Humaida pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panglima Sebaya, Tana Grogot, Kalimantan Timur sudah lima tahun mengalami koma. Wanita yang berusia 46 tahun itu selalu berbaring tanpa ekspresi. Ia hanya dapat memandang kosong dan menutup mata saat tidur.

Humaida mengalami kelumpuhan usai melahirkan pada tahun 2011. Setelah itu, ia menjalani operasi pengendalian kehamilan steril (KB Steril). Pasca kejadian tersebut, Hamida mengalami kejang-kejang, mendengkur sampai akhirnya koma.

Agar tetap bertahan, ibu dari empat anak ini memperoleh asupan gizi dalam bentuk cair yang dimasukkan melalui selang di lambungnya. Humaida menghabiskan kurang lebih tujuh mangkuk makanan setiap harinya.

Hamida sempat mendapatkan perawatan medis di Klinik Muhammadiyah, Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan sampai akhirnya di RSUD Grogot sekarang ini. Meski begitu ia tak kunjung mengalami perubahan. Banyak dokter spesialis yang menangani Hamida angkat tangan.

Ahmad Mutholib, suami Hamida mengaku telah mengupayakan segala cara untuk kesembuhan istrinya. Ia selalu menjaga, menggantikan popok dan memandikan Hamida. Anak mereka yang masih kecil terpaksa dititipkan kepada anggota keluarga lain.

Keluarga Hamida memperoleh bantuan dana perawatan berkat Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Namun, mereka masih harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 1 juta setiap bulannya.

Januar, anak sulung Hamida, sempat menyampaikan tuntutan pertanggungjawaban atas kasus yang diduga malpraktek itu. Ia bahkan mendatangi Pengurus Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta. Januar juga meminta bantuan kuasa hukum dari Lembaga Bantuan Hukum Sikap Balikpapan, Ebin Marwi. Kini ia merasa frustasi karena kondisi ibunya tidak kunjung sembuh. Oleh karena itu eutanasia atau suntik mati dipertimbangkan sebagai jalan akhir.

"Keluarga sudah masuk fase frustasi," ujar Ebin. "Bila negara tidak memberi jaminan bahwa akan ada pengobatan atau apa pun untuk Humaida, maka keluarga akan pertimbangan mengajukan fatwa eutanasia."


http://www.wowkeren.com/berita/tampi...4.html?ref=yfp