Slackline merupakan olahraga yang menitikberatkan pada keseimbangan, konsentrasi, dan fokus di atas tali pipih (webbing) selebar dua setengah atau lima sentimeter di antara dua titik jangkar. Hal ini memungkinkan slacker - sebutan untuk pegiat olahraga slackline - dapat berjalan atau bahkan melakukan gerakan-gerakan unik di atas webbing.
Keunikan slackline dari olahraga ekstrim lain terletak pada sensasi psikologis untuk melakukan aktivitas ini. Slackline menekankan pada upaya untuk mendobrak batas-batas mental. Dibutuhkan keinginan yang kuat untuk mengatasi rasa takut serta menuntut konsentrasi penuh pada setiap langkah di atas tali. Setiap langkah adalah kemenangan dan setiap langkah adalah keberhasilan.
Saat ini teknik, teknologi, maupun jenis dari slackline telah berkembang dan berevolusi menjadi olahraga dengan berbagai varian. Material bahan dan alat-alat pendukung yang berkembang memungkinkan slacker menyalurkan seni melalui gerakan-gerakan indah dan akrobatis. Sehingga tercipta beberapa kategori utama dari slackline seperti highline, longline, serta trickline.

Trickline adalah kategori slackline yang mempertunjukkan gerakan-gerakan indah dan koreografi di atas tali. Trickline merupakan kategori dalam slackline yang umum diperlombakan bahkan dalam kejuaraan dunia slackline. Sedangkan longline, sesuai namanya adalah kategori slackline yang menitikberatkan pada panjang lintasan. Karena semakin panjang lintasan slackline, maka tingkat kesulitan akan semakin tinggi.

Slackline masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 2008 setelah seorang pegiat tebing Jogjakarta, Arka Setiawan mencoba olahraga tersebut di Jerman. Namun pada saat itu, olahraga tersebut kurang populer dan masih asing bagi masyarakat Indonesia. Upaya Arka untuk memperkenalkan slackline pun akhirnya kandas tanpa hasil.
Upaya yang sama dilakukan oleh seorang slacker asal Australia pada tahun berikutnya di Bali. Hal ini dapat disaksikan melalui salah satu video di youtube. Namun demikian upaya memperkenalkan slackline kepada masyarakat Indonesia pun tidak membuahkan hasil yang signifikan.
November 2011, setelah dua tahun berselang, sebuah komunitas bernama Pushing Panda asal Bandung mulai mencoba aktifitas slackline. Pushing Panda yang merupakan wadah pegiat olahraga ekstrim merupakan cikal bakal dari Bandung Slacklines karena pada dasarnya Pushing Panda merupakan wadah dari pegiat olahraga ekstrim di ketinggian tidak hanya slackline.
Hanya selisih beberapa bulan, tepatnya Juni 2012 berdiri komunitas baru yang mewadahi slackline bernama Indoslackline. Sejak itu, slackline mulai dikenal setelah banyaknya media massa baik cetak maupun elektronik yang memblow-up aktifitas kedua komunitas ini. Di tahun yang sama pula, komunitas slackline mulai berkembang di beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Solo, dan Bali