

TS
yuniansyah09
Pasangan

Pasangan adalah sebuah refleksi dari suatu hal yang memiliki unsur sesuai dan harmonis. Mereka saling melengkapi untuk mencapai suatu fungsi yang maksimal. Tuhan telah menciptakan pasangan bagi masing-masing. Seperti pada tubuh kita. Ada tangan kanan, dan ada juga tangan kiri. Kaki kanan, dan kaki kiri. Dan bahkan hati yang merupakan organ vital itu saja terdiri dari sebuah pasangan juga, yaitu bilik kanan, dan juga bilik kiri. Kira-kira hampir semua hal yang ada di dunia ini tercipta berpasang-pasang, kecuali satu. Aku!
Gue Rekli. Panjangnya Rekli Pitunov. Banyak orang yang bilang gue ini keren, khususnya keluarga gue. Layaknya orang keren lainnya, gue memiliki banyak musuh. Mereka selalu berkomentar negatif dan terkesan iri dengan apa yang gue punya. Hampir semua orang bersikap munafik seperti itu, kecuali satu, Parno!

Parno adalah temanku semenjak kelas satu SD. Dia jauh dari kata layak untuk disebut manusia. Rambutnya keriting, wajahnya hitam, gendut, hidup pula! Namun siapa sangka bahwa sosok seperti itulah yang ternyata memiliki kelebihan. Hatinya polos, sepolos wajahnya. Seperti kata bokap gue, orang polos pasti berkata jujur. Dia pernah bekata bahwa gue memiliki wajah yang khas. Wajah yang tidak dimiliki oleh artis sekaliber Vino G. Bastian maupun aliando. Sungguh! Parno adalah orang terjujur kedua setelah ibuku . Yang paling mengharukan lagi, dia melakukan itu semua tanpa pamrih.

Seusai percakapan singkat di kosku tersebut, Parno menceritakan sedikit tentang kisahnya. Dia mengatakan bahwa kirimanya telat bulan ini. Dia ingin meminjam uangku untuk menyambung hidup. Kebaikan Parno tak mungkin kubalas dengan kejahatan. Kuambil isi dompetku dan kuberikan semua uang yang ada di dompetku sambil berkata “simpan kembaliannya!”. Wajah kusut Parno seketika menjadi gembira. Sebelum dia meninggalkan kosku, dia berhenti sejenak dan menoleh kearahku.
“Kau tahu dimana counter handphone sekitaran sini Rek!”, tanya Parno sambil menghentikan langkahnya.
“Tepat diujung gang ada sob. Kenapa? Loe ingin beli pulsa ya?” tanyaku balik.
“Enggak sih! Gue mau beliin chassing buat loe, supaya wajah loe ada variasi barunya. Masak setiap hari gitu-gitu aja. Udah waktunya ganti itu

Gak lucu ya? Baiklah, lupakan! Kita kembali saja ke pendalaman tokoh “aku” disini. Dari namaku saja, loe pasti sudah mengira kalau aku ini blasteran. Tak salah lagi, kalian termasuk kategori cerdas. Ya! Aku memang anak blasteran. Blasteran antara suku Jawa dan Osing. Orang tuaku memberi nama sesuai dengan hari kelahiranku, yaitu rebo kliwon pitu november, atau disingkat Rekli Pitunov. Hey! Jangan tertawa, ini filosofis! Apa kalian tak mengerti juga? Ah, baiklah! Tertawalah!

Gue terlahir dari keluarga keras. Ayahku adalah sosok yang disegani di desa. Ototnya yang besar serta tangannya yang berkapal membuat tubunya tampak maskulin. Setiap pagi, ayah selalu berkeliling desa dengan membawa seragam bertuliskan “jagal” di lengan kirinya. Setiap warga yang mengetahui bahwa ayah akan lewat, mereka segera masuk kerumah cepat-cepat. Keadaan menjadi hening seketika.
Saat ayah berhenti di depan rumah salah seorang warga, nampak seseorang keluar dari rumah sambil membawa kantong plastik besar. Ayah lekas memasukannya kedalam gerobak lalu bergegas pergi menuju sasaran berikutnya. Karena di depan adalah gang buntu, maka ayah memilih putar balik. Saat berputar 90 derajat, tiba-tiba muncul tulisan ”lah” di seragam bagian belakang. Dan saat berputar 180 derajat, tulisan tersebut bersambung dengan tulisan di seragam bagian lengan kanan yaitu “kebersihan”. Jika kita gabungkan keseluruhan dibaca “jagalah kebersihan”. Ya! Ayah adalah petugas kebersihan di desaku. Menjadi penjaga kebersihan desa bukan perkara yang mudah. Terkadang ayah harus bekerja ekstra keras tatkala harus melawan anjing si pemilik rumah yang tak terima ketika mantan, Eh, bukan! sampahnya diambil.
Sikap gentle ayahku tak berlaku disaat berhadapan dengan ibu. Seketika, ayahku berubah menjadi pengecut yang lemah. Padahal, ibu tak sekeras ayahku. Ibuku cenderung lemah gemulai. Tingkah lakunya kalem layaknya wanita jawa pada umumnya. Perasaanya juga sangat sensitif, bahkan untuk hal yang belum diketahuinya. Oleh karena itu, aku dan ayah berusaha sebisa mungkin tidak membuat ibu marah. Kami percaya bahwa marahnya seorang ibu adalah neraka bagi kami.
Mengapa harus neraka? Karena dibalik sikap kalemnya, ibu menyimpan nafsu yang sangat besar. Ketika perasaannya tersinggung, lautan nafsu itu meledak bagai letusan bom atom. Meskipun begitu, ibu tetaplah hebat. Dia mentransformasikan nafsu amarahnya menjadi nafsu makan. Ibu mampu menghabiskan berpiring-piring nasi jika sudah marah. Sampai-sampai, jatah makan kami ikut terenggut.

Seusai makan nasi yang begitu banyak, ibu langsung bergerak ke kamarnya dan tidur. Eh bukan, tepatnya hibernasi. Karena tidurnya ibu jika sudah seperti itu mampu tembus hingga sehari semalam. Ibarat ada gempa pun ibu tak akan bangun. Sialnya, aku dan ayah tak meminta uang sebelum ibu tidur. Hingga akhirnya, aku dan ayah harus rela berpuasa dadakan seharian penuh. Sekali lagi fakta menunjukan, bahwa aku terlahir dari keluarga keras.
Itulah sedikit gambaran latar belakangku yang memang keras. Semoga kalian mau meresapi betapa kerasnya hidupku. Baiklah! Sebelum kalian berfikir keras, ada baiknya keraskan niat terlebih dahulu. Mengapa? Karena ini adalah kisah yang keras. Maka dari itu, persiapkan kepalan tangan terkeras kalian untuk bersiap memukul lantai yang benar-benar keras. Mari kita mulai!

Polling
Poll ini sudah ditutup. - 2 suara
Kesan dan saran agan?
Menarik
50%
Tidak
50%
Diubah oleh yuniansyah09 02-10-2016 16:01


anasabila memberi reputasi
1
4.1K
32


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan