- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[ANAK BANDUNG, MASUK!] Hancurnya Kota Ane yang Cantik Gara-gara ini, Gan !


TS
Kimray
[ANAK BANDUNG, MASUK!] Hancurnya Kota Ane yang Cantik Gara-gara ini, Gan !
Quote:
Tisna Sanjaya: Banjir di Bandung Akibat dari Kerakusan Manusia
![[ANAK BANDUNG, MASUK!] Hancurnya Kota Ane yang Cantik Gara-gara ini, Gan !](https://s.kaskus.id/images/2016/10/31/3194261_20161031035618.png)
Tisna Sanjaya
BANDUNG-Seorang seniman Bandung Tisna Sanjaya yang akrab disapa Kang Tisna mengekspresikan kesedihannya dengan kejadian banjir yang menyergap Bandung dalam beberapa pekan terakhir ini.
Kang Tisna menuangkan rasa keprihatinannya dalam karya lukis yang baginya mewakili peradaban Bandung saat kini. Karya itu terbentuk dari guratan tanah yang terhampar dalam papan berukuran besar di Sungai Cikapundung di seputaran Gedung Merdeka, Bandung.
Dua papan besar berderet satu jajar di tengah air yang mengalir dari hulu. Dengan media tanah berbeda, Kang Tisna melukis dengan segenap perasaannya.
Usai mengarahkan tangannya ke papan besar, Tisna menumpahkan air yang ditampung dalam wadah berbeda ke arah media lukis sambil menginternalisasi makna ekspresi tersebut.
Tisna mengatakan tanah dalam lukisan tersebut diambil dari Cigondewah dan Cikapundung. “Dua tanah ini merupakan tanah yang menghasilkan sumber air,” kata Tisna, Sabtu (29/10/2016).
Dalam penjelasannya, makna lukisan itu adalah cerminan dari bumi dalam kondisi dewasa yang dieksploitisir keserakahan manusia sehingga menimbulkan bencana alam.
Baginya Bandung saat ini telah dalam keadaan kritis. Lahan penghijauan hanya tertinggal 8% dari angka ideal minimal 38%.
Kondisinya menyedihkan, meskipun alamnya cantik, tanahnya subur, air melimpah, segala ada di Kota Bandung namun justru musibah yang datang.
Dilanda Banjir Dahsyat, Bandung Kota Cantik yang dalamnya Keropos
Kang Tisna mencontohkan kawasan Punclut di Bandung bagian utara. Daerah itu seharusnya ditumbuhi berbagai pohon, menjadi daerah resapan air dan filter udara.
“Kini malah didirikan bangunan, hotel, resort dan berbagai hal. Kalau sudah begitu, air masuk ke kota langsung,” kata dia.
“Kita tidak amanah diberi kekayaan, sumber mata air dan segala macamnya. Kita malah merusaknya. Seharusnya kekayaan ini menjadi anugerah, bukan malah jadi bencana. Pasteur, Pagarsih kakeu’eum (tergenang), ini adalah teguran,” tegasnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya Kota Bandung diterjang banjir hebat dengan titik terparah di kawasan Pasteur dan Jalan Pagarsih, bahkan di tempat terakhir itu dua buah mobil terseret arus di jalan yang bagaikan dilanda tsunami.
Ketua Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) Profesor Sudibbyakto menyebutkan banjir itu yang terparah selama 10-20 tahun terakhir. Menurutnya ada tiga faktor penyebab banjir di Kota Bandung, cuaca, kondisi permukaan lahan dan faktor manusia.
Pakar tata kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Denny Zulkaidi menyebutkan salah satu penyebab banjir itu adalah minimnya jumlah drainase di kota ini.
Dalam catatannya rencana perbaikan dan pengadaan drainase di Kota Bandung terakhir dilakukan pada 1980-an. “Pemkot Bandung harus kembali membuat master plan drainase,” katanya. (tiga penyebab utama
Tiga Penyebab Utama Terjadinya Banjir Parah di Kota Bandung
Sementara Wagub Jawa Barat Deddy Mizwar mengaku heran dengan banjir tersebut, sekalipun Bandung langganan banjir, namun menurut Deddy biasanya tidak sebesar yang terjadi pada hari Senin 24 Oktober 2016 itu.
“Saya juga mau tanya sama Emil (panggilan Ridwan Kamil) seperti apa, kok jadi begitu. Baru dapat Adipura kan, kok tiba-tiba banjirnya besar,” kata Deddy di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (24/10).
Bandung Baru Dapat Adipura Kok Banjir Besar?
Namun apa daya Walikota Bandung Ridwan Kamil yang akan ditanyai oleh Deddy Mizwar malah mengaku bingung akibat banjir yang terjadi, terutama di Jalan Pagarsih. Dimana disaat yang bersamaan kawasan Pasteur juga tergenang banjir yang mengakibatkan kemacetan parah.
“Pagarsih sudah 2 x 2 meter dua biji, tapi memang enggak cukup. Saya bingung juga, apakah air dari utara melebihi kapasitas? Karena secara hitungan sudah kami perbaiki. Pagarsih itu proyeknya Rp 3 miliar.” terangnya.
“Proyeknya kami cari upaya lagi, termasuk rencana membongkar bangunan di jalur air,” tambah Kang Emil di Pendapa Kota Bandung, Selasa, 25 Oktober 2016.
Banjir Bandang Terjang Bandung Ridwan Kamil Mendadak Bingung
Belum selesai kebingungan dan keheranan kita dari Banjir fenomenal terjadi di tengah-tengah kota, beberapa hari kemudian tepatnya Jum’at 28 Oktober 2016 terjadi lagi banjir di kawasan Gedebage yang merupakan wilayah ekonomi sekunder di kota ini.
Padahal daerah ini diklaim tidak akan banjir lagi karena telah dibangun Tol Air guna mengatasi banjir di persimpangan Gedebage yang sudah bertahun-tahun belum bisa diatasi.
Sebelumnya Walikota Bandung mengklaim bahwa konsep Tol Air yang diterapkannya di kawasan Gedebage sudah mendekati sempurna. Konsep ini pula yang akan diterapkan di kawasan Pasteur dan Pagarsih.
Para pakar dan pemerhati lingkungan menilai Tol Air itu tidaklah buruk. Hanya saja konsep ini tidaklah berekologis dimana tidak bisa menyerap atau menampung air untuk sementara waktu alias mengalihkannya saja secara cepat ke tempat lain.
Konsep tersebut bahkan rencananya bakal diterapkan di dua wilayah, Jalan Dr. Djundjunan (Pasteur) dan Pagarsih untuk mengentaskan persoalan serupa. Namun pada kenyataannya, banjir kembali melanda Gedebage pada hari ini.
Diklaim Tak Banjir oleh Ridwan Kamil, Ternyata Gedebage Masih Tergenang
“Banjir Gedebage hari ini menunjukan bahwa konsep Tol Air itu tidak berekologis,” kata Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Topan Sunarto, Jumat (28/10/2016).
Topan menyebut bahwa konsep Tol Air tidaklah buruk. Hanya saja Tol Air tidaklah berekologis dimana tidak bisa menyerap atau menampung air hujan untuk sementara waktu.
Padahal menurut ia, solusi bencana banjir harusnya berkonsep ekologis dimana memperbanyak resapan air pada suatu wilayah yang sering dilanda banjir.
“Ketika berbicara Tol Air, berbicara out put. Ketika Gedebage banjir kemudian out putnya Sungai Cinambo, sungainya meluap,” kata Ketua Wahana Lingkungan Hidup (walhi) Jawa Barat Dadan Ramdhan.
Solusi banjir semestinya berkonsep ekologis yaitu dengan mengusahakan percepatan resapan air pada wilayah yang sering dilanda banjir. “Problemnya daya tampung terlampaui, drainase belum tertata. Maka Tol Air tidak menjawab,” tegasnya.
Tol Air ala Ridwan Kamil dalam Sorotan Ilmiah dan Kritis dari Pemerhati Lingkungan
Banjir nan fenomenal itu memang mengundang pertanyaan,mendapat sorotan atau kritikan yang riuh rendah baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Walikota Bandung Ridwan Kamil tampaknya cukup sigap menanggapi suara-suara yang terkesan mengkritik kinerja pemerintahannya selama ini.
Melalui akun twitternya Emil mengundang seluruh khalayak dalam sebuah seminar bertajuk “BEDAH BANDUNG, NATIONAL PUBLIC DISCUSSION” yang diselengggarakan di Auditorium Lt 2 Gd. PKM Universitas Pendidikan Indonesia pada Jum’at malam pukul 18:30 sampai selesai.
Dalam twit-nya Kang Emil mengatakan, “Kritikus ilmiah, haters emosional & yg hobi bilang pencitraan mari kita kumpul dialog bedah data ttg plus minusnya pembangunan BDG di UPI.”
‘Seminar’ yang undangannya gratisan (free) dengan pendaftaran melalui SMS/Whatsapp ini disiarkan secara live di akun medsos FB-nya. Tepat menjelang diskusi ilmiah ini berlangsung, kawasan Gedebage disergap banjir sejak pukul 14:00 sampai malam hari. Belum ada informasi lebih lanjut apa kesimpulan dari diskusi publik tersebut sampai hari ini. Lapak
0
10.7K
Kutip
74
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan