajar. Saat ini pemerintah juga sedang menggalakan program wirausaha, tinggal penganggurannya lebih aktif mencari informasi yang dibutuhkan. Dan tak lepas dari itu pemerintahpun harus memberikan kemudahan dalam mengikuti program ini, maksudnya adalah jangan setengah-setengah, kalau mau bantu ya harus all out, mulai dari Planing Actuating, Organizing, sampai kepada Controling-nya harus di kerjakan dengan sebaik mungkin.
For Your Information nih
Buat agan/sista yang tinggal didaerah Jawa Barat dan minat ikut
Pelatihan Wirausaha Geratis
Yang Diselenggarakan Pemerintah
Bisa cek info detailnya disini
Pelatihan Wirausaha Geratis
Buat yang lagi cari kerja,
Beberapa perusahan BUMN dan Perusahaan Multi Nasional sedang membuka lowongan kerja untuk persyaratan dan proses registrasinya bisa cek disini.
Info Lowongan Kerja
Buat Agan yang mau sharing-sharing permasalahan pengangguran bisa PM ane, terlebih yang tinggal di daerah jawa barat, kalau memungkinkan kita copy darat....
Demikian Gan thread ane,,,
kalau ada sodara teman atau kerabatnya yang maih menganggur, tolong di share ya,,,
biar bisa sedikit memberikan informasi buat mereka...




4iinch dan anasabila memberi reputasi
2
9.1K
Kutip
98
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan