Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

acidm0nkAvatar border
TS
acidm0nk
Ahok dan MUI di Mata Jessica
Permisi agan dan aganwati sadayanaaa...
Sekadar mau berbagi, kebetulan saya suka menilik media dan komunikasi.
Artikel ini adalah hasil amatan kecil-kecilan saya. Kalau sudi sila berdiskusi. Nuhuuuns.


Basuki Tjahaja Purnama
aka Banhok atawa Ahok sedang digempur urusan serius: Penistaan Agama.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) organisasi religius terhormat yang baru-baru ini kehilangan salah satu petingginya--Ketua Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga, Marwah Daud Ibrahim, mengundurkan diri dari MUI agar bisa lebih fokus menangani urusannya yang lain: Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng--melaporkan Gubernur Tanah Betawi ini ke Polisi. Sementara itu, nun di salah satu ruang tahanan Rutan Pondok Bambu, Jessica Kumala Wongso termangu sembari menunggu putusan pengadilan sidang kasus pembunuhan yang sedang dia hadapi.

Soal Jessica Sianida, semua orang yang mendengar membaca dan menonton berita pasti setidaknya tahu soal kasus ini. Karena paparan media sangat tinggi, baik di media konvensional maupun media-media baru yang konvergen. Dari sebuah kasus pembunuhan yang relatif sederhana, terekam dalam sebuah video CCTV yang dipasang pemilik Cafe Olivier Grand Indonesia, Jessica Sianida seiring panjangnya durasi tayang, banyaknya narasumber dengan beragam sudut pandang yang disajikan media telah menjelma sebuah menjadi sebuah keriuhan perdebatan panjang yang seolah tak ada ujung. Ia tidak lagi menjadi sebuah kejadian pembubuhan racun sianida di segelas es kopi yang merenggut nyawa Wayan Mirna Salihin tetapi telah menjelma sebuah hiperrealitas yang dibentuk oleh wacana demi wacana yang terus ditambahkan atas realitas yang sebenarnya. Jessica Kumala Wongso tak lagi sekadar terdakwa pembunuhan berencana. Jessica Kumala Wongso telah menjadi sebentuk kesadaran kognitif dengan banyak distorsi di dalam benak publik.

Pembentukan kesadaran kognitif yang penuh distorsi yang serupa juga saya lihat terjadi dalam pemberitaan soal Ahok versus MUI.

Sebelum kita bahas lebih jauh, baiklah jika kita simak sama-sama video awal, tanpa edit dan tanpa tambahan teks, yang merekam dan menyiarkan pernyataan Ahok yang menjadi percik awal merebaknya pemberitaan soal ini. Jika perlu, dengarkan dan catat baik-baik apa yang diucapkan Ahok di video tersebut. Terutama di bagian ketika Ahok mengucap:


dibohongin pake surat Al Maidah 51 macam-macam itu.


Sederhana.

Namun, kesederhanaan realitas dalam video tersebut, melalui filter-filter distortif di media, telah menjelma menjadi sebuah wacana hiperrealitas baru yang membuat jarak dari realitas yang sebenarnya. Dengan beberapa sampel acak yang saya ambil dari beberapa media, mari kita tengok terjadinya pergeseran tersebut.

REPUBLIKA 1

Spoiler for "Republika 1":


Kanal berita digital Republika.co.id di tahap ini menjadikan video juga sebagai wacana dalam beritanya. Namun, objek video itu bukan lagi menjadi wacana utama. Viralitas video itu yang diplot sebagai fokus pikiran dalam berita ini. Meski di dalam teks berita masih mengacu pada pernyataan Ahok yang sebenarnya, dengan tambahan pernyataan dari Ruhut Sitompul, perhatikan ada berapa pengulangan kalimat Ahok: anda dibohongi alquran di laman tersebut: di judul, tubuh berita, dan caption pada gambar yang ditayangkan.

REPUBLIKA 2

Spoiler for "Republika 2":


Pengulangan ini tentu dibuat bukan tanpa sengaja.

REPUBLIKA 3

Spoiler for "Republika 3":


Di teks berita ini, Republika menyoroti petisi gugatan terhadap Ahok. Sebuah objek kejadian lain, peristiwa berbeda, yang muncul sebagai respon terhadap pemberitaan yang telah terdistorsi. Sebuah realitas baru.

Di tubuh berita, Republika menyebut Ahok mengutip surat Al Maidah. Apakah Anda mendengar atau melihat Ahok mengutip surat Al Maidah di video awal tadi? Apakah Republika memberitakan hal yang benar?

Perhatikan pula perubahan yang dibuat Republika di berita berikut.

REPUBLIKA 4

Spoiler for "Republika 4":


Republika di sini menyebut Ahok mengatakan bahwa masyarakat yang datang dalam acara tersebut dibohongi oleh Surah Al Maidah 51. Saya bertanya: di bagian mana ada Ahok mengucapkan hal tersebut? Dari mana penulis berita mendapatkan kalimat ini?

Petisi yang muncul karena adanya distorsi dalam pemberitaan media ini juga dimuat di kanal yang lain. Petisi yang muncul akibat adanya sesat pikir tersebut, diberitakan menjadi sebuah realitas teks yang makin jauh dari realitas yang sebenarnya.

PORTAL PIYUNGAN

Spoiler for "Piyungan":


PERHATIKANbagaimana teks baik dalam judul maupun kelengkapan berita mengarahkan publik untuk memahami wacana ini dengan perbedaan yang makin jauh dari realitas yang tergambar di video awal kita.

FAJAR

Spoiler for "Fajar":


HARIAN TERBIT

Spoiler for "Harian Terbit":


VIVANEWS

Spoiler for "Viva":


Eksposur pemberitaan dengan distorsi ini dilakukan oleh banyak kanal berita. Di kanal-kanal lain, berita-berita yang bermunculan bahkan sudah tidak menyebut lagi Surah Al Maidah. Berita-berita telah bergeser lebih jauh dari kenyatan menjadi pemberitaan terhadap kenyataan baru yang merupakan wujud dari efek pemberitaan media massa.

Berita di kanal-kanal lain bahkan sudah tak menyebut lagi Surah Al Maidah

OKEZONE

Spoiler for "Okezone":


ERAMUSLiM

Spoiler for "Eramuslim":


Jika Donald K Robert menyebut bahwa efek media massa adalah adanya perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa, maka tak heran jika terpaan berita-berita yang terdistorsi ini menciptakan perilaku dengan dasar pemikiran yang terdistorsi pula.

Perilaku yang sesat pikir tersebut kemudian dieksposur kembali ke dalam pemberitaan baru yang memunculkan sebuah realitas yang sama sekali berbeda dengan realitas awal. Maka tak heran jika pembunuh berdarah dingin serupa Jessica Kumala Wongso memiliki simpatisan dan pendukung yang berupaya mati-matian untuk membebaskannya dari jerat hukum. Apapun risikonya.

Distorsi realitas yang terjadi di wacana-wacana yang dibentuk di sekitar realitas kasus pembunuhan Jessica Sianida juga terjadi di wacana Ahok vs MUI.

Nampaknya di sini kecanggihan teknologi informasi bukan mendekatkan kita dengan realita tetapi malah menggiring kita ke arah sesat paham dan sesat pikir. Adalah bijak kiranya jika kita sebagai audiens memilih dan memilah kembali semua informasi yang masuk dari kanal-kanal berita yang begitu banyak jumlahnya. Hingga kita tak hidup dalam realitas bentukan wacana media yang telah didistorsi sedemikian rupa.


MAKASIH GAN UDAH NYIMAK

emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia



Diubah oleh acidm0nk 08-10-2016 08:56
0
3.7K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan