- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Masih Ada Dokter Berhati Mulia di Tengah Tarif Kesehatan Supermahal dan Malapraktik


TS
merdekaboy
Masih Ada Dokter Berhati Mulia di Tengah Tarif Kesehatan Supermahal dan Malapraktik
Quote:
Masih Ada Dokter Berhati Mulia di Tengah Tarif Kesehatan Supermahal dan Malapraktik


Senin, 24 Oktober 2016, masyarakat Indonesia memperingati Hari Dokter Nasional.
24 Oktober ditetapkan sebagai Hari Dokter Nasional karena di tanggal itu, organisasi dokter yakni Ikatan Dokter Indonesia (IDI) lahir pada 24 Oktober 1950.
Saat ini, untuk mendapatkan pelayanan dokter, kita harus membayar baik dokter praktik perseorangan maupun dokter di rumah sakit.
Ragam keluhan berupa pelayanan para dokter yang jauh dari maksimal, terus mengapung. Termasuk kasus-kasus malapraktik dan bayaran supermahal.
Namun, di antara ratusan ribu di Indonesia (menurut data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) per 9 Mei 2016, jumlah dokter 110.720 orang), sebagian dokter memiliki hati mulia karena secara sukarela memberikan pelayanan tanpa tarif, bahkan gratis.
Berikut beberapa dokter berhati mulia di Indonesia yang memberikan pelayanan tanpa tarif atau gratis terutama kepada warga miskin.
1. Dokter Aznan Lelo di Medan

Dikutip dari wajibbaca.com, di kediamannya Jalan. Puri Medan, Kelurahan Komat, Kecamatan Medan Area, Medan Sumatera Utara, Prof. Dr. Aznan Lelo Ph.D, Sp.FK membuka praktik tanpa memasang papan nama, kepada pasiennya dia tidak memasang tarif.
Pasien membayar jasa konsultasi dan obat racikannya sesuka hati.
Resepnya untuk obat apotek pun terjangkau. Cukup fenomenal, kontras dengan umumnya dokter, apalagi di kota-kota besar.
Biasanya praktik buka pukul 17.00 WIB.
Ada pasien yang datang dan mendaftar sejak siang kemudian pergi, banyak pula yang datang langsung mendaftar dan menunggu giliran.
Ruang tunggu yang juga bagian dari garasi itu kadang dipenuhi pasien, sesuai giliran mereka masuk ke ruang praktik berukuran minimalis.
Di meja registrasi di ujung garasi itu disediakan amplop-amplop putih bergaris putih biru-merah.
Pasien yang sudah sering datang tahu cara dan jumlah pengisian amplop untuk tarif "ikhlas hati" itu.
Amplop yang sudah diisi dibawa masuk ke ruang praktik saat diperiksa, dan seusai pemeriksaan ditinggal di meja dr. Aznan.
Bagi yang belum tahu dan menanyakan biaya, ada kalanya kena semprot kegusaran dan ketersinggungan Pak Dokter.
Kadang dr. Aznan memberikan obat hasil racikannya sendiri, kadang pula menuliskan resep.
Obat-obat yang dipilihnya pun generik, bisa diperoleh di banyak apotek dengan harga terjangkau.
2. Dokter Lo Siaw Ging atau akrab disebut Dr Lo di Solo

Dokter Lo bukanlah sosok yang asing bagi warga Solo berkat pengabdiannya selama bertahun-tahun.
Walau ia sudah berusia hampir 82 tahun, tapi ia merasa pengabdiannya menjadi dokter belum usai.
Lo Siaw Ging kecil lahir pada 16 Agustus 1934 di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Ayahnya Lo Bian Tjiang, seorang pengusaha tembakau, dan ibunya Liem Hwat Nio, menjadi sosok utama bagi Lo Siaw Ging memilih untuk menjadi dokter.
Sikap hidup bebas memilih dan bertanggung jawab yang dikenalkan sang ayah, membuat Lo semakin mantap untuk menjadi dokter, walau saat itu ia dibujuk untuk menjadi pedagang, profesi yang ditekuni keluarga besarnya.
"Ayah saya bilang, kalau memang jadi dokter ya ga usah mikir dagang, kalau dagang ga usah mikir dokter,"kata dokter Lo kepada kompas.com saat ditemui di tempat praktiknya di Rumah sakit Kasih Ibu, pada hari Jumat, 14 Agustus, tahun lalu.
Apa yang diungkapkan ayahandanya tersebut membuat dokter Lo terdorong untuk menolong orang sakit dan tidak mengedepankan untung rugi.
Setelah itu, Lo Siaw Ging serius untuk menekuni studi kedokteran, hingga pada tahun 1963 resmi menyandang dokter dari Universitas Airlangga.
Dalam perjalanan karirnya menjadi dokter, ia terinspirasi mentornya, Dr Oen Boen Ing.
Dr Oen tersebut yang akhirnya mendirikan rumah sakit bernama Rumah Sakit Dr Oen, menjadi sosok penting bagi Lo untuk benar benar mengabdi kepada pasien miskin.
Sikap dermawan dan penuh jiwa sosial yang ditularkan oleh Dr Oen, membuat Lo lebih meyakini bahwa kesehatan adalah milik semua orang, termasuk orang miskin.
Ia juga pernah "marah" kepada pasiennya yang memaksa untuk membayar, meskipun saat itu dokter Lo mengetahui bahwa si pasien tidak punya uang cukup untuk membeli obat.
"Apa kamu sudah kaya dan bisa beli beras, kok mau bayar," ujarnya.
Tidak hanya itu, suami dari Maria Gan May Kwee tersebut juga tidak segan untuk memarahi orang tua pasien karena terlalu lama memeriksakan anak mereka yang sakit.
"Saya pernah dimarahi, pas itu anak saya panas tinggi dan setelah tiga hari tidak turun turun, saya bawa ke dokter Lo. sampai sana dimarahi, kok baru sekarang," kata Yunita, warga Brengosan Solo, yang ditemui di Rumah Sakit Kasih Ibu (14/8/2015).
Kisah kedermawanan dokter Lo asal Solo ini memang sudah menjadi rahasia umum.
Tidak hanya warga Solo, namun juga warga dari sekitar Solo, seperti Klaten, Sukoharjo, Boyolali dan Karanganyar.
Dalam sebulan, Lo harus menanggung kurang lebih 7-8 juta rupiah.
Saat disinggung bagaimana dirinya harus menutup uang sebesar itu dalam sebulan, Lo enggan menjelaskan secara detail.
Dirinya hanya menceritakan bahwa ada seorang donatur yang pernah mendengar bagaimana cara saya bekerja melayani pasien, dan akhirnya tertarik membantu.
"Ada donatur yang berniat membantu saya, karena dengar saya kerjanya bantu pasien yang ndak mampu,"katanya singkat.
Biasanya, dokter Lo memberikan tanda khusus diresepnya dan meminta pasien untuk menebus obat ke apotik rujukannya.
Setelah itu, pada akhir bulan, tagihan akan diberikan ke dokter Lo.
3. Dokter Ferihana di Yogyakarta.

Dokter Muslimah bernama Ferihana atau yang dikenal dengan Dokter Hana tidak pernah memasang tarif untuk pasienya, bahkan seringkali memberikan layanan gratis 100% bagi pasien yang kurang mampu.
Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) ini membuka prakteknya sejak tahun 2012 di Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta.
“Pengobatan di tempat saya gratis, termasuk obat, tapi terkadang ada juga pasien yang memberikan infak secara ikhlas,” ujar Dokter Hana sebagaimana dilansir bersamaislam.com, Kamis(21/4/2016).
Bukan hanya memberikan layanan kesehatan gratis, Dokter Hana membuka klinik prakteknya selama 24 jam, jadi masyarakat bisa mengaksesnya kapan saja.
“Jadi saya sudah terbiasa kalo ada pasien datang saat tengah malam, bahkan pernah menjelang Subuh ada pasien yang ingin periksa,” jelas Dokter Hana.
Saat ditanya alasan menggratiskan biaya pengobatan, Dokter Hana menceritakan bahwa niat untuk membantu masyarakat dalam bidang kesehatan sudah ada sejak dirinya sebelum menjadi dokter.
Sejak masa kuliah, Dokter Hana sudah aktif di kegiatan sosial seperti pengobatan gratis bagi masyarakat miskin di daerah pelosok.
Selain itu ia juga melayani konsultasi kesehatan melalui SMS dan telepon.
“Jadi memang udah terbiasa seperti ini (sukarela). Semua kegiatan ini terinpirasi dari kakek saya, beliau selalu memberi contoh untuk menolong orang lain. Tempat praktek ini juga diberikan oleh kakek saya,” papar Dokter Hana.(*)
http://medan.tribunnews.com/2016/10/...an-malapraktik
bener2 menginspirasi

Diubah oleh merdekaboy 24-10-2016 17:36
0
4.8K
Kutip
51
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan