Ilustrasi Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Polisi Condro Kirono memeriksa pasukan saat upacara pelepasan pasukan Brimob Detasemen C Polda Jawa Tengah di Markas Brimob Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (13/9).
Kepala Polsek Karangsembung Kebumen, Jawa Tengah, Inspektur Dua Nyariman ditemukan tidak bernyawa di ruang kerjanya pada Rabu 5 Oktober 2016 pukul 11.00. Tubuh Nyariman ditemukan menggantung dengan leher terikat tali plastik yang diikatkan di jendela ventilasi ruang kerjanya.

Secarik kertas di atas meja, diduga sengaja dituliskan Nyariman, meminta agar dirinya dikuburkan di Kabupaten Blora. Kepala Polres Kebumen, Ajun Komisaris Besar Alpen mengatakan korban nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri karena soal utang.

"Kami langsung mengirimkan jenazah Pak Kapolsek ke keluarga korban di Blora. Tentu saja sesuai dengan pesan yang ditulis di kertas yang ditinggalkan korban di meja kerjanya," kata Alpen melalui Sindonews, Kamis (6/10/2016).

Sejumlah media memberitakan adanya utang Nyariman sebesar Rp250 juta kepada rekannya sesama polisi. Nyariman berutang karena menjanjikan anak rekannya masuk sekolah calon bintara. Sesuai pernjanjian, Nyariman bakal mengembalikan uang Rp250 juta kalau si anak itu gagal masuk secaba.

Kepolisian masih menelusuri motif Nyariman mengakhiri hidupnya. Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan kasus ini sedang diselidiki Bidang Profesi dan Pengamanan Polda Jateng untuk mengetahui motifnya. "Motif yang bersangkutan melakukan bunuh diri masih didalami dan diperiksa oleh Bid Propam," Boy Rafli.

Bunuh diri anggota polisi menimpulkan keprihatinan. Lembaga Indonesia Police Watch (IPW) mencatat sepanjang 2016 ada delapan anggota Polri bunuh diri. Dari delapan anggota polisi yang bunuh diri itu, empat dengan cara menembak dan empat gantung diri. Secara pangkat, pelaku bunuh diri itu emat bintara dan empat perwira.

Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, mengatakan peristiwa bunuh diri itu menunjukkan bahwa perwira Polri semakin rentan stres dan gampang mengambil jalan pintas, bunuh diri. "Padahal tahun-tahun sebelumnya, jarang sekali perwira yang bunuh diri," katanya. "Bagaimanapun kasus ini perlu dicermati dengan serius."

Dari kasus bunuh diri anggota polisi, Neta mengatakan Polri harus memperhatikan uji ketahanan mental sejak awal rekrutmen maupun di pendidikan. Dengan demikian, sistem pembinaan mental terkait stres manajemen bisa dilakukan dengan maksimal.

Dalam kasus Kebumen, Neta menguraikan latar belakang yang berbeda dengan kasus bunuh diri yang dilakukan para polisi sebelumnya. Nyariman tertekan akibat diminta mengembalikan uang Rp250 juta karena anak temannya Aiptu Sudiman gagal masuk Secaba. Padahal sebelumnya Nyariman menjanjikan yang bersangkutan akan lolos.

Kasus ini sempat dibahas oleh Kapolres Kebumen, Wakapolres, SDM Polres Kebumen, dan Propam. Saat itu Nyariman berjanji akan mengembalikan uang tersebut.

Neta mengatakan kasus ini membuktikan bahwa bayar-membayar untuk masuk pendidikan di Kepolisian masih terjadi. Untuk masuk Secaba saja berani membayar Rp250 juta.

Neta mengatakan kasus ini patut menjadi perhatian Kapolri agar ada perbaikan dalam proses pendidikan Polri, baik untuk SPN, Akpol, Secaba, PTIK, Sespim, Sespati, dan lainnya.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...embung-kebumen

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Jessica digoda atau tergoda oleh trik penyidikan?

- Sadisnya Dimas Kanjeng menghabisi bekas muridnya

- Istri polisi tega membunuh dan memutilasi anak kandungnya