JAKARTA (Pos Kota) –Lama tidak terdengar kabarnya, mantan politisi Partai Golkar Marwah Daud Ibrahim muncul saat Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi digrebek polisi yang diikuti penangkapan. Nama Marwah muncul karena mantan anggota DPR ini merupakan Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng. Marwah mendatangi Mabes Polri untuk melayangkan surat protes ke Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Mabes Polri, Jakarta Selatan atas penggrebeklan padepokan dan penangkapan Dimas Kanjeng Pribadi. Marwah memprotes karena pimpinan padepokan diperlakukan seperti teroris. "Kami datang sampaikan surat dari kuasa hukum kami Isa Yulianto, surat yang sama kami layangkan ke Presiden RI, Menko Polhukam, Kapolri dan Kompolnas. Case tentang yayasan pimpinan kami yaitu kami sebut yang mulia Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Penangkapannya begitu dramatis seperti teroris," Marwah Daud Ibrahim juga mempertanyakan tudingan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Probolinggo yang menganggap ajaran Taat Pribadi (46) sesat. Menurutnya, ajaran di padepokan masih sesuai dengan ajaran agama islam. Marwah menambahkan pihaknya sudah mengundang MUI Probolinggo untuk memantau kegiatan di padepokannya. "Kami sudah mengajak orang MUI untuk melihat kegiatan kami dari subuh sampai subuh lagi, apa yang sesat," katanya saat diwawancarai sebuah televisi swasta. Bahkan, kata mantan Ketua Presidium ICMI itu, dirinya mengundang presiden dan Kapolri kalau memang tidak percaya untuk melihat langsung apa yang dilakukan di dalam padepokan. "ini karomah," ujarnya. Soal dirinya bergabung dengan Dimas Kanjeng, perjalanannya panjang. Diapun membaca buku dan kitab suci untuk meyakini bahwa apa yang dilihatnya sendiri itu bukanlah tipu muslihat. "Semua seperti tidak mungkin tapi anda bisa lihat sendiri semuanya bisa terjadi, dan kalau itu Allah yang menghendaki maka semua bisa terjadi," ujarnya.



Sumber

sekelas mantan presidium ICMI tetep ngotot membela tukang sulap duit. parahnya, malah menyebut ini karomah dan salah satu aset bangsa. bingung jg orang pinter kok bicaranya kek gitu.