Faktanya, Breda University of Applied Sciences dari Belanda meriset bahwa traveling terbukti dapat meningkatkan kebahagiaan dan merenggangkan otot-otot yang kaku akibat aktivitas rutin. Tak itu saja, traveling juga bisa kembali menyegarkan pikiran dari pekerjaan, serta meningkatkan produktivitas. Beban pikiran bisa berkurang dan menjauhkan dari depresi.



Liburan memang obat ampuh untuk mengobati penyakit stres. Apalagi buat kamu yang terlalu sibuk beraktivitas yang tidak pernah berakhir. Daripada bertambah parah, mending kamu traveling dan me-refresh kembali otak dan tubuhmu! Lalu, apa saja sih tanda-tandanya orang butuh traveling? Yuk simak tujuh di antaranya berikut ini, seperti yang diutarain sama Monica Christie berikut ini:

1. Ketika bangun tidur di pagi hari, seluruh organ tubuhmu terasa sulit untuk digerakkan



Pagi hari, kamu mengalami kesulitan membuka mata dan menggerakkan tubuhmu. Seolah-olah, kelopak matamu terdapat pemberat dan tubuhmu telah terikat dengan kasur dan tak bisa dipisahkan. Padahal, sudah kewajibanmu untuk datang ke kantor tepat waktu. Ujung-ujungnya, kamu malah terlambat datang ke kantor dan mencari berbagai alasan yang membuatmu mengapa datang terlambat.

Jika kamu pernah mengalami hal ini, itu tandanya kamu sedang memasuki gejala awal butuh traveling. Dengan traveling, penyakitmu ini bisa disembuhkan dengan cara yang sangat mudah. Mengapa? Karena traveling menuntutmu untuk bangun lebih awal agar kamu tidak kehilangan momen saat liburan. Dengan bangun lebih awal, kamu bisa sarapan di hotel, menikmati udara sejuk di pantai, dan berenang di kolam renang.

2. Kamu menjadi orang yang emosional dan merasa paling benar ketika berada di tengah kemacetan



Siapa sih yang mau terjebak kemacetan? Tapi, kemacetan adalah pengalaman yang harus kamu terima setiap hari dengan lapang dada. Apalagi buat kamu yang tinggal di kota besar. Entah harus ke kantor atau ke kampus, kamu harus selalu siap menerima resiko ini.

Namun, apabila kamu menjadi orang yang emosional ketika berada di jalan, hal ini bisa berakibat fatal. Kamu merasa semua orang salah dan kamu merasa yang paling benar di jalan. Padahal kenyataannya kamu juga salah telah melanggar rambu lalu lintas. Daripada kamu marah-marah gak jelas, mending kamu tentukan tujuan liburan dan cari tiket pesawat.

3. Ketika di kantor/kampus, kamu merasa malas berhadapan dengan laptop dan bertemu dengan atasanmu



Jangankan bekerja/belajar, membuka isi laptopmu saja terasa malas. Bahkan, kamu sudah khawatir dengan tumpukan pekerjaan yang harus kamu selesaikan sebelum kamu kerjakan. Belum lagi jika bertemu atasan. Sampai-sampai, kamu harus terlihat sibuk dan tak mau berpapasan dengan bosmu.

Jika kamu mengalami hal ini, mungkin kamu sudah memasuki sindrom liburan level akut. Bagaimana tidak, kamu akan terus mengalami hal serupa lima kali seminggu, dari hari Senin hingga Jumat. Dengan demikian, kinerjamu semakin berkurang dan dapat mempengaruhi produktivitasmu dalam menyelesaikan pekerjaan. Ujung-ujungnya, kamu dianggap tidak kompeten dalam bekerja. Bisa gawat kan?

4. Kamu pun sirik tingkat tinggi saat lihat status liburan temanmu di media sosial



Di kala senggang, membuka timeline di akun media sosial kamu memang cara terbaik untuk menyegarkan otak-otakmu yang menegang. Eh, tapi kok malah makin stres ketika melihat teman-temanmu yang update status liburan dengan foto selfie atau pemandangan yang menakjubkan? Bukannya kasih love atau like, kamu justru malah kasih ikon frown. Itu sih tandanya kamu sirik dan juga kepengen traveling.

5. Kamu tidak punya stok foto untuk diposting di media sosial



Menyebalkan rasanya jika kamu mengalami hal ini. Saat mau posting sesuatu di akun media sosialmu, kamu justru kehabisan stok foto keren yang bisa di-like banyak orang. Sampai-sampai, kamu menganggap tak punya sesuatu hal menarik yang bisa kamu share di media sosial.