Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

albetbengalAvatar border
TS
albetbengal
DUA TAHUN JOKOWI-JK:Selamat Tinggal ImporBeras
Bisnis.com, JAKARTA - Komisi IV DPR --
melalui dua wakil ketua meluncurkan
sejumlah catatan penting untuk sektor
pertanian saat Pemerintahan Joko Widodo
(Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) pada 20 Oktober tahun ini genap berusia dua tahun dari lima tahun masa pemerintahan mereka.
Herman Khaeron dari Partai Demokrat dan
Daniel Johan dari Partai Kebangkitan Bangsa
menggaris bawahi dua hal pokok dalam kinerja sektor pertanian yang dipimpin oleh Andi Amran Sulaeman.

Pertama, di sektor tanaman pangan seperti beras dan jagung. "Saya ini paling keras kritik pertanian. Tapi kali ini...."
Herman terdiam di seberang telepon.
"Ya....Kinerja budidaya tanaman pangan harus kita akui, sangat positif,"'katanya kemudian, atau,"On the track," ujar Daniel.
Herman merujuk kepada fakta, sepanjang
tahun ini, misalnya, Indonesia mampu
memenuhi kebutuhan berasnya tanpa impor,yang merujuk pada tidak adanya surat izin impor beras.

"Impor awal tahun ini, adalah realisasi 'kuota' impor tahun lalu yang mencapai 1,5 juta ton yang baru terealisasi
sekitar 0,8 juta ton."Hal itu menjawab pernyataan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita usai rapat koordinasi di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (18/10). “Ngapain lagi impor,barang banyak. Orang yang impor saja tidak ada yang mau, gimana? Sampai sekarang nggak
ada permintaan impor. Beras oke, cabai aman,bawang bagus."

Pada 2015, mengacu pada angka tetap (atap)
yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS),
produksi padi mencapai 75,55 juta ton gabah kering giling (GKG). Kenaikan produksi karena naiknya luas panen seluas 0,51 juta hektare (3,71%) dan kenaikan produktivitas 1,45 kuintal/ha (2,82%). Di Pulau Jawa naik 1,83 juta ton dan di luar Jawa 2,88 juta ton.
Angka produksi padi itu bukan saja lebih tinggi dari target dalam Rencana Strategis 2015-2019 yang tertulis 73,40 juta ton GKG untuk 2015.

Juga menjadi rekor produksi padi atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir.Data capaian produksi 2010-2014 jauh di bawah capaian itu sehingga kinerja itu pun mengundang apresiasi.

Tahun Produksi (ton)
2010 66,47 juta
2011 65,76 juta
2012 69,06 juta
2013 71,28 juta
2014 70,25 juta
2015 75,55 juta

Pada 2010, produksi 66,47 juta ton GKG, pada 2011 sebesar 65,76 juta ton GKG, 2012
sebesar 69,06 juta ton GKG, 2013 sebesar
71.28 juta ton GKG, dan 2014 sebesar 70,25
juta ton GKG.

"Pemerintah saat ini sangat fokus dan
melakukan program intensifikasi dengan baik. Tentu, juga karena anggaran pertanian tahun ini juga naik,” ujar Herman, yang juga diakui Daniel.

Tentu, apresiasi itu pun merujuk pada kinerja produksi beras 2016 yang hingga Angka Ramalan II 2016 --yang dirilis BPS-- tercatat 79juta ton. Hal senada juga dilontarkan Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarto Tohir yang mengapresiasi Angka Tetap produksi pangan 2015.

Termasuk dalam mewujudkan komitmen
menghindari impor bawang dan cabai untuk
memasok kebutuhan di dalam negeri."Bahkan,impor jagung turun hingga 60%," ujarHerman.
Jika merujuk data impor jagung Januari-Mei
2016, yang sudah turun 47,5% dibandingkan
dengan periode yang sama 2015 dan
menghemat devisa sekitar Rp2,7 triliun,
berapa total penghematan devisa dari angka
60% Capaian itu dipicu oleh kinerja subsektor jagung. Winarno --mengacu kepada data BPS mengatakan produksi jagung 2015 naik menjadi 19,61 juta ton. "ini mengindikasikan kemampuan memenuhi pasokan industri pakan ternak semakin bagus."Begitu juga impor bawang dan cabai."Bukan hanya beras yang oke,cabai aman, bawang pun bagus," ujar Mendag.

Tak terkecuali dengan nilai tukar petani. NTP
nasional September 2016 sebesar 102,02 atau naik 0,45% dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,73%, lebih besar dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ibs sebesar 0,28%.

Di sisi lain indeks Ketahanan Pangan global atau Global Food Security Index (GFSI) 2016,
posisi Indonesia meningkat dari peringkat ke 74 menjadi ke 71 dari 113 negara.
Namun, dan yang menjadi catatan kedua dari para wakil rakyat itu --Herman Khaeron dan Daniel Johan-- perlu menuntaskan sejumlah pekerjaan rumah. Yakni menjaga stabilitas harga dan pasokkan pangan.
Aspek transportasi harus mendapat perhatian.
"Negeri ini Kepulauan. Kalau terjadi ombak
tinggi di laut, kapal tidak bisa berlayar, pasok pangan ke daerah konsumen lain yang bukan sentra produksi, terancam dan harga bakal bergejolak," ujar Herman. Karena itu, insentif ke sektor transportasi khususnya untuk pangan, perlu dipikirkan. Atau
meminjam ide Daniel Johan, pemerintah
sebaiknya membangun BUMDes saja. Dengan Badan usaha milik desa di setiap desa itu, bisa didorong untuk kemandirian pangan dan ekonomi di pedesaan. Badan usaha ini pun akan memudahkan Bulog dalam penyerapan beras.

Tentu, yang tidak kalah penting, selain terus
melakukan intensifikasi, adalah peningkatan
gerakan diversifikasi pangan. Ini untuk
mengurangi ketergantungan a.l pada beras.
m.bisnis.com/industri/read/20161027/99/596557/dua-tahun-jokowi-jk-selamat-tinggal-impor-beras

Lumayan gan kinerja kementrian pertanian

Sekarang yg lagi mahal harga cabe gan 1kg:sekitar 50ribunan gan
0
4.5K
69
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan