Perayaan Natal di Kota Mojokerto tidak terlepas dari tewasnya anggota Barisan Anshor Serbaguna (Banser) dalam ledakan bom Misa Natal di Gereja Eben Haezer Mojokerto, 24 Desember 2000 silam. Saat itu, Riyanto ditugaskan GP Anshor membantu polisi mengamankanperayaan misa.Dalam tugasnya, Riyanto menemukan bungkusan plastik mencurigakan dan memeriksanya di depan anggota keamanan gereja. Begitu melihat isinya bom, Riyanto berteriak “Tiarap!” disusul kepanikan ratusan jemaat gereja. Riyanto nekad membekab bungkusan agar ledakannya tak melukai banyak orang. Tubuh pria asal Kelurahan Prajurit Kulon itu hancur akibat ledakan. Serpihan tubuhnya di temukan 100 meter dari tempat ledakan.
Kini setelah 12 tahun berlalu, jasa-jasa Riyanto masih dikenang warga Kota Mojokerto. Nama Riyanto dibuat sebagai nama jalan di Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Bahkan, Pemerintah Kota Mojokerto juga membangun gapura megah di Jalan Riyanto.Katinem, Ibu Riyanto, mengingat anaknya berpamitan pada 24 Desember2000 malam melaksanakan tugas bersama ratusan anggota Banser lainnya. Ia mengaku tidak memiliki firasat apa pun sebelum peristiwa itu terjadi. Kini, ia mengaku ikhlas atas kepergian anak sulung dari tujuh bersaudara itu. Diabadikannya Riyanto sebagai nama jalan, menurut Katinem, merupakan suatu kehormatan bagi keluarga.Ayah korban, Sukarmin, mengaku keluarga masih mengenang kepergian Riyanto. Sekitar sembilan hari sebelum Lebaran, dia menjaga Gereja Eben Haezer bersama Banser lain untuk membantu polisi. “Saya mendapat kabar kalau gereja yang dijaga anak saya ada bom dan meledak,” kata Sukarmin, Rabu, 26 Desember 2012.Keluarga sempat kebingungan mencari jenazah Riyanto. Satu per satu rumah sakit diperiksa. Polisi pun mondar-mandir ke rumah, tapi baru mengabarkan belakangan setelah dilakukan otopsi.Sukirman mengatakan, sampai saat ini vespa warna merah milik korban masih dirawat keluarga. Keluarga tak pernah lupa selalu kirim doa dan selalu berkunjung ke makam desa setempat setiap malam Jumat legi untuk mendoakan Riyanto. Keluarga juga berharap setiap perayaan Natal, kejadian serupa tak lagi terjadi di Kota Mojokerto.“Alhamdulilah, banyak yang mengenangkepergian anak saya, ada yang membuat film, membuat buku. Di gang masuk, nama jalan menggunakan namaanak saya, makam juga sudah dibangunoleh kelurahan. Kalau keluarga, kita selalu datang ke makamnya setiap malam Jumat Legi untuk mendoakannya,” kata Sukirman.KH M Ishak, Ketua PCNU Kota Mojokerto mengatakan, sebagai bentuk toleransi kerukunan antar-umat beragama, pihaknya menerjunkan Banser untuk mengamankan perayaan Natal umat Kristiani agar suasana selalukondusif. Banser yang bertugas diharapkan berkoordinasi dengan kepolisian setempat. Ia tidak menginginkan tragedi bom Natal tahun 2000 lalu terulang.(tempo)
sekian dari ane,terserah mau dikasih apa aja ane terima karna niat ane cuma mau berbagi informasi bukan jadi reseller cendol