Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

desitanaylaAvatar border
TS
desitanayla
[Share] Siapa yang diuntungkan Oleh Konflik Al-Maidah Ayat 51?
Hallo selamat siang, izinkan saya share pendapat saya pribadi hehe
masih baru nulis, menerima kritik dan saran para senior emoticon-Baby Girl

Yuk mulai

Sebagai tanggapan atas beredarnya posting di media sosial tentang kata "awliya" pada Surat Al-Maidah ayat 51 yang disebutkan bahwa terjemahannya telah berganti dari "pemimpin" menjadi "teman setia," Pejabat pengganti sementara Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Kementerian Agama, Muchlis M. Hanafi, mengatakan kata awliya yang tertuang dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 51 diterjemahkan sesuai konteksnya.


Posting-an yang menyertakan foto halaman terjemahan Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 51 tersebut membubuhkan keterangan yang menyebut Al-Quran yang dipostingnya sebagai Al-Quran Palsu.

Al-Maidah 51, Kemenag: Awliya Diterjemahkan Sesuai Konteks

Menurut Muchlis, terjemahan pemimpin dalam Al-Quran tersebut merujuk pada edisi revisi 2002 Terjemahan Al-Quran Kementerian Agama yang telah mendapat tanda tashih dari LPMQ.

Sementara itu, Dr. H. Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD pengajar Fakultas Hukum Monash University beberapa waktu yang lalu juga memberikan penjelasan mengenai mengapa terdapat perbedaan tafsiran penerjemahan di masa Orde Baru terhadap kata Awliya dalam Surat Al Maidah Ayat 51.

Penjelasan Kenapa 'Awliya' Pernah Diterjemahkan 'Pemimpin' di Masa ORBA | by @Nadir_Monash |

Menurutnya, Soeharto di masa pemerintahan Orde Baru sengaja menerjemahkan kata Awliya dalam Surah Al-Maidah ayat 51 menjadi 'pemimpin' karena cara pandang politik Soeharto.

Soeharto menghendaki terciptanya kerukunan antar umat beragama. Jika diterjemahkan menjadi 'teman setia' dikhawatirkan akan diterima sebagai larangan berteman antara muslim dengan non-muslim.

Dalam penjelasan itu, H Nadirsyah Hosen juga menambahkan bahwa arti kata Awliya diubah menjadi 'teman setia' setelah tumbangnya kekuasaan Soeharto pasca 1998.

Berarti, penerjemahan ayat suci di Indonesia dilakukan dengan menyesuaikan diri dengan iklim politik atau siapa penguasa pada saat terjemahan itu diterbitkan.

Setelah kisruh surat Al-Maidah ayat 51 mencuat karena Ahok, barulah kita semua seperti tersadarkan, di Indonesia penerjemahan ayat suci pun tak luput dari jamahan tangan-tangan kekuasaan.

Tahun 1998 kita tahu ada banyak kepentingan yang masuk ke Indonesia. LSM-LSM Asing dan lokal tumbuh bagai jamur di usim hujan seirama dengan euforia kebebasan pasca jatuhnya pemerintahan Soeharto.

Apakah tidak mungkin, salah satu dari banyak kepentingan itu ikut andil dalam mempengaruhi perubahan penafsiran Al-Maidah ayat 51?
Lagipula, kenapa kita terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa terjemahan era Soeharto adalah terjemahan yang salah.
Bagaimana justru terjemahan jaman Soeharto itulah yang lebih tepat, dan kata Awliya di Surat Al-Maidah ayat 51 memang artinya pemimpin?

Dengan banyaknya pertanyaan yang muncul, saya malah jadi menduga-duga, siapakah yang membisikkan Al-Maidah ayat 51 kepada Ahok, sehingga dia dengan pede mengucapkan "dibohongi pake Surat Almaidah 51."
Apakah sebelumnya Ahok memang sudah tahu, bahwa terdapat celah dalam penafsiran dan pengertian kata Awliya di ayat tersebut?

Lalu, kalau begitu, muncul sebuah dugaan, bahwa polemik Surat Al-Maidah ayat 51 yang semakin hari semakin besar dan efeknya tak hanya dirasakan di Jakarta tersebut adalah sebuah polemik yang dirancang dengan sangat apik. Sengaja dipicu dan dibesar-besarkan untuk mendapatkan hasil tertentu dari kekacauan dan ketegangan yang tercipta karenanya.

Karena sejak dulu, banyak hal yang terjadi di Indonesia ternyata bukan semata-mata tentang orang Indonesia saja. Banyak hal terjadi karena adanya kepentingan lain yang datang dan ikut bermain di Indonesia. Pemberontakan PRRI/Permesta, G30S PKI, krisis ekonomi 1998 dan berujung pada tumbangnya kekuasaan Soeharto, kematian Munir, pembunuhan Wayan Mirna Salihin, dan banyak lagi yang lain.

Sampai hari ini saya masih penasaran dan tak habis pikir menduga-duga. Siapakah kiranya yang ikut ambil bagian dalam Kisruh Pilkada DKI dan polemik Ahok terkait Surat Al-Maidah ayat 51 ini, kekuatan negara mana yang bermain dan mungkin diuntungkan oleh adanya keributan dan ketegangan beraroma SARA di DKI Jakarta.

Pertanyaan-pertanyaan itu masih mengganggu pikiran saya. emoticon-Turut Berdukaemoticon-Turut Berduka
Diubah oleh desitanayla 25-10-2016 04:35
0
2.6K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan