- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Siswi SMA Ini Sudah Layani Hidung dengan Pakaian Sekolah Mucikari PasangTarif


TS
merdekaboy
Siswi SMA Ini Sudah Layani Hidung dengan Pakaian Sekolah Mucikari PasangTarif
buat momod & warga bp sekalian maaf judul ane potomg diatas karna melampaui batas max (85 karakter)
judul asli ada di bawah ini.....
Petugas Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandar Lampung menangkap seorang muncikari bernama Rahmawati (21) saat transaksi seksual di sebuah hotel.
Rahmawati diringkus ketika menawarkan siswi sekolah menengah atas (SMA) ke lelaki hidung belang.
Kapolresta Bandar Lampung Ajun Komisaris Besar Murbani Budi Pitono mengatakan, petugas menangkap Rahmawati dengan cara berpura-pura memesan perempuan untuk berhubungan seksual di sebuah hotel.
"Rahmawati mengantarkan siswi SMU yang masih berpakaian seragam sekolah untuk layanan seksual ke petugas yang menyamar," ujar Murbani, Selasa (4/10).
Barang bukti yang disita berupa uang tunai Rp 900 ribu dan seragam sekolah korban.
Menurut Murbani, Rahmawati sudah menjadi muncikari sejak 2015 lalu.
Ia memilik lima orang "anak asuh" dari kalangan pelajar dan mahasiswi.
"Saat ini dia (Rahmawati) sudah punya 5 anak asuh. Anak asuh ini pelajar dan mahasiswi," tutur Murbani.
Dalam menjalankan bisnis esek-esek ini, Rahmawati menyebarkan nomor teleponnya kepada para pelanggan.
Bagi pelanggan yang berminat akan menghubungi Rahmawati.
Kapolresta mengatakan, setelah ada kesepakatan harga selanjutnya Rahmawati yang mengatur tempat transaksi.
"Nanti tersangka akan mengantar anak asuhnya itu pelanggan lalu uangnya diambil Rahmawati," ucapnya.
Murbani mengatakan, tarif siswi SMA itu bervariasi mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.
Tidak hanya itu, Rahmawati juga bersedia melayani pelanggan apabila tertarik dengan dirinya.
Tarifnya pun tak jauh beda berkisar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta.
Sementara Rahmawati mengakui memiliki "anak asuh" yang berjumlah lima orang.
Para anak asuhnya itu, tutur dia, merupakan siswi SMA dan mahasiswi. Rahmawati mengatakan, mendapatkan anak asuh itu dari pergaulan dengan teman-temannya.
Menurut dia, para siswi SMA itu yang menghubunginya dan meminta dicarikan pria hidung belang.
"Saya carikan mereka pelanggan melalui telepon," ujarnya, Selasa.
Ia pun membenarkan bahwa tarif anak asuhnya berkisar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.
Setiap transaksi, kata dia, dipotong Rp 200 ribu untuk dirinya. Menurut Rahmawati, dalam sehari belum pasti ada transaksi terjadi.
"Ya tidak tentu. Kadang sehari bisa ada dua transaksi kadang tidak ada. Tergantung ada pelanggan yang menelpon saja," ucapnya.
Wali Kota Bandar Lampung Herman HN menilai, prostitusi anak tidak akan terjadi jika sejak dini adanya pemahaman agama.
Menurut dia, langkah utama untuk menghindari prostitusi yakni pemahaman agama, peran orangtua dan masyarakat.
"Pemahaman agama untuk anak ini sangat penting. Jika ditanamkan sejak dini tidak mungkin anak itu akan berbuat hal yang buruk," kata Herman, Selasa.
Selain itu, peran orangtua sangat vital untuk menjaga anak dari perbuatan negatif. Herman mengingatkan para orangtua agar aktif memantau pergaulan anak supaya tidak terjerumus ke hal- hal negatif.
"Jangan sampai anak tidak pulang dan tidak ditanya, dibiarkan saja. Harus ada batasan dari orang tua supaya anak tidak terjerumus dalam hal yang buruk," ungkapnya.
Herman menambahkan, pemkot saat ini menggodok rancangan peraturan daerah (raperda) tentang pendidikan agama untuk menguatkan anak-anak.
Raperda tersebut tentang baca tulis alquran yang harus ada di setiap sekolah.
"Hal ini untuk meningkatkan keagamaan pada anak didik," pungkasnya.
Rentan Pengaruh Negatif
Sementara itu, anggota DPR RI asal Lampung, Dwi Aroem Hadiati, menilai banyak faktor yang menyebabkan remaja terlibat prostitusi.
Menilik kasus yang baru diungkap Polresta Bandar Lampung, Aroem menilai faktor gaya hidup dan kesejahteraan masyarakat menjadi latar belakang kasus ini.
"Saya melihat masalah ini terkait juga dengan kemajuan zaman. Di sisi lain, ada kesenjangan kesejahteraan masyarakat pada umumnya," kata Aroem saat dihubungi Tribun via seluler, kemarin.
Menurut dia, masa remaja memang rentan dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif.
"Anak-anak remaja paling mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab termasuk terkait masalah prostitusi ini.
Karena ada needs and demand (keinginan dan permintaan). Mereka yang tidak berpikir panjang, tidak mampu mengendalikan nafsu akan kebutuhan materialistik, akan terseret," papar Aroem.
Selain itu, kalangan pelajar yang terjebak praktik prostitusi dipicu minimnya pendidikan agama dan pengawasan dari orangtua.
"Kuncinya adalah pendidikan agama, pengawasan dari orangtua. Selain itu pemerintah juga harus membuat kebijakan yang memberatkan terkait prostitusi, dari sisi hukum pidananya maupun sanksi sosial bagi muncikari, pengguna, dan pekerja seks sendiri. Sehingga ada efek jera," kata dia.
Anggota DPRD Kota Bandar Lampung, Ernita Sidik, mengaku prihatin lima siswi SMA terlibat kasus prostitusi di Kota Tapis Berseri.
"Langkah-langkah pengawasan harus diperketat mulai dari keluarga, sekolah, lingkungan," katanya.
Sebagai orangtua, sambung Ernita, kedekatan dengan anak berperan penting untuk menghindari hal-hal negatif.
"Orangtua jangan cuek dengan anak. Setelah itu, sekolah dan lingkungan juga harus diperhatikan," tandasnya.
Sanksi Maksimal
Ketua Harian Children Crysis Centre (CCC) Lampung Syafrudin mengungkapkan, maraknya kasus jual diri yang melibatkan siswi SMA harus menjadi perhatian semua pihak, terutama negara dan keluarga.
"Karena, kasus seperti itu tidak bisa berdiri sendiri, melainkan banyak faktor yang menjadi penyebabnya.
Permasalahan di keluarga, misalnya. Gaya hidup dan banyak lagi," kata pria yang akrab disapa Udin tersebut, Selasa.
Menurut Udin, pemerintah harus tegas dalam langkah-langkah implementasi terhadap perlindungan anak. Termasuk juga, kata Udin, sanksi pidana maksimal bagi pelaku prostitusi.
"Keluarga juga berperan penting, mengingat latar belakang keluarga juga turut memberikan kontribusi terhadap kasus-kasus seperti ini," tutur Udin.
Tidak hanya itu, lanjut Udin, pihak sekolah sebagai tempat siswi tersebut menuntut ilmu, juga harus ada intervensi dari pemerintah terkait kebijakan di bidang pendidikan.
"Karena sekolah pada umumnya lebih mementingkan nilai bagus pada murid dalam hal akademik. Daripada akhlak atau perilaku murid," sebut Udin.
Walaupun, sambung Udin, beberapa kasus karena lingkungan pergaulan, tetapi tetap anak menjadi korban karena sistem yang salah.
http://batam.tribunnews.com/2016/10/...-2-juta?page=7
bisnis lendir selalu inovatif & gak ada matinya
judul asli ada di bawah ini.....
Quote:
Siswi SMA Ini Sudah Layani Hidung dengan Pakaian Sekolah. Mucikari Pasang Tarif hingga Rp 2 Juta


Petugas Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandar Lampung menangkap seorang muncikari bernama Rahmawati (21) saat transaksi seksual di sebuah hotel.
Rahmawati diringkus ketika menawarkan siswi sekolah menengah atas (SMA) ke lelaki hidung belang.
Kapolresta Bandar Lampung Ajun Komisaris Besar Murbani Budi Pitono mengatakan, petugas menangkap Rahmawati dengan cara berpura-pura memesan perempuan untuk berhubungan seksual di sebuah hotel.
"Rahmawati mengantarkan siswi SMU yang masih berpakaian seragam sekolah untuk layanan seksual ke petugas yang menyamar," ujar Murbani, Selasa (4/10).
Barang bukti yang disita berupa uang tunai Rp 900 ribu dan seragam sekolah korban.
Menurut Murbani, Rahmawati sudah menjadi muncikari sejak 2015 lalu.
Ia memilik lima orang "anak asuh" dari kalangan pelajar dan mahasiswi.
"Saat ini dia (Rahmawati) sudah punya 5 anak asuh. Anak asuh ini pelajar dan mahasiswi," tutur Murbani.
Dalam menjalankan bisnis esek-esek ini, Rahmawati menyebarkan nomor teleponnya kepada para pelanggan.
Bagi pelanggan yang berminat akan menghubungi Rahmawati.
Kapolresta mengatakan, setelah ada kesepakatan harga selanjutnya Rahmawati yang mengatur tempat transaksi.
"Nanti tersangka akan mengantar anak asuhnya itu pelanggan lalu uangnya diambil Rahmawati," ucapnya.
Murbani mengatakan, tarif siswi SMA itu bervariasi mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.
Tidak hanya itu, Rahmawati juga bersedia melayani pelanggan apabila tertarik dengan dirinya.
Tarifnya pun tak jauh beda berkisar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta.
Sementara Rahmawati mengakui memiliki "anak asuh" yang berjumlah lima orang.
Para anak asuhnya itu, tutur dia, merupakan siswi SMA dan mahasiswi. Rahmawati mengatakan, mendapatkan anak asuh itu dari pergaulan dengan teman-temannya.
Menurut dia, para siswi SMA itu yang menghubunginya dan meminta dicarikan pria hidung belang.
"Saya carikan mereka pelanggan melalui telepon," ujarnya, Selasa.
Ia pun membenarkan bahwa tarif anak asuhnya berkisar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.
Setiap transaksi, kata dia, dipotong Rp 200 ribu untuk dirinya. Menurut Rahmawati, dalam sehari belum pasti ada transaksi terjadi.
"Ya tidak tentu. Kadang sehari bisa ada dua transaksi kadang tidak ada. Tergantung ada pelanggan yang menelpon saja," ucapnya.
Wali Kota Bandar Lampung Herman HN menilai, prostitusi anak tidak akan terjadi jika sejak dini adanya pemahaman agama.
Menurut dia, langkah utama untuk menghindari prostitusi yakni pemahaman agama, peran orangtua dan masyarakat.
"Pemahaman agama untuk anak ini sangat penting. Jika ditanamkan sejak dini tidak mungkin anak itu akan berbuat hal yang buruk," kata Herman, Selasa.
Selain itu, peran orangtua sangat vital untuk menjaga anak dari perbuatan negatif. Herman mengingatkan para orangtua agar aktif memantau pergaulan anak supaya tidak terjerumus ke hal- hal negatif.
"Jangan sampai anak tidak pulang dan tidak ditanya, dibiarkan saja. Harus ada batasan dari orang tua supaya anak tidak terjerumus dalam hal yang buruk," ungkapnya.
Herman menambahkan, pemkot saat ini menggodok rancangan peraturan daerah (raperda) tentang pendidikan agama untuk menguatkan anak-anak.
Raperda tersebut tentang baca tulis alquran yang harus ada di setiap sekolah.
"Hal ini untuk meningkatkan keagamaan pada anak didik," pungkasnya.
Rentan Pengaruh Negatif
Sementara itu, anggota DPR RI asal Lampung, Dwi Aroem Hadiati, menilai banyak faktor yang menyebabkan remaja terlibat prostitusi.
Menilik kasus yang baru diungkap Polresta Bandar Lampung, Aroem menilai faktor gaya hidup dan kesejahteraan masyarakat menjadi latar belakang kasus ini.
"Saya melihat masalah ini terkait juga dengan kemajuan zaman. Di sisi lain, ada kesenjangan kesejahteraan masyarakat pada umumnya," kata Aroem saat dihubungi Tribun via seluler, kemarin.
Menurut dia, masa remaja memang rentan dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif.
"Anak-anak remaja paling mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab termasuk terkait masalah prostitusi ini.
Karena ada needs and demand (keinginan dan permintaan). Mereka yang tidak berpikir panjang, tidak mampu mengendalikan nafsu akan kebutuhan materialistik, akan terseret," papar Aroem.
Selain itu, kalangan pelajar yang terjebak praktik prostitusi dipicu minimnya pendidikan agama dan pengawasan dari orangtua.
"Kuncinya adalah pendidikan agama, pengawasan dari orangtua. Selain itu pemerintah juga harus membuat kebijakan yang memberatkan terkait prostitusi, dari sisi hukum pidananya maupun sanksi sosial bagi muncikari, pengguna, dan pekerja seks sendiri. Sehingga ada efek jera," kata dia.
Anggota DPRD Kota Bandar Lampung, Ernita Sidik, mengaku prihatin lima siswi SMA terlibat kasus prostitusi di Kota Tapis Berseri.
"Langkah-langkah pengawasan harus diperketat mulai dari keluarga, sekolah, lingkungan," katanya.
Sebagai orangtua, sambung Ernita, kedekatan dengan anak berperan penting untuk menghindari hal-hal negatif.
"Orangtua jangan cuek dengan anak. Setelah itu, sekolah dan lingkungan juga harus diperhatikan," tandasnya.
Sanksi Maksimal
Ketua Harian Children Crysis Centre (CCC) Lampung Syafrudin mengungkapkan, maraknya kasus jual diri yang melibatkan siswi SMA harus menjadi perhatian semua pihak, terutama negara dan keluarga.
"Karena, kasus seperti itu tidak bisa berdiri sendiri, melainkan banyak faktor yang menjadi penyebabnya.
Permasalahan di keluarga, misalnya. Gaya hidup dan banyak lagi," kata pria yang akrab disapa Udin tersebut, Selasa.
Menurut Udin, pemerintah harus tegas dalam langkah-langkah implementasi terhadap perlindungan anak. Termasuk juga, kata Udin, sanksi pidana maksimal bagi pelaku prostitusi.
"Keluarga juga berperan penting, mengingat latar belakang keluarga juga turut memberikan kontribusi terhadap kasus-kasus seperti ini," tutur Udin.
Tidak hanya itu, lanjut Udin, pihak sekolah sebagai tempat siswi tersebut menuntut ilmu, juga harus ada intervensi dari pemerintah terkait kebijakan di bidang pendidikan.
"Karena sekolah pada umumnya lebih mementingkan nilai bagus pada murid dalam hal akademik. Daripada akhlak atau perilaku murid," sebut Udin.
Walaupun, sambung Udin, beberapa kasus karena lingkungan pergaulan, tetapi tetap anak menjadi korban karena sistem yang salah.
http://batam.tribunnews.com/2016/10/...-2-juta?page=7
bisnis lendir selalu inovatif & gak ada matinya

Diubah oleh merdekaboy 05-10-2016 16:47
0
11.9K
Kutip
62
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan