Dalam sejumlah studi, ditemukan bahwa salah satu karakter dan kultur generasi millenial ini adalah memiliki kepedulian pada isu-isu sosial kemanusiaan, mereka senang berbagi kepada sesama. Generasi millenial tumbuh di bawah asuhan budaya
(social sharing)yang tinggi.
Temuan ini adalah fakta menarik bagi pegiat kemanusiaan dalam menggalang donasi. Bahwa generasi millenial perlu didekati dengan inovasi. Menggalang charity dari entitas millenial, berarti memperluas spektrumnya kemanusiaan.
Quote:
Quote:
Belakangan, aksi social charity mengalami berbagai inovasi mengikuti tren generasi millenial. Generasi baru ini memiliki pengaruh besar di era teknologi.
Mereka adalah anak-anak muda yang lahir dan tumbuh bersama ledakan teknologi. Sehingga sangat piawai dalam mempengaruhi, termasuk mengajak berdonasi.
Quote:
Quote:
Menyitir laporan Millenial Impact Report 2014, sebanyak 85% generasi millenial yang berusia 20-35 tahun memberikan donasi mereka untuk organisasi nirlaba.
Tak kurang dari 47% dari mereka menyalurkan donasi melalui perusahaan dimana mereka bekerja. Satu dekade kedepan generasi millenial diperkirakan mendonasikan Rp 389.610 Triliun. Angka yang fantastis.
Menjawab generasi millenial, inovasi charity di dunia daring muncul melalui situs crowdfunding local seperti kitabisa[dot]com maupun situs global seperti simplygiving[dot]com. Situs-situs tersebut menghubungkan secara langsung donatur dengan mereka yang butuh bantuan.
Dalam hitungan hari, dana ratusan juta bahkan miliaran dapat terkumpul melalui penggalangan online. Terlebih ketika hal tersebut dimotori oleh public figure.
Quote:
Quote:
Ketiga, Berbagi Adalah Energi
Generasi millenial memiliki jiwa sosial tinggi. Bagi mereka, berbagi adalah gaya hidup an sumber energi. Berbagi bukan hanya memberi, tapi sekaligus dipandang sebagai investasi kebaikan yang hasilnya suatu saat dituai.
Semangat berbagi generasi millenial ini dijemput dengan bermacam-macam kemasan event. Salah satunya melalui event olah raga lari yang memang sedang digemari oleh anak-anak muda. Terbukti, event Retro Run yang berlagsung di Jakarta pada 18 September kemarin mendapat sambutan antusias.
Quote:
Event yang melibatkan penggemar olah raga lari ini berhasil mengumpulkan charity Rp 150 Juta hanya dalam hitungan jam dari 1500 peserta. Satu pencapaian yang fantastis.
Quote:
Retro Run merupakan kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Kanker Indonesia atas dukungan PT. Mundipharma Healthcare Indonesia (Betadine). Retro Run yang rencananya diadakan tahunan ini didedikasikan kepada para penderita dan survivor kanker.
Quote:
Quote:
Keempat, Unjuk Eksistensi
Charity Retro Run terbilang inovatif persis mengikuti kultur generasi millenial. Yakni diintegrasikan dengan kanal-kanal media sosial dimana generasi millenial sering berkumpul dan bertukar informasi serta unjuk eksistensi.
Pendekatan ini pun sukses memunculkan perbicangan di melalui tagar #iRun4Charity #RetroRun4Charity dan #RetroRun

Quote:
Quote:
Kelima, Menolak Tradisionalisme
Generasi millenial tidak suka dengan masa lalu yang tradisional, konvensional dan jadul. Mereka ingin tampil beda. Maka inovasi dalam charity seperti online crowdfunding atau Retro Run, efektif mendulang hasil yang besar.
Dalam kehidupan berbangsa, berbagai gerakan charity yang kian diminati hingga lapisan generasi muda millenial ini merupakan
modal sosial untuk memecahkan berbagai problem bersama.
Utamanya berkaitan dengan kemsikinan yang masih terus mendera dan bencana yang bisa datang tiba-tiba seperti baru-baru ini terjadi di Garut dan Sumedang
Dengan kontur alam yang rawan bencana, keberadaan entitas millenial yang responsif dan gesit, bahkan efektif menjadi pendobrak mitigasi ketika evakuasi oleh Pemerintah terhalang tembok birokrasi.
Quote:
Sinergi Generasi Millenial dan Tokoh
Bahkan, pejabat pun kadang-kadang memanfaatkan emosi generasi millenial untuk menggalang donasi.
Contoh teranyar dilakukan oleh Walikota Bandung, Kang Emil ketika beliau mengelaborasi channel sosial media dengan
online crowdfunding menggalang charity untuk korban banjir di Garut.
Dalam 2 jam, inisiasi Kang Emil bahkan mampu mengumpulkan lebih dari Rp 200 juta.
Empat hari setelah ajakan donasi diluncurkan, saat thread ini ditulis (Jum'at/23/9) dana yang terkumpul hampir mencapai Rp 500 juta. Padahal target awal hanya Rp 100 juta.
Sangat efektif, bukan? Begitulah contoh nyata kekuatan kedermawanan generasi millenial.