Quote:
Pada April lalu, Robert D. Richards mengajukan proposal lain dari yang lain ke Badan Administrasi Penerbangan Amerika Serikat (FAA). Bob dan teman-temannya di Moon Express tak hendak membuka maskapai penerbangan atau mengajukan izin rute baru. Mereka minta izin untuk mendarat di permukaan bulan.
Belum pernah ada perusahaan swasta yang mengajukan proposal seperti itu. Selama ini, perusahaan swasta hanya diperkenankan “terbang” atau mengirimkan wahana paling jauh di orbit bumi. Tak aneh jika proposal Moon Express harus melewati banyak meja dan lembaga sebelum terbit izin.
Dari FAA, proposal itu dioper ke Kementerian Pertahanan, dioper lagi ke Kementerian Luar Negeri, kemudian diteruskan ke Badan Antariksa Amerika (NASA) dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).“Belum pernah ada yang ‘mengetes kedalaman air’ sejauh itu. Harus ada orang yang memulainya,” kata Robert kepada Space beberapa pekan lalu. “Misi ini bukan hanya satu lompatan besar, tapi permulaan bagi seluruh industri antariksa.”
Izin dari pemerintah Amerika sudah turun, sekarang Moon Express tinggal berfokus mengembangkan wahana MX-1 yang akan mereka kirim ke bulan dengan roket Rocket Lab Electron pada 2017. Moon Express didirikan oleh Robert bersama triliuner Naveen Jain, pendiri Infospace, serta Barney Pell, pendiri Powerset dan Singularity University.
Bob, Naveen, dan Barney yakin bulan akan menjadi pangkalan sangat penting bagi ekspedisi penjelajahan antariksa di masa mendatang. Bukan hanya lantaran posisi bulan paling dekat dengan bumi, tapi juga kemungkinan menjadikan bulan sebagai stasiun pengisian bahan bakar. Penemuan air di bulan, menurut Bob, merupakan penemuan sangat strategis bagi misi penjelajahan semesta.
“Air merupakan minyak bagi tata surya…. Dan bulan akan menjadi stasiun bahan bakar di antariksa,” kata Bob. Air di bulan, yang masih berupa hidroksil (OH, bukan H2O), dapat dikonversi menjadi hidrogen, bahan bakar untuk roket. Bukan cuma air di bulan yang diincar oleh Moon Express. Menurut Naveen, mereka berharap bisa menjadi perusahaan tambang pertama yang beroperasi di bulan.
“Kami berharap bisa mengangkut material-material dan logam berharga dari bulan ke bumi.”
Para juragan tajir di Amerika sudah lama melihat potensi subur tambang duit di tanah gersang bulan. Moon Express bukan satu-satunya yang ingin mengeruk fulus dari bulan. Robert Bigelow, pendiri Bigelow Aerospace, sudah siap menggelontorkan duit pribadinya sebesar US$ 300 juta atau hampir Rp 4 triliun untuk membangun pangkalan di bulan.
Ongkos untuk pergi ke bulan memang luar biasa mahal. Tapi potensi menggaruk fulus dari permukaan bulan sebanding dengan besarnya ongkos. Bukan hanya air dan logam berharga yang bisa menghasilkan duit, batu dari bulan pun harganya setelah sampai di bumi tak kalah dengan emas, bahkan berlian. Secuil batu dari bulan, di pasar gelap, bisa laku puluhan miliar rupiah.
Sumber : detik[.]com
Selengkapnya
Gimana pendapat kalian Guy ?
Biaya Penerbangan ke Bulan Mahal Kata mereka. Tapi sebanding dengan Material yang akan mereka keruk.