Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia, terutama yang melibatkan kendaraan roda dua, masih memprihatinkan. Dua pakar soal otomotif di Indonesia mengungkapkan keprihatinan mereka dan mencoba menyumbang saran untuk mencegah terus bertambahnya jumlah korban kecelakaan lalu lintas.

Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri) pada periode Januari hingga September 2016 telah terjadi 71.616 kasus kecelakaan di seluruh Indonesia.

Tahun lalu jumlah kecelakaan di seluruh Indonesia mencapai 84.099 kasus, naik dari 77.439 kasus pada 2014.

Analis Madya Bidang Dikmas Korlantas Polri Kombes Pol. Unggul Sedyantoro menyatakan 80 persen dari kecelakaan tersebut melibatkan sepeda motor. Demikian dikutip Liputan6.

Pada 2015, menurut data Kementerian Kesehatan, kecelakaan berkendara menempati peringkat kedua sebagai penyebab kematian di Indonesia setelah penyakit stroke. Diperkirakan setiap jam ada tiga hingga empat orang meninggal akibat kecelakaan.

Kerugian materi yang ditimbulkan pun mencapai angka triliunan rupiah.

Jusri Pulubuhu, Kepala Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), menyatakan angka tersebut memang sangat memprihatinkan.





-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Jusri mengambil contoh ketika pengendara motor yang tak menggunakan helm memacu motornya dengan kecepatan 80 km/jam, artinya dalam satu detik ia menempuh jarak 22,2 meter.

Bayangkan jika ia berpaling dari fokus satu detik saja, dalam 22,2 meter ke depan tentunya banyak kondisi yang tak terduga. Bisa kondisi jalan, atau pengendara lain yang lalu lalang, bahkan mungkin pejalan kaki.

"Satu detik saja lengah di jalan raya, bisa menghancurkan cita-cita dia, keluarga, bahkan orang lain," tandasnya lagi.

Pria berusia 60 tahun yang telah mengabdikan setengah hidupnya untuk safety driving ini menyarankan agar Presiden Joko Widodo segera membuat sistem manajemen keselamatan di semua sektor dan mengawasinya dengan ketat.

Presiden, menurut dia, mesti membuat tim khusus guna membantu Polri menangani masalah kecelakaan lalu lintas ini

"Nggak semerta-merta kita ngandelin polisi. Mereka sudah cukup banyak tugasnya, mulai dari menangani kasus korupsi, prostitusi hingga tilang. Untuk perkara yang satu ini presiden harus membentuk tim khusus," tegasnya.

Sementara itu, Agus Riyanto, penggagas Pasar Jongkok Otomotif (Parjo) dari Gusno Production, lebih menyoroti peran orangtua untuk mengurangi kecelakaan bermotor.

Orangtua mesti memberikan edukasi mengenai keselamatan berkendara kepada anak sejak dini karena akan lebih sulit jika sekadar melarang mereka berkendara.

"Kita nggak bisa semata-mata melarang anak mengendarai motor tanpa memberikan penjelasan kepadanya. Terlebih anak tersebut sudah masuk usia remaja, sekitar 12-14 tahun," kata pria yang akrab disapa Gusno itu kepada Beritagar.id, Kamis (20/10).

"Sekarang kan motor gampang banget dikendarai, nah salah satu keinginan anak remaja atau anak yang baru beranjak puber kan pengen bisa bawa motor. Kalau kita cegah, apakah kita berani jamin ketika ia bermain dengan temannya ia patuh dengan kita?" lanjutnya.

Oleh karenanya, ia menilai sangat penting bagi para orangtua, terutama yang memiliki kendaraan bermotor di rumah, untuk mengajarkan cara berkendara yang baik pada anak sejak usia dini.

Selain itu, orangtua juga mesti memberi contoh yang baik dengan cara tidak berkendara ugal-ugalan, terutama saat membonceng sang anak.