- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Heboh Foto Viral Menkeu Dikepung Konglomerat, Obrolin Apa?


TS
bottle17oz
Heboh Foto Viral Menkeu Dikepung Konglomerat, Obrolin Apa?
Foto Menkeu Sri Mulyani Duduk Dikepung Konglomerat yang Jadi Viral Heboh, Apa Obrolan Mereka?

Siapa sajakah para pengusaha yang mengelilingi Sri Mulyani sebagaimana yang terlihat pada foto di atas?
Budi Hartono (paling kiri, pemilik Grup Djarum)
Hingga saat ini, Budi Hartono masih berada di posisi puncak sebagai orang terkaya di Indonesia. Ta hanya industri rokok, Budi Hartono juga memiliki bisnis di berbagai sektor seperti keuangan (Bank Central Asia/BCA), manufaktur (Polytron) hingga properti (Grand Indonesia Kempinski dan jaringan Hotel Padma). Mengutip Forbes, total kekayaan Budi Hartono mencapai sekitar 15 miliar dollar AS atau sekitar Rp 195 triliun.
Chandra Lie (duduk, kedua dari kiri, pemilik Sriwijaya Air)
Chandra Lie merupakan pengusaha yang menggeluti industri penerbangan. Dia mulai memasuki bisnis aviasi dari bawah, saat dipercaya salah satu koleganya untuk mengelola sebuah pesawat. Setelahnya, dia memberanikan diri untuk menjalankan bisnis penerbangan dan saat ini berbagai rute telah dilayani oleh Sriwijaya Air. Mengutip Forbes, kekayaan Chandra Lie mencapai 325 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,2 triliun.
Franky Widjaja (duduk, ketiga dari kiri, Grup Sinarmas)
Merupakan generasi kedua dari pendiri Grup Sinarmas. Saat ini dia menjadi CEO perusahaan tersebut, yang memiliki protofolio bisnis di berbagai bidang. Mulai dari properti, perkebunan, perbankan, kertas, hingga telekomunikasi. Total kekayaan keluarga pengusaha ini mencapai sekitar 10 miliar dollar AS atau sekitar Rp 130 triliun.
Tahir (berdiri, berbatik biru, pemilik Grup Mayapada)
Selain filantropis, Tahir merupakan pengusaha yang memiliki Grup Mayapada. Dia memulai bisnis sebagai pedagang. Berkat keuletannya, usaha yang dijalankannya berkembang hingga merambah berbagai sektor seperti keuangan, properti, rumah sakit, hingga media. Mengutip Forbes, kekayaan Tahir ditaksir mencapai 2,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 28,6 triliun.
Murdaya Poo (berdiri, berbatik biru tua, Grup Central Cipta Murdaya)
Pengusaha sekaligus politisi. Melalui perusahaannya, dia menjalankan bisnis di berbagai sektor seperti halnya PT Jakarta International Expo yang bergerak di bidang pameran. Kemudian sektor perkebunan melalui PT Hardaya Inti Plantation. Sebelumnya, perusahaannya pernah menjadi supplier perusahaan sepatu AS, Nike melalui PT Hardaya Aneka Shoe Industry (HASI) sebelum akhirnya berhenti. Total kekayaannya ditaksir mencapai 2,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 27 triliun.
Peter Sondakh (duduk, membawa map biru, pemilik Grup Rajawali)
Melalui Rajawali Corpora, Peter Sondakh memiliki bisnis di berbagai sektor, mulai dari properti, perkebunan, hingga media. Sebelumnya, dia juga pernah tercatat sebagai pemegang saham di PT Semen Gresik Tbk, PT Excelcommindo (XL) serta stasiun televisi RCTI. Saat ini aset-aset tersebut telah berpindah kepemilikan ke pihak lain. Ditaksir, kekayaan Peter Sondakh mencapai 1,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 25 triliun.
Anton Setiawan (berdiri, berbatik kuning, Tunas Group)
Anton Setiawan merupakan pendiri dari Tunas Group, perusahaan yang bergerak di bidang penjualan otomotif. Mengutip situs resmi Tunas Group, perusahaan ini menjadi diler resmi Toyota, BMW, Daihatsu, Peugeot, Honda Motor dan Isuzu. Selain itu, Tunas juga menyediakan penyewaan kendaraan serta pembiayaan pembelian kendaraan.
(Bambang Priyo Jatmiko/ Kompas.com)
http://style.tribunnews.com/2016/09/...da-deal-apa-ya
Orkay kalo mao lapor harta langsung ke Menkeu, Orang Kismin ke Pajak Pratama aje sono!

Quote:

Spoiler for Tribun:
TRIBUNSTYLE.COM - Para konglomerat Indonesia pekan lalu diajak makan malam bersama Presiden Joko Widodo dalam rangka sosialisasi tax amnesty. Hadir pula dalam acara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Kantor Sekretariat Presiden juga merilis Menkeu Sri Mulyani dikelilingi para pengusaha besar di sela-sela acara tersebut.
Lantas, apa saja yang dibicarakan di antara mereka, dan apa saja yang diminta para konglomerat tersebut?
Pemilik Sriwijaya Air, yang juga ikut dalam perbincangan itu, Chandra Lie kepada Kompas.com mengungkapkan ada sejumlah permintaan yang diajukan oleh para pengusaha kepada Sri Mulyani.
Salah satu yang diminta pengusaha kepada Sri Mulyani dalam perbincangan itu adalah memperpanjang waktu periode tax amnesty untuk besaran tebusan 2 persen.
Menurut Chandra, pengusaha meminta agar tebusan 2 persen itu bisa diperpanjang hingga akhir tahun 2016, dari kebijakan awal pada akhir September 2016.
"Karena sudah ditetapkan, kebijakan tarif tebusan 2 persen itu tidak bisa diubah. Namun dalam perbincangan itu disepakati bahwa untuk berkas administrasi tebusan 2 persen bisa dilengkapi hingga akhir tahun, sepanjang pengusaha telah menyerahkan tebusannya terlebih dulu sebelum 30 September 2016," ujarnya Rabu malam (28/9/2016).
Para pengusaha akhirnya sepakat dengan jalan tengah yang ditawarkan tersebut. Mereka juga siap menyukseskan program tax amnesty yang digagas pemerintah, setelah mendapat jaminan kepastian hukum dan keamanan.
"Para pengusaha menjadi yakin untuk ikut program tax amnesty. Soalnya di sana hadir juga Panglima TNI, Kapolri. Ini yang membuat kami mendapat kepastian bahwa ada jaminan yang diberikan pemerintah kepada kami," kata Chandra.
Sementara itu, salah seorang pengusaha besar yang juga terlibat dalam pembicaraan tersebut mengungkapkan, Sri Mulyani sempat "merayu" para konglomerat agar ikut menyukseskan program pengampunan pajak.
Hal ini dilakukan Sri Mulyani, menyusul "curhat" Presiden Joko Widodo dalam jamuan makan malam itu yang mengatakan bahwa capaian tax amnesty masih di bawah ekspektasi.
"Ibu Sri Mulyani bilang 'Ayolah, ikut bantu sukseskan tax amnesty. Ini demi kepentingan negara dan masyarakat.' Setelah berbicara dan mendapatkan jaminan, kami sepakat untuk ikut program ini," kata pengusaha tersebut yang mewanti-wanti Kompas.com untuk tidak menyebut namanya.
Menurut pengusaha ini, tingkat kepercayaan pelaku usaha kepada pemerintah cukup tinggi setelah digelarnya jamuan makan malam tersebut. Ini karena Presiden, Kapolri, hingga Panglima TNI menyatakan "pasang badan".
Pasang badan yang dimaksud adalah memberikan dukungan maksimal kepada pengusaha terkait kepastian hukum bagi peserta tax amnesty.
Bahwa nantinya tidak ada tuntutan hukum yang ditimpakan kepada pengusaha setelah mereka mengikuti program ini.
"Kami jadi yakin, tax amnesty ini akan sukses. Kami para pengusaha berkomitmen untuk menjadikan program ini tercapai," ujarnya.
Hingga kemarin sore pukul 17.00 WIB, total tebusan tax amnesty yang dicatat mencapai Rp 54,27 triliun.
Adapun repatriasi mencapai Rp 127,6 triliun dan deklarasi harta mencapai Rp 2386,33 triliun. Dengan demikian total harta yang diikutkan dalam program tax amnesty ini mencapai Rp 2.513,94 triliun. (Bambang Priyo/ Kompas.com)
Inilah 6 Konglomerat yang Duduk Mengepung Menkeu Sri Mulyani
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menyukseskan hajatan besar, yakni program pengampunan pajak atau tax amnesty.
Tak hanya sebatas imbauan, pemerintah juga mengundang orang-orang superkaya Indonesia untuk ikut berpartisipasi dalam program tersebut. Salah satunya dengan mengajak mereka makan malam di Istana Negara.
Dari foto yang dirilis oleh Kantor Sekretarian Kepresidenan, tampak Menteri Keuangan Sri Mulyani dikelilingi oleh para pengusaha besar di Indonesia di sela-sela makan malam antara Presiden Joko Widodo dengan para pengusaha tersebut, Kamis malam (22/9/2016).
Kantor Sekretariat Presiden juga merilis Menkeu Sri Mulyani dikelilingi para pengusaha besar di sela-sela acara tersebut.
Lantas, apa saja yang dibicarakan di antara mereka, dan apa saja yang diminta para konglomerat tersebut?
Pemilik Sriwijaya Air, yang juga ikut dalam perbincangan itu, Chandra Lie kepada Kompas.com mengungkapkan ada sejumlah permintaan yang diajukan oleh para pengusaha kepada Sri Mulyani.
Salah satu yang diminta pengusaha kepada Sri Mulyani dalam perbincangan itu adalah memperpanjang waktu periode tax amnesty untuk besaran tebusan 2 persen.
Menurut Chandra, pengusaha meminta agar tebusan 2 persen itu bisa diperpanjang hingga akhir tahun 2016, dari kebijakan awal pada akhir September 2016.
"Karena sudah ditetapkan, kebijakan tarif tebusan 2 persen itu tidak bisa diubah. Namun dalam perbincangan itu disepakati bahwa untuk berkas administrasi tebusan 2 persen bisa dilengkapi hingga akhir tahun, sepanjang pengusaha telah menyerahkan tebusannya terlebih dulu sebelum 30 September 2016," ujarnya Rabu malam (28/9/2016).
Para pengusaha akhirnya sepakat dengan jalan tengah yang ditawarkan tersebut. Mereka juga siap menyukseskan program tax amnesty yang digagas pemerintah, setelah mendapat jaminan kepastian hukum dan keamanan.
"Para pengusaha menjadi yakin untuk ikut program tax amnesty. Soalnya di sana hadir juga Panglima TNI, Kapolri. Ini yang membuat kami mendapat kepastian bahwa ada jaminan yang diberikan pemerintah kepada kami," kata Chandra.
Sementara itu, salah seorang pengusaha besar yang juga terlibat dalam pembicaraan tersebut mengungkapkan, Sri Mulyani sempat "merayu" para konglomerat agar ikut menyukseskan program pengampunan pajak.
Hal ini dilakukan Sri Mulyani, menyusul "curhat" Presiden Joko Widodo dalam jamuan makan malam itu yang mengatakan bahwa capaian tax amnesty masih di bawah ekspektasi.
"Ibu Sri Mulyani bilang 'Ayolah, ikut bantu sukseskan tax amnesty. Ini demi kepentingan negara dan masyarakat.' Setelah berbicara dan mendapatkan jaminan, kami sepakat untuk ikut program ini," kata pengusaha tersebut yang mewanti-wanti Kompas.com untuk tidak menyebut namanya.
Menurut pengusaha ini, tingkat kepercayaan pelaku usaha kepada pemerintah cukup tinggi setelah digelarnya jamuan makan malam tersebut. Ini karena Presiden, Kapolri, hingga Panglima TNI menyatakan "pasang badan".
Pasang badan yang dimaksud adalah memberikan dukungan maksimal kepada pengusaha terkait kepastian hukum bagi peserta tax amnesty.
Bahwa nantinya tidak ada tuntutan hukum yang ditimpakan kepada pengusaha setelah mereka mengikuti program ini.
"Kami jadi yakin, tax amnesty ini akan sukses. Kami para pengusaha berkomitmen untuk menjadikan program ini tercapai," ujarnya.
Hingga kemarin sore pukul 17.00 WIB, total tebusan tax amnesty yang dicatat mencapai Rp 54,27 triliun.
Adapun repatriasi mencapai Rp 127,6 triliun dan deklarasi harta mencapai Rp 2386,33 triliun. Dengan demikian total harta yang diikutkan dalam program tax amnesty ini mencapai Rp 2.513,94 triliun. (Bambang Priyo/ Kompas.com)
Inilah 6 Konglomerat yang Duduk Mengepung Menkeu Sri Mulyani
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menyukseskan hajatan besar, yakni program pengampunan pajak atau tax amnesty.
Tak hanya sebatas imbauan, pemerintah juga mengundang orang-orang superkaya Indonesia untuk ikut berpartisipasi dalam program tersebut. Salah satunya dengan mengajak mereka makan malam di Istana Negara.
Dari foto yang dirilis oleh Kantor Sekretarian Kepresidenan, tampak Menteri Keuangan Sri Mulyani dikelilingi oleh para pengusaha besar di Indonesia di sela-sela makan malam antara Presiden Joko Widodo dengan para pengusaha tersebut, Kamis malam (22/9/2016).
Siapa sajakah para pengusaha yang mengelilingi Sri Mulyani sebagaimana yang terlihat pada foto di atas?
Budi Hartono (paling kiri, pemilik Grup Djarum)
Hingga saat ini, Budi Hartono masih berada di posisi puncak sebagai orang terkaya di Indonesia. Ta hanya industri rokok, Budi Hartono juga memiliki bisnis di berbagai sektor seperti keuangan (Bank Central Asia/BCA), manufaktur (Polytron) hingga properti (Grand Indonesia Kempinski dan jaringan Hotel Padma). Mengutip Forbes, total kekayaan Budi Hartono mencapai sekitar 15 miliar dollar AS atau sekitar Rp 195 triliun.
Chandra Lie (duduk, kedua dari kiri, pemilik Sriwijaya Air)
Chandra Lie merupakan pengusaha yang menggeluti industri penerbangan. Dia mulai memasuki bisnis aviasi dari bawah, saat dipercaya salah satu koleganya untuk mengelola sebuah pesawat. Setelahnya, dia memberanikan diri untuk menjalankan bisnis penerbangan dan saat ini berbagai rute telah dilayani oleh Sriwijaya Air. Mengutip Forbes, kekayaan Chandra Lie mencapai 325 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,2 triliun.
Franky Widjaja (duduk, ketiga dari kiri, Grup Sinarmas)
Merupakan generasi kedua dari pendiri Grup Sinarmas. Saat ini dia menjadi CEO perusahaan tersebut, yang memiliki protofolio bisnis di berbagai bidang. Mulai dari properti, perkebunan, perbankan, kertas, hingga telekomunikasi. Total kekayaan keluarga pengusaha ini mencapai sekitar 10 miliar dollar AS atau sekitar Rp 130 triliun.
Tahir (berdiri, berbatik biru, pemilik Grup Mayapada)
Selain filantropis, Tahir merupakan pengusaha yang memiliki Grup Mayapada. Dia memulai bisnis sebagai pedagang. Berkat keuletannya, usaha yang dijalankannya berkembang hingga merambah berbagai sektor seperti keuangan, properti, rumah sakit, hingga media. Mengutip Forbes, kekayaan Tahir ditaksir mencapai 2,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 28,6 triliun.
Murdaya Poo (berdiri, berbatik biru tua, Grup Central Cipta Murdaya)
Pengusaha sekaligus politisi. Melalui perusahaannya, dia menjalankan bisnis di berbagai sektor seperti halnya PT Jakarta International Expo yang bergerak di bidang pameran. Kemudian sektor perkebunan melalui PT Hardaya Inti Plantation. Sebelumnya, perusahaannya pernah menjadi supplier perusahaan sepatu AS, Nike melalui PT Hardaya Aneka Shoe Industry (HASI) sebelum akhirnya berhenti. Total kekayaannya ditaksir mencapai 2,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 27 triliun.
Peter Sondakh (duduk, membawa map biru, pemilik Grup Rajawali)
Melalui Rajawali Corpora, Peter Sondakh memiliki bisnis di berbagai sektor, mulai dari properti, perkebunan, hingga media. Sebelumnya, dia juga pernah tercatat sebagai pemegang saham di PT Semen Gresik Tbk, PT Excelcommindo (XL) serta stasiun televisi RCTI. Saat ini aset-aset tersebut telah berpindah kepemilikan ke pihak lain. Ditaksir, kekayaan Peter Sondakh mencapai 1,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 25 triliun.
Anton Setiawan (berdiri, berbatik kuning, Tunas Group)
Anton Setiawan merupakan pendiri dari Tunas Group, perusahaan yang bergerak di bidang penjualan otomotif. Mengutip situs resmi Tunas Group, perusahaan ini menjadi diler resmi Toyota, BMW, Daihatsu, Peugeot, Honda Motor dan Isuzu. Selain itu, Tunas juga menyediakan penyewaan kendaraan serta pembiayaan pembelian kendaraan.
(Bambang Priyo Jatmiko/ Kompas.com)
http://style.tribunnews.com/2016/09/...da-deal-apa-ya
Orkay kalo mao lapor harta langsung ke Menkeu, Orang Kismin ke Pajak Pratama aje sono!

0
5.4K
Kutip
43
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan