Kaskus

News

zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Koko Cici Jakarta Merawat Budaya Tionghoa
GROGOLPETAMBURAN - Lantunan musik disk jockey (DJ) berdegup kencang. Menyedot perhatian para pengunjung Mall Central Park, Jakarta Barat. Pengunjung mall disuguhkan berbagai kreatifitas anak muda seperti tarian, musik tradisional, hingga fashion show yang dilakukan muda mudi etnis Tionghoa yang tergabung dalam Koko Cici Jakarta.

Riuh sorak dan tepukan tangan ribuan pengunjung menambah meriahnya acara. Satu per satu pasangan Koko Cici itu muncul dari bawah panggung bersilang nan minimalis. Dari sana, mereka berlenggak lenggok di cat walk berwarna putih yang diapit para tamu undangan dan para pengunjung mall.

Bagai model sungguhan, mereka percaya diri memperagakan busana milik 7 designer dari Els Clothing Line, Rent A Gown, Belle Marie Couture, Jauw, CHAN, Ardana, dan Batik Aldo. "Mereka Koko Cici pilihan dan terlatih. Ini salah satu kreativitas kami," tutur Ketua aliansi Koko Cici Jakarta, Falentina Cotton kepada infonitas.com, Senin (19/9/2016).

Pecahkan Rekor MURI

Sejak 2002 silam, Koko Cici Jakarta terus eksis berjuang melestarikan kebudayaan Tionghoa di Jakarta. Bahkan hal itu diwujudkannya dengan berbagai macam kreativitas.

Kreasi anak muda Tionghoa di 2016 ini memecahkan rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan membuat sebanyak 777 buah kue khas tiongkok, yakni kue bulan (moon cake). Jumlah itu dipilih berdasarkan kolaborasi antara Koko Cici Jakarta, Podomoro University, dan Mall Central Park. Angga 7 sendiri dipilih berdasarkan usia tempat acara ini dihelat.

"Kue bulan itu legenda bagi kami. Filosofinya, bentuk kue yang bulat menunjukan ikatan dan kekeluargaan kuat," papar wanita berperawakan tinggi itu.

Sementara itu, Koko Jakarta 2016 Steven Leo menambahkan, setiap tahun pihaknya selalu menggelar perayaan kue bulan. Namun tahun di 2016 ada penampilan kue bulan yang berbeda, lantaran pihaknya berhasil memecahkan rekor MURI.

"Kue bulan melambangkan keutuhan. Harapannya agar Indonesia terus utuh, damai, dan makmur," ungkapnya.

Duta Pariwisata, Duta Sosial, dan Duta Budaya

Keberadaan Koko Cici sangat berpengaruh ditengah krisisnya implementasi budaya di tengah masyarakat. Mereka mampu melestarikan kembali berbagai kebudayaan Tionghoa, mulai dari kesenian, adat istiadat, bahkan menjadi ujung tombak pariwisata di Jakarta.

"Kita juga sering mengadakan bakti sosial. Ini menunjukkan kalau kami peduli kepada siapapun tanpa melihat history," ujar Falentina Cotton usai prnutupan acara.

Finalis Koko Cici 2011 ini pun mengungkapkan, keberadaan Koko Cici tentu sangat membantu kemampuan pribadinya dan 319 rekanan finalis lainnya untuk berlatih secara profesional. Di ajang ini mereka diajarkan berbagai peran sesuai dengan bakat dan minatnya.

"Bahkan secara tidak langsung, hal ini juga menjadi ajang berlatih profesionalisme kerja. Peluang kerja menjadi besar jika kita memahami dan menguasai apa yang dikerjakan," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta Barat Linda Enriany yang hadir dalam acara itu mengaku bangga atas kreativitas yang disuguhkan Koko Cici Jakarta. Hal ini tentu harus terus dikembangkan guna melestarikan budaya Tionghoa.

"Mereka harus bisa lebih mempromosikan kawasan bersejarah Tionghoa dengan label duta Pariwisata yang mereka miliki," ungkapnya.

Pihaknya mendukung penuh segala kegiatan positif Koko Cici, meskipun kegiatan itu tak dapat dibiayai oleh Pemprov DKI Jakarta. Pihaknya hanya bisa memberikan dukungan moril dan perizinan selama kegiatan yang dilakukannya positif.

"Kita dukung penuh. Awal terbentuknya Koko Cici juga disetujui Wali Kota Jakarta Barat tahun 2002 silam," tutupnya.

http://www.infonitas.com/feature/kok...tionghoa/19874

merawat gan
0
2.3K
25
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan