- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Anak jadi korban tak bersalah dalam perang narkoba Filipina


TS
dragonroar
Anak jadi korban tak bersalah dalam perang narkoba Filipina
Quote:
Spoiler for Rodrigo Duterte:

Ikhtisar:
Semenjak dilantik menjadi Presiden Filipina, Rodrigo Duterte yang berjuluk "The Punisher" mengeluarkan kebijakan Perang Melawan Narkobadimana bagi yang ketahuan memakai atau mengedarkan narkoba diijinkan untuk langsung ditembak mati di tempat. Namun siapa sangka, dibalik aksi penanggulangan narkoba tersebut, 2 anak harus kehilangan nyawanya. bagaimana itu bisa terjadi ? mari kita simak sepenggal kisahnya:
Quote:
Keluarga Gretchen So, seorang warga Filipina di area Pangasinan kini tengah dirundung duka. Keponakannya yang baru berusia 5 tahun, Danica Mae Garcia menjadi korban salah tembak dari kebijakan keras pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte dalam melawan perdagangan narkoba. Dia tewas ditembak oleh dua orang misterius pada Selasa, 23 Agustus. Peristiwa itu bermula ketika Danica baru saja selesai mandi pada siang hari.
Menurut keterangan Gretchen, bibi Danica, dua orang pengendara motor tiba-tiba masuk ke dalam rumah mereka di Sitio Camanggaan, Barangay Mayombo di kota Dagupan. Keduanya mulai melepaskan tembakan. Yang menjadi target mereka rupanya kakek Gretchen, Maximo Garcia yang berusia 54 tahun. Maximo saat itu tengah menikmati makan siang bersama sang istri, Gemma dan 3 orang cucunya yang lain. Saat itu, hanya terdengar dua tembakan. Namun, kemudian peluru seakan tak berhenti ditembakan.
Menurut Gretchen, Maximo langsung berlari ke arah belakang rumah untuk bersembunyi di kamar mandi buatan. Namun, pelaku terus mengejar dan melepas tembakan. Saat itu lah, Danica keluar dari kamar mandi dan tertembak. Ketika Gretchen menengok keadaan keponakannya itu, Gemma sudah memeluk tubuh cucunya yang sudah tak lagi bernyawa. Peluru pelaku mengenai leher hingga tembus ke pipi sebelah kanan Danica. Sementara, Maximo berhasil bertahan hidup kendati terkena 3 luka tembakan.
Tak lagi gunakan narkoba
Kepada Rappler yang menemuinya, Gretchen mengaku frustasi dan marah terhadap peristiwa yang dialami oleh keponakan dan ayahnya. Sebab, 4 hari sebelum aksi penembakan itu, Maximo sudah menyerah kepada otoritas berwenang usai rekannya memperingatkan bahwa namanya masuk ke dalam daftar miliki polisi berisi orang-orang yang mengedarkan narkoba. Di dalam daftar itu terdapat sekitar 4.755 nama yang tersebar di 1.704 kota administratif di provinsi tersebut.
"Dia menyerah karena mengikuti apa kata mereka, dan dia tahu dengan melakukan itu maka dia akan selamat," ujar Gretchen.
Kondisi kesehatan Maximo yang memburuk juga mendorong pria berusia 54 tahun itu berhenti mengkonsumsi narkoba. Dia menderita penyakit stroke sehingga perilakunya sudah banyak berubah.
"Sebenarnya ayah saya sudah lebih dari satu tahun hanya bisa beristirahat di tempat tidur karena penyakit strokenya itu. Dia berhenti (menggunakan narkoba) dan dia sudah berubah," katanya lagi.
Fakta ini yang membuat keluarga justru semakin sulit menerima kematian Danica. Dalam ingatannya, Danica adalah anak perempuan penurut dan baik. Kerabatnya mengenang dia sebagai gadis yang selalu menebar canda.
Korban tak bersalah
Kematian Danica menambah daftar panjang korban yang tak bersalah dalam perang melawan narkoba di bawah kepemimpinan Presiden Duterte. Selain Danica, di kota Pangasinan setidaknya ada dua korban lainnya yang tidak sesuai dengan profil seorang pengedar namun tewas terbunuh.
Pada tanggal 19 Juli, Roman "Oman" Manaois seorang lulusan universitas dan akan siap bekerja di Dubai, tiba-tiba ditembak dari jarak dekat di kota Dagupan oleh pria misterius. Di hari yang sama, Rowena Tiamson, juga ditemukan tak bernyawa di kota administratif Parian di Manaoag, Pangasinan.
Jenazahnya ditemukan dalam keadaan tangan diikat dan wajahnya ditutupi. Di bagian lehernya terdapat papan yang berisi tulisan yang telah familiar di benak publik. Isinya "jangan ditiru, seorang pengedar".
Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Ronald U. Mendoza dan Miaan Banaag dari Sekolah Pemerintahan Ateneo, Pangasinan menduduki peringkat keenam dalam jumlah korban terbanyak dalam perang melawan narkoba.
Sementara, bagi keluarga Danica, dalam keputusasaan mereka berharap Presiden Duterte bisa membantu memberikan mereka keadilan.
"Saya hanya menginginkan keadilan. Saya harap Duterte bisa menghentikan pembunuhan ini karena banyak orang yang tak bersalah justru tewas terbunuh," ujar Gretchen. - dengan laporan Ahikam Pasion/Rappler.com
http://www.rappler.com/indonesia/144...-lawan-narkoba
Menurut keterangan Gretchen, bibi Danica, dua orang pengendara motor tiba-tiba masuk ke dalam rumah mereka di Sitio Camanggaan, Barangay Mayombo di kota Dagupan. Keduanya mulai melepaskan tembakan. Yang menjadi target mereka rupanya kakek Gretchen, Maximo Garcia yang berusia 54 tahun. Maximo saat itu tengah menikmati makan siang bersama sang istri, Gemma dan 3 orang cucunya yang lain. Saat itu, hanya terdengar dua tembakan. Namun, kemudian peluru seakan tak berhenti ditembakan.
Menurut Gretchen, Maximo langsung berlari ke arah belakang rumah untuk bersembunyi di kamar mandi buatan. Namun, pelaku terus mengejar dan melepas tembakan. Saat itu lah, Danica keluar dari kamar mandi dan tertembak. Ketika Gretchen menengok keadaan keponakannya itu, Gemma sudah memeluk tubuh cucunya yang sudah tak lagi bernyawa. Peluru pelaku mengenai leher hingga tembus ke pipi sebelah kanan Danica. Sementara, Maximo berhasil bertahan hidup kendati terkena 3 luka tembakan.
Tak lagi gunakan narkoba
Kepada Rappler yang menemuinya, Gretchen mengaku frustasi dan marah terhadap peristiwa yang dialami oleh keponakan dan ayahnya. Sebab, 4 hari sebelum aksi penembakan itu, Maximo sudah menyerah kepada otoritas berwenang usai rekannya memperingatkan bahwa namanya masuk ke dalam daftar miliki polisi berisi orang-orang yang mengedarkan narkoba. Di dalam daftar itu terdapat sekitar 4.755 nama yang tersebar di 1.704 kota administratif di provinsi tersebut.
"Dia menyerah karena mengikuti apa kata mereka, dan dia tahu dengan melakukan itu maka dia akan selamat," ujar Gretchen.
Kondisi kesehatan Maximo yang memburuk juga mendorong pria berusia 54 tahun itu berhenti mengkonsumsi narkoba. Dia menderita penyakit stroke sehingga perilakunya sudah banyak berubah.
"Sebenarnya ayah saya sudah lebih dari satu tahun hanya bisa beristirahat di tempat tidur karena penyakit strokenya itu. Dia berhenti (menggunakan narkoba) dan dia sudah berubah," katanya lagi.
Fakta ini yang membuat keluarga justru semakin sulit menerima kematian Danica. Dalam ingatannya, Danica adalah anak perempuan penurut dan baik. Kerabatnya mengenang dia sebagai gadis yang selalu menebar canda.
Spoiler for Danica Mae Garcia:

Korban tak bersalah
Kematian Danica menambah daftar panjang korban yang tak bersalah dalam perang melawan narkoba di bawah kepemimpinan Presiden Duterte. Selain Danica, di kota Pangasinan setidaknya ada dua korban lainnya yang tidak sesuai dengan profil seorang pengedar namun tewas terbunuh.
Pada tanggal 19 Juli, Roman "Oman" Manaois seorang lulusan universitas dan akan siap bekerja di Dubai, tiba-tiba ditembak dari jarak dekat di kota Dagupan oleh pria misterius. Di hari yang sama, Rowena Tiamson, juga ditemukan tak bernyawa di kota administratif Parian di Manaoag, Pangasinan.
Jenazahnya ditemukan dalam keadaan tangan diikat dan wajahnya ditutupi. Di bagian lehernya terdapat papan yang berisi tulisan yang telah familiar di benak publik. Isinya "jangan ditiru, seorang pengedar".
Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Ronald U. Mendoza dan Miaan Banaag dari Sekolah Pemerintahan Ateneo, Pangasinan menduduki peringkat keenam dalam jumlah korban terbanyak dalam perang melawan narkoba.
Sementara, bagi keluarga Danica, dalam keputusasaan mereka berharap Presiden Duterte bisa membantu memberikan mereka keadilan.
"Saya hanya menginginkan keadilan. Saya harap Duterte bisa menghentikan pembunuhan ini karena banyak orang yang tak bersalah justru tewas terbunuh," ujar Gretchen. - dengan laporan Ahikam Pasion/Rappler.com
http://www.rappler.com/indonesia/144...-lawan-narkoba
Quote:
Ada lagi nih gan: http://news.abs-cbn.com/news/09/02/1...drug-operation
Althea Fhem Barbon, seorang gadis berusia 4 tahun dari kota Guihulngan, Negros Oriental, juga tewas dalam hujan peluru yang dilepas oleh polisi ketika mereka menembak ayah Althea, Aldrick, ketika ia sedang mengendarai sepeda motornya. Althea bersama ayahnya. Peluru menembus tubuh Aldrick dan menghantam anaknya. Dia meninggal dan begitu pula Althea. Dia termasuk dalam daftar sebagai pengedar narkoba yang dicurigai.
Spoiler for Althea Fhem Barbon:

Althea Fhem Barbon, seorang gadis berusia 4 tahun dari kota Guihulngan, Negros Oriental, juga tewas dalam hujan peluru yang dilepas oleh polisi ketika mereka menembak ayah Althea, Aldrick, ketika ia sedang mengendarai sepeda motornya. Althea bersama ayahnya. Peluru menembus tubuh Aldrick dan menghantam anaknya. Dia meninggal dan begitu pula Althea. Dia termasuk dalam daftar sebagai pengedar narkoba yang dicurigai.
0
2.5K
Kutip
26
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan