- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
#Jawaban Warga Petamburan Sekitar Markas FPI Soal Ahok Mengejutkan


TS
kodok.nongkrong
#Jawaban Warga Petamburan Sekitar Markas FPI Soal Ahok Mengejutkan
Quote:
Siswanto | Welly Hidayat Selasa, 18 Oktober 2016 | 19:15 WIB

Jalan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat [suara.com/Welly Hidayat]
Soal cara berkomunikasi Ahok, bagi Didik itu soal gaya saja. Baginya yang penting kerjanya nyata.
Suara.com - Wilayah Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, selama ini dikenal sebagai basis pendukung Front Pembela Islam. FPI merupakan ormas yang sikapnya sering berseberangan dengan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Muncul pertanyaan, benarkah semua warga yang tinggal di Petamburan tidak akan mendukung Ahok di pilkada Jakarta periode 2017-2022? Ternyata warga yang ditemui Suara.com, menyatakan masih menginginkan Ahok menjadi gubernur.
Salah satu warga yang menginginkan Ahok menjadi gubernur lagi ialah Holmes Lumban (34). Holmes mendukung Ahok karena dia merasakan hasil kerjanya. Dulu, kata dia, sebagian wilayah Petamburan sering banjir, tetapi sekarang sudah banjir lagi jika hujan turun.
"Pokoknya Ahok jadi gubernur lagi mas. Selama Pak ahok pimpin Jakarta, berangsur - angsur Petamburan nggak ada banjir mas. Tahun ini, nggak ada warga kebanjiran. Bahkan bersih dari sampah - sampah," kata Holmes kepada Suara.com di Jalan Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (18/10/2016).
Holmes tidak mempersoalkan karakter kepemimpinan Ahok yang keras. Menurutnya asalkan tujuannya untuk perbaikan Jakarta dan untuk warga, tidak masalah.
"Jadi kenapa saya setuju dia keras, memang untuk pimpin Jakarta harus berkarakter seperti itu. Profesional kerja itu tandanya. Kerjanya nyata dirasakan warga Jakarta," ujar Holmes.
"Jadi, nggak ada pilihan lain, untuk pilih Ahok jadi gubernur lagi," Holmes menambahkan.
Holmes menceritakan perubahan pelayanan di kelurahan dan kantor wali kota. Sejak dipimpin Ahok, pelayanannya jauh lebih baik.
"Sekarang mas ngurus- ngurus apa - apa di kelurahan atau wali kota sudah berubah mas cepat, jadi nggak susah dan ribet kaya dulu," ujar Holmes.
Warga Petamburan yang tadinya tidak menganggur, kata dia, sekarang banyak yang mendapatkan pekerjaan. Di antaranya, mereka ikut bergabung dengan Petugas Prasarana dan Sarana Umum atau pasukan orange.
"Warga yang nggak kerja, banyak jadi PPSU sekarang mas, program yang bagus dari Ahok, Petamburan juga bersih sekarang mas," kata Holmes.
Senada dengan Holmes, warga Jalan Petamburan bernama Winarno (44) juga mengakui Ahok bekerja secara konkrit. Dia yakin Ahok akan kembali terpilih jadi gubernur untuk lima tahun mendatang.
Menurutnya hampir program kerja yang pernah dijanjikan Ahok berjalan dengan baik dan hasilnya dirasakan langsung oleh warga.
"Dia (Ahok) harus naik lagi. orang kalau berpikir normal ya, pasti layak, Ahok jadi Gubernur lagi. kan sudah terbukti ya kerjanya. Orang Jakarta ya harusnya mendukung ya dengan program programnya, kan dirasakan sama warga pastinya," kata Winarno.
Winarno mengaku dapat memahami karakter komunikasi Ahok ceplas - ceplos.
"Memang Ahok kan, seperti gitu mas. Karakternya keras, untuk hadapi warga Jakarta yang susah diatur ya harus gitu," ujar Winarno.
Warga bernama Didik Mardianto (55) juga mendukung Ahok kembali maju menjadi gubernur Jakarta.
"Sangat setuju Ahok jadi gubernur lagi, jadi saya nilai masyarakat Jakarta selama dipimpin Ahok, sudah merasakan Jakarta berubah. Jadi lebih baik, biarkan dia memimpin lagi, ini untuk semua warga Jakarta kok" ujar Didik.
Soal cara berkomunikasi Ahok, bagi Didik itu soal gaya saja. Baginya yang penting kerjanya nyata.
"Itu kan, karakternya dia mas, warga Jakarta kan banyak yang nggak patuh juga, wajar kalau sikapnya keras. Intinya selama mengubah Jakarta kami dukung," ujar Didik.
http://www.suara.com/news/2016/10/18/191500/jawaban-warga-petamburan-sekitar-markas-fpi-soal-ahok-mengejutkan
Quote:
#Kok Bisa, Korban Penggusuran Masih Mau Dukung Ahok? Ini Alasannya
Siswanto Selasa, 18 Oktober 2016 | 19:10 WIB

Bukit Duri [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
"Kita lihat untuk penataannya sih Pak Ahok emang bagus," tuturnya.
Suara.com - Kebijakan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menertibkan pemukiman kumuh di tepi sungai kerab diprotes warga dan organisasi masyarakat. Kebijakan tersebut menjadi pro dan kontra.
Menjelang pilkada Jakarta tahun 2017, isu penggusuran menjadi peluru bagi lawan politiknya untuk menyerang Ahok. Seperti apa sebenarnya opini warga di daerah yang pernah digusur?
Wartawan Suara.com mendatangi pemukiman padat penduduk di Bukit Duri, Jakarta Selatan, yang terletak di tepi Sungai Ciliwung, Selasa (18/10/2016) siang.
Ternyata sebagian warga yang tersentuh langsung kebijakan tersebut menyatakan masih mendukung Ahok.
Seperti dikatakan warga bernama Nur Mali (62). "Saya setuju Pak Ahok jadi gubernur lagi, karena kinerjanya jelas, dan teruskan lagi saja Pak Ahok, kalau kandidat yang lain kan belum tahu wataknya."
Nur kemudian membandingkan kinerja Ahok dengan gubernur-gubernur sebelumnya, seperti Fauzi Bowo dan Sutiyoso. Menurut dia, ketika masih menjabat, kinerja mereka tak seperti Ahok yang konkrit.
"Wah okean sekarang dong, beda jauh dengan gubernur sebelumnyalah, dari segi penataannya, terus dia juga berhasil ingin mengerjakan kawasan ini, coba kalau gubernur lain, belum tentu mau kerja. Dulu itu sering banjir di sini, jadi dia (Ahok) rapikan," katanya.
Mantan Masinis KRL Jabodetabek tersebut memahami jika sebagian warga Bukit Duri nanti tak mau mendukung Ahok.
"Karena dia merasa digusur, dia orang kecewa. Mungkin warga Bukit Duri banyak yang tidak setuju dengan Ahok, karena dia (warga) merasa digusur dia-dia orang merasa kecewa," katanya.
Tetapi Nur dapat menerima kebijakan tersebut. Dia mengaku tidak sedih, meskipun menjadi korban penggusuran.
"Saya pribadi ya tidak merasa sakit hati, tidak merasa dirugikan, walaupun saya rugi ya. Sebab penertiban ini juga buat anak cucu kita nanti yang akan datang," tuturnya.
Berbeda dengan Ketua RT 9, Dadat Hendarin (61). Dadat mengatakan untuk sekarang belum bisa menentukan pilihan. Dia juga belum tahu siapa yang akan menang di antara Ahok, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
"Saya belum bisa menebak, visi misi dari tiga kandidat belum dipaparkan, makanya saya belum bisa pastikan, siapa yang akan menang nanti," katanya.
Terkait kebijakan penertiban pemukiman padat penduduk, Dadat setuju. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mencegah datangnya penyakit yang kerab menyerang warga yang tinggal di bantaran kali
"Saya setuju sih, setuju saja penggusuran kemarin karena kesehatan di depan mata. Dulu mereka tinggal di ubin biasa, rumah dindingnya itu banyak yang pakai tripleks," katanya.
Dadat mengatakan kebijakan pemerintah bukan tanpa solusi. Sebelum pemukiman kumuh digusur, pemerintah menyediakan rumah susun, antara lain di Rawa Bebek.
"Setiap saya tengok mereka, hari ini saja saya tidak ke sana. Sekarang mereka tinggal di rusunawa itu bahagia," katanya.
Dadat memuji kebijakan Ahok dalam menata kota.
"Kita lihat untuk penataannya sih Pak Ahok emang bagus," tuturnya.
Dadat hanya menyayangkan gaya komunikasi Ahok yang cenderung seperti arogan kepada masyarakat.
"Cuma nggak baiknya itu omongannya arogan. Seperti seperti lu gue, elu, gue. Kayak gitu, kan nggak bagus. Kita jadi pemimpin kok tunjukin sikap kasar kepada generasi muda sih, nggak pantas banget," katanya.
Terlepas dari gaya komunikasi Ahok, Dadat mengapresiasi kebijakan pemerintah. Sekarang, kata dia, banyak warga yang penghidupan mereka baik.
"Terimakasih kepada pemerintah Jakarta, Ahok, karena kurangnya kebanjiran, kesehatan dijamin, pendidikan juga sedikit kemajuan, kartu pintar jakarta, BPJS juga kita dapat," tuturnya. (Marselinus Kalis)
http://www.suara.com/news/2016/10/18/191000/kok-bisa-korban-penggusuran-masih-mau-dukung-ahok-ini-alasannya
Siswanto Selasa, 18 Oktober 2016 | 19:10 WIB

Bukit Duri [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
"Kita lihat untuk penataannya sih Pak Ahok emang bagus," tuturnya.
Suara.com - Kebijakan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menertibkan pemukiman kumuh di tepi sungai kerab diprotes warga dan organisasi masyarakat. Kebijakan tersebut menjadi pro dan kontra.
Menjelang pilkada Jakarta tahun 2017, isu penggusuran menjadi peluru bagi lawan politiknya untuk menyerang Ahok. Seperti apa sebenarnya opini warga di daerah yang pernah digusur?
Wartawan Suara.com mendatangi pemukiman padat penduduk di Bukit Duri, Jakarta Selatan, yang terletak di tepi Sungai Ciliwung, Selasa (18/10/2016) siang.
Ternyata sebagian warga yang tersentuh langsung kebijakan tersebut menyatakan masih mendukung Ahok.
Seperti dikatakan warga bernama Nur Mali (62). "Saya setuju Pak Ahok jadi gubernur lagi, karena kinerjanya jelas, dan teruskan lagi saja Pak Ahok, kalau kandidat yang lain kan belum tahu wataknya."
Nur kemudian membandingkan kinerja Ahok dengan gubernur-gubernur sebelumnya, seperti Fauzi Bowo dan Sutiyoso. Menurut dia, ketika masih menjabat, kinerja mereka tak seperti Ahok yang konkrit.
"Wah okean sekarang dong, beda jauh dengan gubernur sebelumnyalah, dari segi penataannya, terus dia juga berhasil ingin mengerjakan kawasan ini, coba kalau gubernur lain, belum tentu mau kerja. Dulu itu sering banjir di sini, jadi dia (Ahok) rapikan," katanya.
Mantan Masinis KRL Jabodetabek tersebut memahami jika sebagian warga Bukit Duri nanti tak mau mendukung Ahok.
"Karena dia merasa digusur, dia orang kecewa. Mungkin warga Bukit Duri banyak yang tidak setuju dengan Ahok, karena dia (warga) merasa digusur dia-dia orang merasa kecewa," katanya.
Tetapi Nur dapat menerima kebijakan tersebut. Dia mengaku tidak sedih, meskipun menjadi korban penggusuran.
"Saya pribadi ya tidak merasa sakit hati, tidak merasa dirugikan, walaupun saya rugi ya. Sebab penertiban ini juga buat anak cucu kita nanti yang akan datang," tuturnya.
Berbeda dengan Ketua RT 9, Dadat Hendarin (61). Dadat mengatakan untuk sekarang belum bisa menentukan pilihan. Dia juga belum tahu siapa yang akan menang di antara Ahok, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
"Saya belum bisa menebak, visi misi dari tiga kandidat belum dipaparkan, makanya saya belum bisa pastikan, siapa yang akan menang nanti," katanya.
Terkait kebijakan penertiban pemukiman padat penduduk, Dadat setuju. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mencegah datangnya penyakit yang kerab menyerang warga yang tinggal di bantaran kali
"Saya setuju sih, setuju saja penggusuran kemarin karena kesehatan di depan mata. Dulu mereka tinggal di ubin biasa, rumah dindingnya itu banyak yang pakai tripleks," katanya.
Dadat mengatakan kebijakan pemerintah bukan tanpa solusi. Sebelum pemukiman kumuh digusur, pemerintah menyediakan rumah susun, antara lain di Rawa Bebek.
"Setiap saya tengok mereka, hari ini saja saya tidak ke sana. Sekarang mereka tinggal di rusunawa itu bahagia," katanya.
Dadat memuji kebijakan Ahok dalam menata kota.
"Kita lihat untuk penataannya sih Pak Ahok emang bagus," tuturnya.
Dadat hanya menyayangkan gaya komunikasi Ahok yang cenderung seperti arogan kepada masyarakat.
"Cuma nggak baiknya itu omongannya arogan. Seperti seperti lu gue, elu, gue. Kayak gitu, kan nggak bagus. Kita jadi pemimpin kok tunjukin sikap kasar kepada generasi muda sih, nggak pantas banget," katanya.
Terlepas dari gaya komunikasi Ahok, Dadat mengapresiasi kebijakan pemerintah. Sekarang, kata dia, banyak warga yang penghidupan mereka baik.
"Terimakasih kepada pemerintah Jakarta, Ahok, karena kurangnya kebanjiran, kesehatan dijamin, pendidikan juga sedikit kemajuan, kartu pintar jakarta, BPJS juga kita dapat," tuturnya. (Marselinus Kalis)
http://www.suara.com/news/2016/10/18/191000/kok-bisa-korban-penggusuran-masih-mau-dukung-ahok-ini-alasannya
Salam 2 periode


tien212700 memberi reputasi
1
16.4K
Kutip
116
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan