- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Isis dan Politik Timur Tengah


TS
purnama29wahyu
Isis dan Politik Timur Tengah

ISIS didirikan di Irak tahun 2006, ketika negara itu sedang ditangani Amerika Serikat yang sebelumnya telah menghancurkan pemerintahan Saddam Hussein. AS ikut membidani kelahiran ISIS untuk mengimbangi pemerintahan baru Irak yang didominasi Syi’ah ketika itu.
AS mensenjatai mereka dan mengizinkan mereka menguasai ladang minyak di Irak. ISIS mulai tumbuh ketika ia mengekspor minyaknya ke Turki. Pengiriman minyak ke Turki berlangsung aman karena di bawah pengawasan AS.
Entah kenapa ketika ISIS menjadi besar, ia dicitrakan oleh media-media Barat sebagai musuh AS dan sekutunya. ISIS dianggap teroris dan musuh dunia. Seperti biasa, media dalam negeri yang inferior ikut jadi makmum media Barat.
Dalam perang saudara di Suriah sekarang ini, ISIS adalah lawan utama pemerintahan Presiden Bashar al-Ashad. Kembali, AS dan Inggris ikut mempersejatai ISIS melalui pengiriman ‘bantuan kemanusiaan’. Dalam satu konvoi pengiriman bantuan kemanusiaan yang bisa mencapai tempat pertempuran, 60 persen lebih isinya senjata, 30 persen makanan dan pakaian, 10 persen lain-lain.
Tapi di media, AS dan Inggris terus menyatakan bahwa ISIS harus diperangi karena organisasi ‘binaan’ mereka ini adalah kelompok teroris berbahaya yang mengancam perdamaian dunia. Turki dan Saudi Arabia ikut mendanai milisi-milisi radikal ini untuk menumbangkan Ashad, dengan kemasan kalimat ‘mendorong reformasi di Suriah’.
Sekarang, para penyokong pemberontak tahu ternyata Ashad tak gampang digulingkan meskipun dikeroyok selama enam tahun. Dan pekan lalu AS menyatakan memutuskan untuk menghentikan bantuan senjata kepada kaum pemberontak dan mendorong penyelesaian politik.
Kebanyakan kita di Indonesia adalah penonton yang emosinya berhasil dieksploitasi para sutradara ‘perang saudara’ Suriah. Sebagian menghujat ISIS, sebagian memalaikatkan Turki dan Edrogannya, sebagian mengkafirkan Iran. Kita beradu makian dan ayat. Padahal di lapangan mereka saling ‘bekerja sama’. Turki membantu pemberontak, tapi berbaik-baik dengan Rusia yang membantu Ashad. Saudi dan AS menghujat ISIS, tapi keduanya bekerja sama menyediakan akomodasi baginya.

Kerja sama antar negara itu melihat aspek ekonomi dan stabilitas politik. Jadi jika Turki membuka hubungan diplomatik kembali dengan Israel, menyokong pemberontak Suriah, tapi berteman baik dengan Rusia yang pro pemerintah Suriah, titik poinnya dimana? Ya di stabilitas ekonomi dan politik nasional Turki. Dan semua negara di lingkaran konflik yang tidak ikut dihancurkan dengan konflik pasti juga akan begitu. Tapi di Indonesia, oknum pemerintahnya sibuk korupsi, rakyatnya sebagian jadi supporter konflik Timur Tengah. Sisanya adem ayem sambil pace-pacean bahagia, hingga kadang misuh. Nah, kamu ikutan yang mana?

0
3.6K
21


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan