Jakarta - Selama kurang lebih 10 tahun, saatbooming harga komoditas, menjadi masa suram untuk sektor industri (deindustrialisasi) terutama manufaktur. Ini terjadi lantaran kebijakan pemerintah lebih banyak diarahkan untuk mendukung komoditas, sebagai basis ekspor utama Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Rosan Roeslani, saat membuka Rapat Koordinasi Bidang Perindustrian dan Perdagangan Kadin di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (20/9/2016).
"Di industri selama 10 tahun terakhir lalubooming komoditas. Akhirnya jadi lupa bangun industri, dari data statistik yang terjadi adalah deindustrialisasi. Ini yang harus kita perhatikan," kata Rosan.
Dia mengungkapkan, komoditas sumber daya alam seharusnya bukan jadi andalan ekspor, tapi lebih diarahkan pada sarana pendukung industri domestik yang berbasis sumber daya alam.
"Ekspor komoditas buat dapat revenue(pendapatan), harusnya komoditas jadi sarana mendukung pengembangan industri berbasis sumber daya alam, dengan pakai sumber daya alam buat tingkatkan daya saing," jelas Rosan.
Dicontohkannya, gas alam tidak seharusnya jadi andalan ekspor untuk penerimaan negara, namun seharusnya dipakai sebagai pendukung industri di dalam negeri.
"Saya contohkan saja, pemikirannya kan adalah dengan jual gas revenue naik, padahal mindsetyang seharusnya gas dipakai untuk sarana saja, sarana buat industri kita bagaimana agar daya saingnya tinggi," pungkas Rosan. (wdl/wdl)