- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kebangkitan Kerja Sama Indonesia - Rusia


TS
rifqi.habibiii
Kebangkitan Kerja Sama Indonesia - Rusia
Sedikit renungan buat agan-agan pada masa kini.
Pada masa orde lama, Indonesia memiliki hubungan yang cukup erat dengan Uni Sovyet (US). Presiden Soekarno memang memiliki "kemesraan" tersendiri dengan Presiden Rusia Nikita Kruschev. Saat ini hubungan antara blok barat dan blok timur memang tengah menghangat.
Indonesia sebenarnya tak mau larut dalam konflik yang dikomandani oleh AS dan US tersebut. Soekarno berusaha mesra dengan kedua blok, kemudian mempelopori gerakan non blok.
Namun kepentingan politik untuk mengembalikan Papua Barat dari tangan Belanda ke Indonesia, serta perlakuan AS terhadap Indonesia setelah Presiden John F Kenndey wafat, membuat Soekanro agak menjauh dari AS.
Uni Sovyet menyambutnya dengan tangan terbuka. Berbagai kerja sama dibuat dengan Indonesia. Mulai dari militer, pendidikan, kebudayaan, hingga ekonomi. Akhirnya berkat bantuan US yang mensuplai angkatan perang Indonesia dengan senjata mutakhir, Soekarno sukses merebut Papua Barat (Irian Barat/Irian Jaya).
Namun setelah itu perubahan politik terjadi, saat Soekarno lengser digantikan Soeharto. Masa manis hubungan Indonesia Sovyet pun lenyap.
Pada masa kini US sudah berganti dengan Rusia. Presiden Indonesia pun sudah Jokowi. Kini kerja sama Indonesia - Rusia mulai dikembangkan lagi. Bukan hanya di militer dengan berbagai pesawat tempur canggih bisa dimiliki Indonesia dari Rusia, namun juga teknoligi perminyakan.

Baru-baru ini Pertamina sudah bekerja sama dengan Rosneft, perusahaan migas dari Rusia. Selain membuat perusahaan patungan untuk membangun kilang minyak di Tuban, kerja sama juga berlanjut ke tambang minyak yang mungkin dikembangkan dengan Rusia di belahan dunia mana pun.
Langkah ini tentu menguntungkan. Paling tidak Indonesia tak lagi bergantung kepada perusahaan minyak besar dari AS, tapi juga memiliki partner sejajar dari Rusia. Ke depan diharapkan kerja sama itu semakin mesra dan banyak keuntungan ekonomi didapatkan dari sana.
semoga kerja sama ini dimaknai dari kepentingan ekonomi dan bukan dari sisi politis yang membuat dahi kita berkerut.
Pertamina Rosneft Sepakat Bangun Kilang Tuban
Kerja sama energi antara Indonesia dan Rusia terus bertambah. Salah satunya dalam bentuk Joint Venture Company (JVC). Kedua negara, lewat perusahaan minyak masing-masing, Pertamina Rosneft, sepakat untuk membentuk perusahaan patungan. Dalam perusahaan patungan itu Indonesia akan diwakili PT Pertamina (Persero) sementara Rusia akan diwakili perusahaan migas, Rosneft.
Perusahaan baru nanti akan membangun proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Dalam perjanjian yang diteken kedua perusahaan, Pertamina memiliki 55 persen kepemilikan di JVC, sedangkan Rosneft 45 persen.
Proyek ini pun siap bergulir dalam waktu dekat. Saat ini proyek Kilang Tuban sedang dalam tahap basic feasibility studies(BFS). Final Investment Decision (FID) untuk proyek ini akan dibuat setelah melalui BFS, basic engineering design (BED), dan front end engineering design (FEED).
Kapasitas produksi GRR Tuban akan mencapai 15 Metrik Ton Annual (MTA). Proyek Pertamina Rosneft akan mendukung ketahanan energi yang menjadi proyek pemerintahan Jokowi-JK. Proyek tersebut direncakan sudah berjalan pada 2023.
[EMAIL]
[/EMAIL]
Pertamina Rosneft Aset Hulu
Selain perjanjian pembentukan JVC untuk proyek GRR Tuban itu, Pertamina dan Rosneft juga menandatangani Mota Kesepahaman untuk kerja sama pengembangan aset hulu migas offshore maupun onshore di Rusia.
Menurut CEO Rosneft, Igor Sechin, kerja sama dengan Pertamina tidak hanya menguntungkan bagi kedua perusahaan. Akan tetapi sekaligus memperkuat hubungan bilateral antara Rusia dan Indonesia.
“Saya sangat yakin bahwa kerja sama ini tidak hanya menguntungkan bagi kedua perusahaan, tapi juga kedua negara,” ujar Igor Sechin dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Hal sama juga diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina. Dwi Soetjipto, menyatakan bahwa kerja sama dengan Rosneft ini merupakan bagian dari misi Pertamina mengamankan kebutuhan energi bagi Indonesia.
“Kami berkomitmen mengamankan dan mendiversifikasi pasokan energi bagi negara. Kerja sama kami dengan Rosneft adalah langkah strategis untuk mengimplementasikan komitmen tersebut,” kata Dwi.
Dwi menegaskan, kerja sama ini juga akan mempercepat program Pertamina mencapai target mengoperasikan aset hulu migas di luar negeri. “Kami yakin ini akan membawa keuntungan positif bagi Indonesia dan Rusia di masa mendatang,” ungkap Dwi.
Pada masa orde lama, Indonesia memiliki hubungan yang cukup erat dengan Uni Sovyet (US). Presiden Soekarno memang memiliki "kemesraan" tersendiri dengan Presiden Rusia Nikita Kruschev. Saat ini hubungan antara blok barat dan blok timur memang tengah menghangat.
Indonesia sebenarnya tak mau larut dalam konflik yang dikomandani oleh AS dan US tersebut. Soekarno berusaha mesra dengan kedua blok, kemudian mempelopori gerakan non blok.
Namun kepentingan politik untuk mengembalikan Papua Barat dari tangan Belanda ke Indonesia, serta perlakuan AS terhadap Indonesia setelah Presiden John F Kenndey wafat, membuat Soekanro agak menjauh dari AS.
Uni Sovyet menyambutnya dengan tangan terbuka. Berbagai kerja sama dibuat dengan Indonesia. Mulai dari militer, pendidikan, kebudayaan, hingga ekonomi. Akhirnya berkat bantuan US yang mensuplai angkatan perang Indonesia dengan senjata mutakhir, Soekarno sukses merebut Papua Barat (Irian Barat/Irian Jaya).
Namun setelah itu perubahan politik terjadi, saat Soekarno lengser digantikan Soeharto. Masa manis hubungan Indonesia Sovyet pun lenyap.
Pada masa kini US sudah berganti dengan Rusia. Presiden Indonesia pun sudah Jokowi. Kini kerja sama Indonesia - Rusia mulai dikembangkan lagi. Bukan hanya di militer dengan berbagai pesawat tempur canggih bisa dimiliki Indonesia dari Rusia, namun juga teknoligi perminyakan.

Baru-baru ini Pertamina sudah bekerja sama dengan Rosneft, perusahaan migas dari Rusia. Selain membuat perusahaan patungan untuk membangun kilang minyak di Tuban, kerja sama juga berlanjut ke tambang minyak yang mungkin dikembangkan dengan Rusia di belahan dunia mana pun.
Langkah ini tentu menguntungkan. Paling tidak Indonesia tak lagi bergantung kepada perusahaan minyak besar dari AS, tapi juga memiliki partner sejajar dari Rusia. Ke depan diharapkan kerja sama itu semakin mesra dan banyak keuntungan ekonomi didapatkan dari sana.
semoga kerja sama ini dimaknai dari kepentingan ekonomi dan bukan dari sisi politis yang membuat dahi kita berkerut.
Pertamina Rosneft Sepakat Bangun Kilang Tuban
Kerja sama energi antara Indonesia dan Rusia terus bertambah. Salah satunya dalam bentuk Joint Venture Company (JVC). Kedua negara, lewat perusahaan minyak masing-masing, Pertamina Rosneft, sepakat untuk membentuk perusahaan patungan. Dalam perusahaan patungan itu Indonesia akan diwakili PT Pertamina (Persero) sementara Rusia akan diwakili perusahaan migas, Rosneft.
Perusahaan baru nanti akan membangun proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Dalam perjanjian yang diteken kedua perusahaan, Pertamina memiliki 55 persen kepemilikan di JVC, sedangkan Rosneft 45 persen.
Proyek ini pun siap bergulir dalam waktu dekat. Saat ini proyek Kilang Tuban sedang dalam tahap basic feasibility studies(BFS). Final Investment Decision (FID) untuk proyek ini akan dibuat setelah melalui BFS, basic engineering design (BED), dan front end engineering design (FEED).
Kapasitas produksi GRR Tuban akan mencapai 15 Metrik Ton Annual (MTA). Proyek Pertamina Rosneft akan mendukung ketahanan energi yang menjadi proyek pemerintahan Jokowi-JK. Proyek tersebut direncakan sudah berjalan pada 2023.
[EMAIL]

Pertamina Rosneft Aset Hulu
Selain perjanjian pembentukan JVC untuk proyek GRR Tuban itu, Pertamina dan Rosneft juga menandatangani Mota Kesepahaman untuk kerja sama pengembangan aset hulu migas offshore maupun onshore di Rusia.
Menurut CEO Rosneft, Igor Sechin, kerja sama dengan Pertamina tidak hanya menguntungkan bagi kedua perusahaan. Akan tetapi sekaligus memperkuat hubungan bilateral antara Rusia dan Indonesia.
“Saya sangat yakin bahwa kerja sama ini tidak hanya menguntungkan bagi kedua perusahaan, tapi juga kedua negara,” ujar Igor Sechin dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Hal sama juga diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina. Dwi Soetjipto, menyatakan bahwa kerja sama dengan Rosneft ini merupakan bagian dari misi Pertamina mengamankan kebutuhan energi bagi Indonesia.
“Kami berkomitmen mengamankan dan mendiversifikasi pasokan energi bagi negara. Kerja sama kami dengan Rosneft adalah langkah strategis untuk mengimplementasikan komitmen tersebut,” kata Dwi.
Dwi menegaskan, kerja sama ini juga akan mempercepat program Pertamina mencapai target mengoperasikan aset hulu migas di luar negeri. “Kami yakin ini akan membawa keuntungan positif bagi Indonesia dan Rusia di masa mendatang,” ungkap Dwi.
0
2.5K
21


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan