- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Nomor Punggung Macam Apa Ini?.....


TS
kirranaidea
Nomor Punggung Macam Apa Ini?.....
10 Nomor Punggung Teraneh yang Pernah Digunakan
Beberapa nomor punggung bisa menjadi ikonik. Sementara yang lainnya tidak; ada juga nomor-nomor yang aneh yang dipilih karena kepercayaan, ego, atau karena alasan yang sama anehnya. Ada beberapa kasus seperti ini - terakhir, gelandang Jonathan de Guzman juga ingin mengenakan nomor 1 di klub barunya, Chievo

Pemain tim nasional Maroko, Zerouali, menjalani tiga musimnya yang biasa-biasa saja di Aberdeen (1999-2002), menciptakan 11 gol dari 37 penampilan, termsuk sebuah hattrick menghadapi Dundee. Namun, di toko resmi klub, ia merupakan sosok yang menonjol karena pilihan nomor punggungnya.
Dijuluki ‘The Moroccan Magic’ dan ‘Zero’, Zerouali memutuskan untuk menjadikan yang terakhir tertempel di punggung-nya – pemain pertama di Skotlandia yang melakukannya – walaupun pilihannya ini terbukti kontroversial. Pada musim selanjutnya, pihak Scottish Premier League melarang penggunaan nomor ini. Tragisnya, ‘Zero’ kemudian meninggal karena kecelakaan mobil di tahun 2004

Mantan juara Liga Champions bersama Ajax ini memulai kariernya sebagai pemain-manajer di Barnet dengan cara yang sama seperti saat ia menghadapi pemain lawan di sepanjang karirnya: perpaduan gaya flamboyan dan brutal. Dalam lima penampilan pertama, ia mendapatkan kartu di setiap pertandingan, baik merah dan kuning. Davids kemudian mengumumkan ia mengambil alih nomor punggung 1 dari kiper Graham Stack dan memberikannya ke diri sendiri. “Ini adalah nomor saya untuk musim ini,” ucapnya. “Saya akan memulai tren semacam ini.”
Davids bukanlah yang pertama melakukan ini. Stuart Balmer (Charlton), Ruud Geels (Belanda, 1974), dan Ossie Ardiles (Argentina, 1978) pernah menggunakan nomor ini sebelumnya.
Berbicara tentang Ardiles dan Argentina, playmaker Spurs ini juga menggunakan jersey bernomor punggung 2 sepanjang Piala Dunia 1978.
“Alasannya adalah ada begitu banyak argumen tentang jersey mana yang mau digunakan oleh orang-orang,” ucap Ardiles. “Jadi [manajer Argentina] Cesar Menotti memutuskan untuk melakukannya berdasarkan abjad, itulah mengapa jersey nomor 1 di tahun 1978 jatuh ke tangan Norberto Alonso.”

Meski begitu, pemain yang istimewa mendapatkan pengecualian. Di tahun 1982, Diego Maradona yang seharusnya memakai nomor tidak beruntung 13, diberikan nomor 10. “Menotti pasti membuat keputusan itu,” lanjut Ossie. “Seperti sebuah keajaiban, Mario Kempes juga mendapatkan nomor punggung 10 di 1978, jadi mungkin Menotti melakukan sesuatu juga tentang ini.”

Jersey dengan nomor punggung 10 bukanlah pilihan utama untuk seorang bek tengah, sebagus apapun dirinya. Tapi saat Gallas datang ke Arsenal dari rival sekota mereka, Chelsea, di tahun 2006, ia diberikan nomor yang sebelumnya digunakan oleh sang playmaker, Dennis Bergkamp.
“Nomor 3 tidak nyaman untuknya dan saya sudah memberikan semua nomor lain ke para pemain,” ucap manajer Arsenal, Arsene Wenger. “Pada akhirnya, saya rasa adalah sebuah ide yang bagus memberikan nomor 10 ke pemain bertahan, karena seorang striker akan mendapatkan beban yang begitu berat jika dibandingkan dengan Dennis. Pada awalnya saya sedikit ragu untuk memberikan nomor Dennis, dan terutama ke bek, tapi secara keseluruhan, saya rasa semuanya lebih baik seperti ini.”
Saat bintang Portugal, Futre, mengetahui bahwa ia harus menggunakan nomor punggung 16 di West Ham, bukannya nomor 10 yang ia inginkan, ia membawa tim pengacaranya untuk memecahkan masalah ini.
Harry Redknapp, dalam buku otobiografinya, Always Managing, menulis: “Eddie Gillam, pelatih kami, memberikannya jersey dengan nomor punggung 16 dan dilemparkan kembali ke mukanya (sebelum pertandingan pertama menghadapi Arsenal). Yang terjadi selanjutnya, Paulo berada di depan muka saya juga. ‘Futre nomor 10, bukan 16,’ ucapnya. ‘Eusebio 10, Maradona 10, Pele 10; Futre 10, not f***ing 16.’
“Saya mencoba untuk tegas. ‘Paulo, pakai jerseymu, ganti semuanya, dan tolonglah, kita akan menjalani sebuah pertandingan besar. Jika kau tidak mau menggunakannya, Paulo, pergilah,’ ucap saya. Dan ia kemudian pergi.”
“Pada hari Senin berikutnya, Paulo datang kembali dengan tim pengacaranya untuk menegosiasikan jersey bernomor punggung 10.”
Ia kemudian membayar £100.000 untuk mengamankannya.

Mantan striker Arsenal ini selalu menjadi salah satu pemain mereka yang aneh. Sempat didenda dan dihukum harus absen karena menunjukkan celana dalam dari sponsor pada pertandingan Piala Eropa tahun 2012 bersama Denmark, ia juga sempat menciptakan sedikit masalah di Emirates saat memutuskan, di menit-menit akhir, untuk mengganti nomor punggungnya di musim 2009/10 dari 26 ke 52.
“Saya memilih untuk mengganti ke nomor 52 karena ini adalah nomor yang sangat istimewa bagi saya pribadi, dan saya harap ini akan memberikan keberuntungan di musim baru. Saya sangat menghargai para fans yang sudah membeli jersey musim 2009/10 dengan nama dan nomor yang sudah terpasang jadi saya ingin mengganti semuanya yang sudah memiliki jersey saya dengan nomor lama.”

Melihat tim saat itu yang memiliki nama-nama semacam Cesc Fabregas, Robin van Persie, dan Theo Walcott, sepertinya Bendtner tidak perlu mengganti terlalu banyak.
Oo-er missus! Menjalani karier keduanya di Bayern Munich pada tahun 2005, Lizarazu memilih untuk menggunakan nomor punggung 69.
Setelah banyak pembicaraan di kalangan fans, orang Perancis ini akhirnya kemudian mengklaim bahwa angka 69 memiliki banyak konotasi yang menguntungkan baginya. Mengapa? Ia memiliki berat 69 kg, lahir di tahun 1969, dan memiliki tinggi 169cm. Jadi keputusannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan usahanya untuk mendapatkan tawa di ruang ganti dari pemain-pemain lain. Serius...

Saat maestro bergigi tonggos dari Brasil ini datang ke Milan di tahun 2008, diputuskanlah bahwa ia akan menggunakan nomor punggung 80, bukannya nomor 10 yang biasa ia sukai. Alasannya pada awalnya cukup politis. Menutut wakil presiden Milan, Adriano Galliani, gelandang asal Belanda, Clarence Seedorf, sudah menggunakan nomor tersebut. “Kami tidak pernah meminta seorang pemain untuk menyerahkan nomor punggungnya, dan kami tidak akan melakukannya sekarang,” ucap Galliani.
Ronaldinho akhirnya memilih nomor 80 karena itu adalah tahun kelahirannya. Pilihannya ini kemudian memulai sebuat tren kecil di San Siro, dengan Mathieu Flamini (84) dan Andriy Shevchenko (76) menyusul melakukannya.


Berbicara tentang melakukan segalanya untuk mendapatkan nomor punggung yang diinginkan. Saat striker asal Cile, Zamorano, datang ke Inter dari Real Madrid pada tahun 1996, ia menggunakan nomor punggung 9, sampai pada tahun 1998, saat The Divine Ponytail, Roberto Baggio, datang dan meminta nomor punggung 10. Masalahnya adalah, Ronaldo sudah menggunakannya.
Dan drama pun dimulai. Orang Brasil itu kemudian diberikan nomor 9, membuat Zamorano harus menciptakan sesuatu yang kreatif dalam sistem penomoran punggung ini.
Ia mengambil nomor punggung 18 dan memberikan tanda ‘+’ d tengahnya, sehingga menciptakan sebuah kalkulasi matematika sederhana yang menghasilkan angka 9. Carol Vorderman akan menyukai hal ini. Tapi kitman tdk suka
Penjaga gawang Italia ini menciptakan masalah yang lumayan besar saat ia memilih untuk menggunakan nomor punggung 88 di tahun 2000. Awalnya, pilihan Buffon tampak tidak bermasalah sama sekali, hingga tiba-tiba, komunitas Yahudi di Italia mengamuk.
Nomor tersebut, menurut mereka, adalah sebuah simbol Neo-Nazi; ‘H’ adalah huruf ke delapan dalam abjad, jadi menggunakan dua huruf ini menjadikannya ‘HH’, atau, lebih mengerikan lagi, ‘Heil Hitler’
Buffon dengan cepat membela keputusannya. “Saya memilih angka 88 karena ini mengingatkan saya pada four balls (empat bola/keberanian),” ucapnya. “Dan di Italia, kita semua tahu apa artinya memiliki balls (bola/keberanian): kekuatan dan determinasi. Dan musim ini saya akan harus memiliki balls (bola/keberanian) untuk mendapatkan kembali posisi saya di tim nasional Italia.”
“Pada awalnya saya tidak memilih nomor 88. Saya ingin 00 tapi liga menyatakan bahwa itu tidak mungkin. Saya juga mempertimbangkan angka 01 tapi itu tidak dianggap nomor yang tepat. Saya suka 01 karena ini adalah nomor mobil Jenderal Lee di serial TV The Dukes of Hazzard.”

SUMBER
Beberapa nomor punggung bisa menjadi ikonik. Sementara yang lainnya tidak; ada juga nomor-nomor yang aneh yang dipilih karena kepercayaan, ego, atau karena alasan yang sama anehnya. Ada beberapa kasus seperti ini - terakhir, gelandang Jonathan de Guzman juga ingin mengenakan nomor 1 di klub barunya, Chievo
Spoiler for 0: Hicham Zerouali, Aberdeen:

Pemain tim nasional Maroko, Zerouali, menjalani tiga musimnya yang biasa-biasa saja di Aberdeen (1999-2002), menciptakan 11 gol dari 37 penampilan, termsuk sebuah hattrick menghadapi Dundee. Namun, di toko resmi klub, ia merupakan sosok yang menonjol karena pilihan nomor punggungnya.
Dijuluki ‘The Moroccan Magic’ dan ‘Zero’, Zerouali memutuskan untuk menjadikan yang terakhir tertempel di punggung-nya – pemain pertama di Skotlandia yang melakukannya – walaupun pilihannya ini terbukti kontroversial. Pada musim selanjutnya, pihak Scottish Premier League melarang penggunaan nomor ini. Tragisnya, ‘Zero’ kemudian meninggal karena kecelakaan mobil di tahun 2004

Spoiler for 1: Edgar Davids, Barnet:

Mantan juara Liga Champions bersama Ajax ini memulai kariernya sebagai pemain-manajer di Barnet dengan cara yang sama seperti saat ia menghadapi pemain lawan di sepanjang karirnya: perpaduan gaya flamboyan dan brutal. Dalam lima penampilan pertama, ia mendapatkan kartu di setiap pertandingan, baik merah dan kuning. Davids kemudian mengumumkan ia mengambil alih nomor punggung 1 dari kiper Graham Stack dan memberikannya ke diri sendiri. “Ini adalah nomor saya untuk musim ini,” ucapnya. “Saya akan memulai tren semacam ini.”

Davids bukanlah yang pertama melakukan ini. Stuart Balmer (Charlton), Ruud Geels (Belanda, 1974), dan Ossie Ardiles (Argentina, 1978) pernah menggunakan nomor ini sebelumnya.
Spoiler for 2: Ossie Ardiles, Argentina:
Berbicara tentang Ardiles dan Argentina, playmaker Spurs ini juga menggunakan jersey bernomor punggung 2 sepanjang Piala Dunia 1978.
“Alasannya adalah ada begitu banyak argumen tentang jersey mana yang mau digunakan oleh orang-orang,” ucap Ardiles. “Jadi [manajer Argentina] Cesar Menotti memutuskan untuk melakukannya berdasarkan abjad, itulah mengapa jersey nomor 1 di tahun 1978 jatuh ke tangan Norberto Alonso.”

Meski begitu, pemain yang istimewa mendapatkan pengecualian. Di tahun 1982, Diego Maradona yang seharusnya memakai nomor tidak beruntung 13, diberikan nomor 10. “Menotti pasti membuat keputusan itu,” lanjut Ossie. “Seperti sebuah keajaiban, Mario Kempes juga mendapatkan nomor punggung 10 di 1978, jadi mungkin Menotti melakukan sesuatu juga tentang ini.”
Spoiler for 10: William Gallas, Arsenal:

Jersey dengan nomor punggung 10 bukanlah pilihan utama untuk seorang bek tengah, sebagus apapun dirinya. Tapi saat Gallas datang ke Arsenal dari rival sekota mereka, Chelsea, di tahun 2006, ia diberikan nomor yang sebelumnya digunakan oleh sang playmaker, Dennis Bergkamp.
“Nomor 3 tidak nyaman untuknya dan saya sudah memberikan semua nomor lain ke para pemain,” ucap manajer Arsenal, Arsene Wenger. “Pada akhirnya, saya rasa adalah sebuah ide yang bagus memberikan nomor 10 ke pemain bertahan, karena seorang striker akan mendapatkan beban yang begitu berat jika dibandingkan dengan Dennis. Pada awalnya saya sedikit ragu untuk memberikan nomor Dennis, dan terutama ke bek, tapi secara keseluruhan, saya rasa semuanya lebih baik seperti ini.”
Spoiler for 16: Paulo Futre, West Ham:
Saat bintang Portugal, Futre, mengetahui bahwa ia harus menggunakan nomor punggung 16 di West Ham, bukannya nomor 10 yang ia inginkan, ia membawa tim pengacaranya untuk memecahkan masalah ini.
Harry Redknapp, dalam buku otobiografinya, Always Managing, menulis: “Eddie Gillam, pelatih kami, memberikannya jersey dengan nomor punggung 16 dan dilemparkan kembali ke mukanya (sebelum pertandingan pertama menghadapi Arsenal). Yang terjadi selanjutnya, Paulo berada di depan muka saya juga. ‘Futre nomor 10, bukan 16,’ ucapnya. ‘Eusebio 10, Maradona 10, Pele 10; Futre 10, not f***ing 16.’
“Saya mencoba untuk tegas. ‘Paulo, pakai jerseymu, ganti semuanya, dan tolonglah, kita akan menjalani sebuah pertandingan besar. Jika kau tidak mau menggunakannya, Paulo, pergilah,’ ucap saya. Dan ia kemudian pergi.”
“Pada hari Senin berikutnya, Paulo datang kembali dengan tim pengacaranya untuk menegosiasikan jersey bernomor punggung 10.”
Ia kemudian membayar £100.000 untuk mengamankannya.

Spoiler for 52: Nicklas Bendtner, Arsenal:
Mantan striker Arsenal ini selalu menjadi salah satu pemain mereka yang aneh. Sempat didenda dan dihukum harus absen karena menunjukkan celana dalam dari sponsor pada pertandingan Piala Eropa tahun 2012 bersama Denmark, ia juga sempat menciptakan sedikit masalah di Emirates saat memutuskan, di menit-menit akhir, untuk mengganti nomor punggungnya di musim 2009/10 dari 26 ke 52.
“Saya memilih untuk mengganti ke nomor 52 karena ini adalah nomor yang sangat istimewa bagi saya pribadi, dan saya harap ini akan memberikan keberuntungan di musim baru. Saya sangat menghargai para fans yang sudah membeli jersey musim 2009/10 dengan nama dan nomor yang sudah terpasang jadi saya ingin mengganti semuanya yang sudah memiliki jersey saya dengan nomor lama.”

Melihat tim saat itu yang memiliki nama-nama semacam Cesc Fabregas, Robin van Persie, dan Theo Walcott, sepertinya Bendtner tidak perlu mengganti terlalu banyak.
Spoiler for 69: Bixente Lizarazu, Bayern Munich:
Oo-er missus! Menjalani karier keduanya di Bayern Munich pada tahun 2005, Lizarazu memilih untuk menggunakan nomor punggung 69.
Setelah banyak pembicaraan di kalangan fans, orang Perancis ini akhirnya kemudian mengklaim bahwa angka 69 memiliki banyak konotasi yang menguntungkan baginya. Mengapa? Ia memiliki berat 69 kg, lahir di tahun 1969, dan memiliki tinggi 169cm. Jadi keputusannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan usahanya untuk mendapatkan tawa di ruang ganti dari pemain-pemain lain. Serius...


Spoiler for 80: Ronaldinho, Milan:
Saat maestro bergigi tonggos dari Brasil ini datang ke Milan di tahun 2008, diputuskanlah bahwa ia akan menggunakan nomor punggung 80, bukannya nomor 10 yang biasa ia sukai. Alasannya pada awalnya cukup politis. Menutut wakil presiden Milan, Adriano Galliani, gelandang asal Belanda, Clarence Seedorf, sudah menggunakan nomor tersebut. “Kami tidak pernah meminta seorang pemain untuk menyerahkan nomor punggungnya, dan kami tidak akan melakukannya sekarang,” ucap Galliani.
Ronaldinho akhirnya memilih nomor 80 karena itu adalah tahun kelahirannya. Pilihannya ini kemudian memulai sebuat tren kecil di San Siro, dengan Mathieu Flamini (84) dan Andriy Shevchenko (76) menyusul melakukannya.

Spoiler for 1+8: Ivan Zamorano, Inter Milan:

Berbicara tentang melakukan segalanya untuk mendapatkan nomor punggung yang diinginkan. Saat striker asal Cile, Zamorano, datang ke Inter dari Real Madrid pada tahun 1996, ia menggunakan nomor punggung 9, sampai pada tahun 1998, saat The Divine Ponytail, Roberto Baggio, datang dan meminta nomor punggung 10. Masalahnya adalah, Ronaldo sudah menggunakannya.
Dan drama pun dimulai. Orang Brasil itu kemudian diberikan nomor 9, membuat Zamorano harus menciptakan sesuatu yang kreatif dalam sistem penomoran punggung ini.
Ia mengambil nomor punggung 18 dan memberikan tanda ‘+’ d tengahnya, sehingga menciptakan sebuah kalkulasi matematika sederhana yang menghasilkan angka 9. Carol Vorderman akan menyukai hal ini. Tapi kitman tdk suka

Spoiler for 88: Gianluigi Buffon, Parma:
Penjaga gawang Italia ini menciptakan masalah yang lumayan besar saat ia memilih untuk menggunakan nomor punggung 88 di tahun 2000. Awalnya, pilihan Buffon tampak tidak bermasalah sama sekali, hingga tiba-tiba, komunitas Yahudi di Italia mengamuk.
Nomor tersebut, menurut mereka, adalah sebuah simbol Neo-Nazi; ‘H’ adalah huruf ke delapan dalam abjad, jadi menggunakan dua huruf ini menjadikannya ‘HH’, atau, lebih mengerikan lagi, ‘Heil Hitler’
Buffon dengan cepat membela keputusannya. “Saya memilih angka 88 karena ini mengingatkan saya pada four balls (empat bola/keberanian),” ucapnya. “Dan di Italia, kita semua tahu apa artinya memiliki balls (bola/keberanian): kekuatan dan determinasi. Dan musim ini saya akan harus memiliki balls (bola/keberanian) untuk mendapatkan kembali posisi saya di tim nasional Italia.”
“Pada awalnya saya tidak memilih nomor 88. Saya ingin 00 tapi liga menyatakan bahwa itu tidak mungkin. Saya juga mempertimbangkan angka 01 tapi itu tidak dianggap nomor yang tepat. Saya suka 01 karena ini adalah nomor mobil Jenderal Lee di serial TV The Dukes of Hazzard.”

SUMBER
0
5.1K
Kutip
41
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan