

TS
rsutandyaydha
PERAN KELUARGA DALAM PEMULIHAN PECANDU NARKOBA
PERAN KELUARGA DALAM PEMULIHAN PECANDU NARKOBA
Oleh : Rahmat Sutandya Yudhanto Khaidar
KETUA KOMUNITAS ANTI MAKE NARKOBA (KAMAR)
Indonesia saat ini sudah masuk menjadi Negara darurat narkoba. Hal ini disebabkan angka penyalahgunaan di Indonesia pada survey tahun 2015 telah mencapai 2,20% dari seluruh penduduk Indonesia atau lebih dari 4 juta orang yang terdiri dari penyalah guna coba pakai, teratur pakai, dan pecandu.
Dikarenakan jumlah yang fantastis ini, bukan perkara mudah bagi Indonesia untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba ini. Bahkan Presiden Joko Widodo berkali-kali menegaskan Bandar narkoba harus dihukum seberat-beratnya untuk mengatasi salah satu penyakit masyarakat ini.
BNN juga menargetkan akan merehabilitasi 100 ribu pecandu dan penyalahguna narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) sesuai amanat Undang-Undang No.35/2009 tentang narkotika. Dalam masalah ini BNN berusaha menekan jumlah pecandu sampai titik terendah lewat program-program rehabilitasi. Sementara para pengedar dan Bandar, harus dihukum seberat-beratnya atau dihukum mati.
Masalah narkoba ini bukan permasalahan yang dianggap sepele, karena permasalahan narkoba ini, berbagai kejahatan dan criminal terjadi. Sebab pecandu narkoba itu tidak dapat berpikir dan berfungsi secara normal oleh karena itu mereka dapat melakukan hal-hal diluar batas seperti kejahatan dan criminal.
Banyak alasan pecandu kenapa dia bisa terjatuh ke dunia narkoba salah satu tidak mendapatkan kenyamanan di dalam keluarganya. Apabila dalam rumah tangga terjadi DISFUNGSI KELUARGA, maka perkembangan anak dan remaja beresiko untuk menyimpang. Misalnya, kenakalan anak dan remaja , tidak mau bersekolah, terlibat NAZA, terlibat pergaulan bebas dan lain lainnya. Penelitian membuktikan dalam keluarga yang mengalami disfungsi keluarga, kemungkinan terjadi :
Apabila ayah yang meninggal maka pengaruh negative terhadap anak laki-laki 35%, sedangkan anak perempuan pengaruh negative hanya 13%.
Apabila yang meninggal ibu maka pengaruh negative pada anak laki-laki hanya 18%, sedangkan pada anak perempuan pengaruh negative lebih kurang sama.
Pada keluarga utuh resiko anak remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 20%.
Pada keluarga yang tidak utuh Karena perpisahan(separation) atau perceraian(divorce) resiko anak dan remaja menjadi nakal 50%.
Perkimpoian yang sehat dan bahagia(happy and healthy family) resiko anak laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 0%.
Perkimpoian yang biasa biasa saja(fair family) resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 20%.
Perkimpoian yang buruk(poor marriage) resiko anak remaja laki-laki dan perempuan menjadi nakal 40%.
Kondisi keluarga(sekarang) yang sudah pulih menjadi baik resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 29%.
Kondisi keluarga(sekarang) yang masih buruk atau dapat dikatakan tidak ada perubahan maka resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 60%.
Kondisi keluarga yang hangat dan tidak tegang(warmth and low tension) resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 10%.
Kondisi keluarga yang tiada kehangatan dan penuh ketegangan resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 50%.
Hubungan antara ayah dan ibu yang baik(hangat, harmonis) resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 8%.
Hubungan antara ayah dan ibu yang kurang baik(kurang harmonis) resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 40%.
Hubungan antara anak dan remaja laki-laki maupun perempuan dengan kedua orangtuanya baik, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 10%.
Hubungan antara anak dan remaja laki-laki maupun perempuan dengan kedua orangtuanya buruk, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 90%.
Kedua orangtua berada dirumah bersama anak resiko remaja laki-laki berperilaku nakal 20%, sedangkan remaja perempuan berperilaku nakal 10%.
Ayah jarang dirumah(absen) resiko anak dan remaja laki-laki berperilaku nakal 35%, sedangkan anak dan remaja perempuan 15%.
Ibu jarang dirumah(absen) resiko anak dan remaja laki-laki berperilaku nakal 23%, sedangkan anak dan remaja perempuan 20%.
Kehidupan perkimpoiannya baik dan tidak ada kelainnan kepribadian pada orangtua, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 10%.
Kehidupan perkimpoiannnya tidak baik dan salah satu atau kedua orangtuanya mempunyai kelainan kepribadian, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 65%
(Rutter, 1990 : Parent-Child Separation, Psychological Effect on the Children)
Dari penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa peran keluarga sangatlah penting. Semua hal yang berkaitan dengan tingkah dan perilaku anak itu tercipta atas peran keluarga. Apabila keluarga memberikan hal positif terhadap anak maka akan tercipta tingkah dan perilaku yang positif bagi anak begitu pula sebaliknya. Karena sebagian besar sebab seseorang jatuh kedunia narkoba itu akibat disfungsi keluarga, mereka membutuhkan keluarga pula untuk memulihkan kembali hidup normal mereka dan lepas dari jeratan narkoba. Oleh karena itu peran keluarga dalam pemulihan pecandu sangatlah besar, karena pecandu sangat membutuhkan yang namanya dorongan atau motivasi dari keluarga untuk keluar dari jeratan narkoba.
Oleh : Rahmat Sutandya Yudhanto Khaidar
KETUA KOMUNITAS ANTI MAKE NARKOBA (KAMAR)
Indonesia saat ini sudah masuk menjadi Negara darurat narkoba. Hal ini disebabkan angka penyalahgunaan di Indonesia pada survey tahun 2015 telah mencapai 2,20% dari seluruh penduduk Indonesia atau lebih dari 4 juta orang yang terdiri dari penyalah guna coba pakai, teratur pakai, dan pecandu.
Dikarenakan jumlah yang fantastis ini, bukan perkara mudah bagi Indonesia untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba ini. Bahkan Presiden Joko Widodo berkali-kali menegaskan Bandar narkoba harus dihukum seberat-beratnya untuk mengatasi salah satu penyakit masyarakat ini.
BNN juga menargetkan akan merehabilitasi 100 ribu pecandu dan penyalahguna narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) sesuai amanat Undang-Undang No.35/2009 tentang narkotika. Dalam masalah ini BNN berusaha menekan jumlah pecandu sampai titik terendah lewat program-program rehabilitasi. Sementara para pengedar dan Bandar, harus dihukum seberat-beratnya atau dihukum mati.
Masalah narkoba ini bukan permasalahan yang dianggap sepele, karena permasalahan narkoba ini, berbagai kejahatan dan criminal terjadi. Sebab pecandu narkoba itu tidak dapat berpikir dan berfungsi secara normal oleh karena itu mereka dapat melakukan hal-hal diluar batas seperti kejahatan dan criminal.
Banyak alasan pecandu kenapa dia bisa terjatuh ke dunia narkoba salah satu tidak mendapatkan kenyamanan di dalam keluarganya. Apabila dalam rumah tangga terjadi DISFUNGSI KELUARGA, maka perkembangan anak dan remaja beresiko untuk menyimpang. Misalnya, kenakalan anak dan remaja , tidak mau bersekolah, terlibat NAZA, terlibat pergaulan bebas dan lain lainnya. Penelitian membuktikan dalam keluarga yang mengalami disfungsi keluarga, kemungkinan terjadi :
Apabila ayah yang meninggal maka pengaruh negative terhadap anak laki-laki 35%, sedangkan anak perempuan pengaruh negative hanya 13%.
Apabila yang meninggal ibu maka pengaruh negative pada anak laki-laki hanya 18%, sedangkan pada anak perempuan pengaruh negative lebih kurang sama.
Pada keluarga utuh resiko anak remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 20%.
Pada keluarga yang tidak utuh Karena perpisahan(separation) atau perceraian(divorce) resiko anak dan remaja menjadi nakal 50%.
Perkimpoian yang sehat dan bahagia(happy and healthy family) resiko anak laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 0%.
Perkimpoian yang biasa biasa saja(fair family) resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 20%.
Perkimpoian yang buruk(poor marriage) resiko anak remaja laki-laki dan perempuan menjadi nakal 40%.
Kondisi keluarga(sekarang) yang sudah pulih menjadi baik resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 29%.
Kondisi keluarga(sekarang) yang masih buruk atau dapat dikatakan tidak ada perubahan maka resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 60%.
Kondisi keluarga yang hangat dan tidak tegang(warmth and low tension) resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 10%.
Kondisi keluarga yang tiada kehangatan dan penuh ketegangan resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 50%.
Hubungan antara ayah dan ibu yang baik(hangat, harmonis) resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 8%.
Hubungan antara ayah dan ibu yang kurang baik(kurang harmonis) resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 40%.
Hubungan antara anak dan remaja laki-laki maupun perempuan dengan kedua orangtuanya baik, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 10%.
Hubungan antara anak dan remaja laki-laki maupun perempuan dengan kedua orangtuanya buruk, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 90%.
Kedua orangtua berada dirumah bersama anak resiko remaja laki-laki berperilaku nakal 20%, sedangkan remaja perempuan berperilaku nakal 10%.
Ayah jarang dirumah(absen) resiko anak dan remaja laki-laki berperilaku nakal 35%, sedangkan anak dan remaja perempuan 15%.
Ibu jarang dirumah(absen) resiko anak dan remaja laki-laki berperilaku nakal 23%, sedangkan anak dan remaja perempuan 20%.
Kehidupan perkimpoiannya baik dan tidak ada kelainnan kepribadian pada orangtua, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 10%.
Kehidupan perkimpoiannnya tidak baik dan salah satu atau kedua orangtuanya mempunyai kelainan kepribadian, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 65%
(Rutter, 1990 : Parent-Child Separation, Psychological Effect on the Children)
Dari penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa peran keluarga sangatlah penting. Semua hal yang berkaitan dengan tingkah dan perilaku anak itu tercipta atas peran keluarga. Apabila keluarga memberikan hal positif terhadap anak maka akan tercipta tingkah dan perilaku yang positif bagi anak begitu pula sebaliknya. Karena sebagian besar sebab seseorang jatuh kedunia narkoba itu akibat disfungsi keluarga, mereka membutuhkan keluarga pula untuk memulihkan kembali hidup normal mereka dan lepas dari jeratan narkoba. Oleh karena itu peran keluarga dalam pemulihan pecandu sangatlah besar, karena pecandu sangat membutuhkan yang namanya dorongan atau motivasi dari keluarga untuk keluar dari jeratan narkoba.
0
2.5K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan