Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman mengatakan, perbedaan pendapat di internal partai seharusnya disikapi secara bijaksana.
Menurut dia, di Partai Demokrat, perbedaan adalah hal biasa.
Ia menanggapi pernyataan Sekretaris Jenderal Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang meminta kader yang tak mendukung kebijakan partai untuk mundur.
Pada Pilkada DKI 2017, Demokrat bersama tiga partai berkoalisi mengusung Agus Harimurti Yudhyono-Sylviana Murni.
Sementara, Hayono menyatakan dukungan kepada pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
Hayono mengatakan, bukan kali ini saja ia memilih sikap berbeda terhadap kebijakan partai.
"Waktu itu saya di Pilkada DKI 2012 pilih Jokowi-Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) tapi partai pilih Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Di Pilpres 2014, saya pilih Jokowi-JK dan partai pilih Prabowo-Hatta. Enggak ada masalah waktu itu," kata Hayono, saat dihubungi, Rabu (28/9/2016).
Terkait perbedaan sikap ini, menurut Hayono, seharusnya alat kelengkapan partai yang berwenang memanggilnya agar ada dialog yang sehat.
Ia menyayangkan pernyataan Ibas yang menyarankan dirinya keluar dari Demokrat karena dianggap membelot.
"Semestinya tidak bisa seperti itu. Kalau saya hendak dikeluarkan, saya mau tahu dulu alasannya karena di partai kan semua ada mekanismenya. Tidak bisa langsung seperti itu," tutur Hayono.
http://nasional.kompas.com/read/2016...n.hayono.isman
mungkin inilah alasan ibas belom pantas menjadi seorang pemimpin..
