Warga kolong Tol Wiyoto Wiyono kembali dirikan bedeng di sepanjang kolong tol. Selain dijadikan tempat tinggal, warga memanfaatkan bedeng tersebut untuk dijadikan warung kopi bagi para supir truk yang singgah, Selasa (13/9/2016)
JAKARTA, KOMPAS.com
- Puluhan bedeng kembali berdiri di bawah kolong Tol Wiyoto Wiyono. Padahal kawasan ini telah dua kali ditertibkan oleh Pemprov DKI yaitu pada 2008 dan pertengahan tahun ini.
Jali, salah satu warga kolong Tol Wiyoto Wiyono yang masih bertahan, mengatakan kalau dirinya sudah kerasan tinggal di kawasan itu. Jali mengaku telah menempati kolong tol selama sembilan tahun.
Jali mengatakan, dirinya sempat tinggal di daerah Jelambar, Jakarta Barat bersama orangtuanya. Berusaha hidup mandiri, Jali memutuskan tinggal di bawah kolong tol.
Saat ini dia tinggal sendiri, istri dan dua anaknya tinggal bersama dengan mertuanya di daerah Banten. Jali menjelaskan, Satpol PP sering melakukan penertiban di kawasan itu.
Dalam sebulan, penertiban oleh Satpol PP bisa dilakukan sebanyak empat kali. Setiap penertiban yang dilakukan, warung jajanan ringan milik Jali selalu diangkut petugas. Namun, dirinya kembali membangun lapak tersebut.
"Untuk menyambung hidup, Mas," ujar Jali kepada Kompas.com di lokasi, Selasa (13/9/2016).
Selain warung, bedeng yang dibangun Jali juga dihancurkan. Jali tinggal di bedeng berukuran 4x4 meter.
"Di godam kamar mandi saya, haduh pusing," ujar Jali.

Warga kolong Tol Wiyoto Wiyono kembali dirikan bedeng di sepanjang kolong tol. Selain dijadikan tempat tinggal, warga memanfaatkan bedeng tersebut untuk dijadikan warung kopi bagi para supir truk yang singgah, Selasa (13/9/2016)
Selain Jali, warga kolong tol lainnya, Wati menyampaikan, saat penertiban dilakukan, dirinya sempat berpikir untuk mencari tempat yang lebih layak.
Bersama suaminya, Wati pernah menyewa rumah di kawasan Penjaringan. Namun harga sewa yang menurutnya cukup mahal yaitu Rp 500.000 sebulan membuat dirinya kembali lagi ke kolong tol. Suami Wati merupakan seorang buruh lepas, sedangkan dirinya merupakan ibu rumah tangga.
"Cuma bertahan sebulan, balik lagi kemari. Di sini gratis," ujar Wati.
Bersama suaminya, kini Wati mendirikan bedeng berukuran 4x4 meter di bawah kolong tol. Di dalam bedeng itu, sejumlah perlengkapan tidur seperti kasur, bantal, hingga perlengkapan dapur tersedia.
Wati mengaku menikmati tinggal di kawasan itu meski orang-orang yang dikenalnya saat ini sudah banyak yang mengadu nasib ke daerah lain.
"Sudah betah di sini (di kolong tol)," ujar Wati.
Ini Satpol PP knp gk koordinasi aja sama pemerintah pusat biar yg tinggal di kolong tol dikasih rusun? Lah wajarlah klo mereka bakalan balik lagi ke tempatnya semula