- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
1.0.0.0 tahun


TS
ramayy
1.0.0.0 tahun
Kota ini jadi kota gue selama lima tahun mencari ilmu yang gue inginkan. Dua tahun lalu,gue ke sini cuma buat anter kakak yang dapet fakultas stetoskop.
Ospek. Hal yang melelahkan. Ya. Bener bener melelahkan fisik karena dokter yang udah berhasil menanamkan sugesti selama bertahun-tahun bahwa gue sakit dan mungkin cuma punya masa sekitar setahun lagi dari sekarang.
Pikiran pertama gue, pokoknya dibawa senang ajalah.
Pikiran kedua, apa yang bisa gue lakuin ya kalau bener omongan dokter itu
Pikiran terakhir, udahlah. Jalani. Syukuri. Bebas dari rumah,bisa kumpul sama orang orang baru yang sepertinya bakal menghiasi hidup gue ini.
Kisah ini dimulai dari ospek.
Dikelompokkan dengan orang orang yang berusaha membaur. Berusaha saling mengenal.
Sebut saja :
Nina, Lulu, Hera, Zea, dan satu-satunya lelaki bernama Fikar.
Nina. Perempuan putih,polos dalam berbicara,dan aksennya pun sangat aneh buat gue yang baru di daerah itu. Satu hal yang bikin gue terpana terus ngakak adalah jawaban Nina pas ditanya kenapa masuk ke fakultas ini? Simpel,katanya, ya karena ga ada itung itungannya. Spontan, satu kelas ketawa semua dan menyetujui.
Lulu. Kecil,imut,lucu, dan beraksen sama seperti Nina. Kulit gelap tapi terawat. Rambut selalu dikuncir dua. Meskipun waktu itu udah beres ospek. Pas gue tanya, dia jawab "kumaha atuh,enak ternyata dikuncir dua" sambil tetep dengan muka imutnya. Kalo orang lain ketemu dia di angkot,mungkin masih dikira anak smp.
Hera. Anak rantau dari pulau seberang. Yang ngaku kalo ijazahnya bagus karena satu sekolah dapet kunci jawaban. Ha ha ha. Kalau inget ini,suka meratapi ijazah gue sendiri. Oiya, perawakannya kecil,kurus,selalu pake bedak bayi & selalu sedia sebotol kecap buat makan di manapun, bahkan di warung padang.
Zea. Perempuan misterius sih sebenernya. Meskipun gue sama dia dari kota yang sama, tapi gue ngerasa susah buat deket sama dia. Tinggi menjulang,badan berisi, kulit kecoklatan karena katanya dia seneng ke pantai. Ga kuat kalo liat dia ketawa, lebar banget. Sampe kadang bukan lagi ketawa gara gara masalahnya tapi sama ketawanya dia.
Fikar. Laki laki. Putih. Tinggi. Berisi. Suka main PS. Gampang kasian sama orang,contohnya waktu gue harus pulang malem dari tengah kota,dia mau jemput dengan sedikit paksaan, awas ye Fikar kalo ga jemput gue. Dengan tampang aneh,dia jawab, kenapa gue yang jemput?
Anyway,
Kisah ini gue tulis untuk mengabadikan sosok sosok mereka di hidup gue.
Setiap mereka punya kisah yang mendalam dan membekas sampai saat ini.
Finally,
Selamat menjadi silent reader kawan.
Part 2 #12
Part 3 #19
Ospek. Hal yang melelahkan. Ya. Bener bener melelahkan fisik karena dokter yang udah berhasil menanamkan sugesti selama bertahun-tahun bahwa gue sakit dan mungkin cuma punya masa sekitar setahun lagi dari sekarang.
Pikiran pertama gue, pokoknya dibawa senang ajalah.
Pikiran kedua, apa yang bisa gue lakuin ya kalau bener omongan dokter itu
Pikiran terakhir, udahlah. Jalani. Syukuri. Bebas dari rumah,bisa kumpul sama orang orang baru yang sepertinya bakal menghiasi hidup gue ini.
Kisah ini dimulai dari ospek.
Dikelompokkan dengan orang orang yang berusaha membaur. Berusaha saling mengenal.
Sebut saja :
Nina, Lulu, Hera, Zea, dan satu-satunya lelaki bernama Fikar.
Nina. Perempuan putih,polos dalam berbicara,dan aksennya pun sangat aneh buat gue yang baru di daerah itu. Satu hal yang bikin gue terpana terus ngakak adalah jawaban Nina pas ditanya kenapa masuk ke fakultas ini? Simpel,katanya, ya karena ga ada itung itungannya. Spontan, satu kelas ketawa semua dan menyetujui.
Lulu. Kecil,imut,lucu, dan beraksen sama seperti Nina. Kulit gelap tapi terawat. Rambut selalu dikuncir dua. Meskipun waktu itu udah beres ospek. Pas gue tanya, dia jawab "kumaha atuh,enak ternyata dikuncir dua" sambil tetep dengan muka imutnya. Kalo orang lain ketemu dia di angkot,mungkin masih dikira anak smp.
Hera. Anak rantau dari pulau seberang. Yang ngaku kalo ijazahnya bagus karena satu sekolah dapet kunci jawaban. Ha ha ha. Kalau inget ini,suka meratapi ijazah gue sendiri. Oiya, perawakannya kecil,kurus,selalu pake bedak bayi & selalu sedia sebotol kecap buat makan di manapun, bahkan di warung padang.
Zea. Perempuan misterius sih sebenernya. Meskipun gue sama dia dari kota yang sama, tapi gue ngerasa susah buat deket sama dia. Tinggi menjulang,badan berisi, kulit kecoklatan karena katanya dia seneng ke pantai. Ga kuat kalo liat dia ketawa, lebar banget. Sampe kadang bukan lagi ketawa gara gara masalahnya tapi sama ketawanya dia.
Fikar. Laki laki. Putih. Tinggi. Berisi. Suka main PS. Gampang kasian sama orang,contohnya waktu gue harus pulang malem dari tengah kota,dia mau jemput dengan sedikit paksaan, awas ye Fikar kalo ga jemput gue. Dengan tampang aneh,dia jawab, kenapa gue yang jemput?
Anyway,
Kisah ini gue tulis untuk mengabadikan sosok sosok mereka di hidup gue.
Setiap mereka punya kisah yang mendalam dan membekas sampai saat ini.
Finally,
Selamat menjadi silent reader kawan.
Part 2 #12
Part 3 #19
Diubah oleh ramayy 13-09-2016 00:18


anasabila memberi reputasi
1
3.3K
21


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan