Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

amd1985Avatar border
TS
amd1985
Gaya Hidup dan Pemborosan Anggaran Direksi PLN

Salah satu problem akut yang mendera masyarakat kita adalah urusan listrik. Tak pernah berakhir, masalah kelistrikan bahkan semakin kompleks. Mulai dari tidak masuknya jaringan listrik di 12.659 desa, terror pemadaman bergilir yang bahkan terjadi di kota-kota utama, kenaikan tarif dan tagihan yang tidak akurat. Itu masalah di tingkat masyarakat selaku konsumen.

Di tingkat korporasi, PLN pun mengidap komplikasi penyakit serius. Sebutlah misalnya, organisasi Direksi PLN yang tambun alias gemuk sehingga menimbulkan pemborosan, desas-desus bercokolnya jejaring mafia listrik di tubuh PLN, utang ratusan triliun dan kerugian operasional setiap tahun, hingga gaya hidup mewah para direksinya.

Pernah ada harapan menyala-menyala ketika PLN dipimpin oleh Dahlan Iskan. Ketika itu, Dahlan Iskan banyak membuat terobosan program untuk rakyat. Misalnya, Dahlan Iskan memangkas birokrasi agar pelayana PLN lebih baik. Komunikasi pimpinan dan karyawan di lapangan lebih mudah agar pemecahan problem cepat dilakukan.

Gebrakan lain Dahlan Iskan ketika itu adalah, bebas pemadaman, sambungan listrik tak terbatas, penetrasi jarigan PLN tumbuh pesat. Bahkan ada program mercusuar “Sehari Satu Juta Sambungan”. Secara keuangan, performance PLN juga meraup laba dan pertumbuhan pendapatan hingga 31%.

Untuk menjaga prestasi tersebut, ketika menjadi Menteri BUMN Dahlan Iskan memilih Nur Pamudji sebagai penerusnya. Nur Pamudji adalah Mantan Direktur Energi Primer dimasa kepemimpinan Dahlan Iskan. Jadi beliau tahu betul bagaimana kapasitas Nur Pamudji memajukan PLN. Prestasi terbesar Nur Pamudji adalah PLN masuk Fortune 500 pada tahun 2014.

Selepas Nur Pamudji, pamor PLN kembali meredup. Perusahaan setrum ini malah didera banyak problem. Banyak yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak lepas dari kesalahan pemilihan Direksi yang dilakukan oleh pemerintah. Memang, PLN mengimpor orang baru untuk duduk di jajaran direksi. Bahkan, Sang Direktur Utama Sofyan Basir adalah mantan bankir yang sama sekali buta dengan urusan kelistrikan.

Masalah baru yang terus menjerat PLN bermula dari sini. Dan tidak tanggung-tanggu, bersumber di puncak organisasi. Butuh waktu bagi Sofyan untuk berasimilasi dengan kultur PLN. Apalagi perusahaan ini tengah menjalani pematangan masa internal reform dan transisi yang gongnya telah ditabuh oleh Dahlan Iskan dan Nur Pamudji yang adalah orang dalam, produk PLN.

Sebagai bankir, Sofyan Basir kaget dengan organisasi yang baru ia masuki. Perusahaan besar dengan tanggungjawab berat menerangi Indonesia 24 jam. Ya, PLN adalah satu-satunya perusahaan yang diberi amanah untuk menjual listrik kepada 250 juta lebih masyarakat Indonesia. Bagi orang yang tidak paham seluk beluk PLN, tentu ini pekerjaan yang maha berat.

Karena kultur manajemen bawaan dari tempat sebelumnya (Bank BRI) yang berbeda, Sofyan Basir tampak kelabakan memimpin PLN. Mulai dari utang perusahaan yang terus bertambah dari Rp 471 triliun pada tahun 2014 naik menjadi Rp 492 trilun tahun 2015. Tahun 2016 ini, PLN masih mencari tambahan utang dari berbagai bank BUMN untuk menyokong megaproyek kelistrikan 35.000 MW.

Karena ketakutan-ketakutan politis, Direksi pun berupaya defensif dengan menerapkan kepemimpinan birokratis yang tertutup. Akses informasi ke publik sangat minim. Iklim yang berbeda 180 derajat dengan periode sebelum-sebelumnya. Reformasi PLN dibajak dan dimatisurikan oleh pimpinannya sendiri. Keluhan ini banyak disuarakan oleh karyawan PLN.

Perlu diketahui bahwa listrik adalah utility atau menjadi salah satu kebutuhan mendasar masyarakat. Bahkan lebih mendasar dari sekedar invrastruktur. Diberbagai negara, listrik menjadi pondasi utama untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat. Jika pengelolaan sektor kelistrikan tidak dikelola dengan baik maka cita-cita kedaulatan energi hanya omong kosong belaka. PLN diera Sofyan Basir ini membuat nawa cita pemerintahan Jokowi-JK hanya tong kosong nyaring bunyinya.

Perusahaan setrum diera Sofyan Basir seakan berjalan mundur. Pasalnya, gaya kepemimpinan Sofyan Basir menahkodai PLN dengan mindset perbankan, dimana laba atau keuntungan menjadi prioritas utama. Memimpin bank dan perusahaan listrik tentu berbeda, baik dari sistem, cara, hingga mengelolanya. Jika bank, sangat mudah mencari keuntungan karena ada bunga pinjaman dan agunan bisa jadi aset jika ada yang tidak mampu bayar.

Selama mindset seperti itu, maka tidak ada kemajuan bagi PLN. PLN bukanlah perusahaan yang bertugas mencari untung seperti bank, tapi ia bertugas mengaliri listrik untuk masyarakat. Jangan sampai obsesi besar mencari keuntungan justru malah merugikan rakyat banyak, karena pasokan listrik menjadi kurang akibatnya banyak terjadi pemadaman.

Gaya kepemimpinan Sofyan Basir yang menjadikan PLN sebagai mesin pencari uang ini sudah sering disindir oleh mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said. Dia menganggap Sofyan Basir hanya mendrive PLN untuk mencari keuntungan semata.

"PLN seharunya tidak mencari keuntungan semata dalam menjalankan perannya. Jangan men-drive PLN sebagai mesin pencari uang. PLN ini beda dengan korporasi biasa," kata dia, seperti dikutip Vivanews.com.

Polling
0 suara
PLN
Diubah oleh amd1985 08-08-2017 04:31
0
3.1K
22
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan