Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

PiousiviliaztreAvatar border
TS
Piousiviliaztre
Dilema antara menjadi Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga
Saat prosesi approval revisian skripsi dengan penguji kedua, Miss Iim, terjadilah perbincangan mengharukan dan membuka mata batin ini. Bukan perbincangan antara dospem dengan mahasiswanya, namun sebagai sesama seorang IBU dari sang anak dan sebagai ISTRI dari seorang suami.
Me (H) : Miss, kan suka ke luar negeri nih. Mau tau dong, urus visa kerja yang mudah gimana ya?
Ms Iim (I): Wah, saya setiap keluar negeri selalu terima beres. Sudah diurus oleh agennya.
H : Hmm,, enak ya Miss udah terima beres gitu kalo ada duitnya mah. Kan mahal beud Miss, belon lagi kalo nemu agen yang penipuan. Heuheu...
I : Memang siapa yang mau kerja di luar negeri? Miss Hesti?
H : Hehe, iya Miss. Niatnya sih begitu. Tapi ngurus visanya aja susah beud Miss. Gampangnya palingan ngurus Visa Working Holiday, itu pun paling lama setaun, males ngurusnya lagi hehe. Kalo mau Permanent Residence butuh waktu 2 tahun. Lama beud, ckckck.
I : Maaf, Miss. Miss Hesti sudah berkeluarga kan? Sudah memiliki anak juga? Lalu ingin bekerja di luar negeri meninggalkan suami dan anak?
H : Iya, Miss.. inshAllah udah minta izin sama suami dan engan agak berat sepertinya diizinkan, hehe.
I : Sekarang saya tanya sama Miss Hesti, untuk apa tujuannya Miss Hesti menikah serta memiliki anak di usia sekarang jika pada akhirnya akan ditinggalkan walaupun dalam bentuk tujuan bekerja?
H : Untuk kehidupan yang lebih baik bagi anak saya kedepannya nanti, Miss. Masuk SD aja mahal kan Miss. Perlu banyak tabungan. Sementara kalo kerja di Indonesia ga kekumpul-kumpul Miss mau gaji sebesar apapun juga.
I : Apakah ada yang menjamin kalo Miss bekerja di luar negeri akan terkumpul uangnya?
H : (terdiam)
I : Lalu nanti jika Miss dan suami bekerja, anak dijaga oleh siapa? Daycare? Orang tua? Mertua? Lalu ketika sudah besar namun karakter anak tak sesuai dengan yang Miss Hesti harapkan, siapa yang akan Miss salahkan? Daycare? Orang tua? Mertua? Sekedar bercerita saja, tetangga saya sangat bangga dengan status Wanita Karirnya. Kemana-mana membawa mobil, perhiasan yang dikenakannya juga banyak. Di weekday selalu bekerja penuh dari pagi hingga malam apalagi jika diharuskan selalu lembur, sangat getol dia bekerja. Lalu kemudian ia mendapat kabar bahwa anaknya meninggal karena tawuran. Dia menangis dan curhat pada saya serta menyesali seraya berkata, “Untuk apa uang yang selama ini saya cari jika anak saya tiada?” lalu saya pun dengan agak sedikit geram dengan kejadian ini menjawabnya, “Apakah anak anda pernah meminta kepada anda untuk selalu diberikan uang?”Ia hanya terus menangis. Menyesal. Setidaknya jika kita sendiri yang merawat dan mendidik anak kita, merupakan suatu usaha untuk menjadikannya pribadi yang baik dengan cara kita sebagai ibu, sang pendidik walaupun memang sudah takdirnya untuk meninggal di usia segitu dan dengan cara seperti itu,
H : (tercengang mendengar cerita tersebut)
I : Miss, ketika seorang perempuan sudah menjadi seorang istri, maka berbaktilah pada suami, selalu minta izin dan ridhonya jika akan melakukan apapun sebab surga istri ialah ditelapak kaki suami. Dan ketika seorang perempuan sudah menjadi seorang Ibu, berarti Tuhan telah mempercayai kita untuk mendidik dan membesarkan titipan Tuhan tersebut. Saya ingin bercerita lagi Miss, sewaktu saya ke India, sangat subhanallah sekali mengetahui bahwa wanita-wanita yang menggapai gelar pendidikan hingga S2, mengurung dirinya dan membaktikan dirinya untuk menjaga dan membesarkan anaknya dengan ilmu yang telah mereka dapatkan. Jika Miss Hesti mempercayai seorang pembantu lulusan SD untuk merawat anak Miss, berarti anak Miss akan tumbuh dengan mental dan pola pikir lulusan SD dan itu bukan salah pembantunya Miss.
H : (termenung)
I : Jika Miss memang mau bekerja dengan niat membantu finansial keluarga, carilah pekerjaan yang hanya membutuhkan waktu sedikit dan sisanya bisa Miss fokuskan untuk membesarkan anak Miss. Menurut saya, menjadi guru merupakan profesi yang cocok bagi seluruh para Ibu sebab jam mengajar tidak sepadat bekerja di kantor. Saya dulu awalnya juga tidak bekerja, namun tetangga saya meminta bantuan untuk membantunya mengajar di SD. Tidak banyak waktu yang dihabiskan di SD, tidak banyak juga bayaran yang saya dapatkan. Bayangkan Miss, saya bekerja sebulan, waktu itu tahun 92, hanya dibayar 75 ribu. Namun tetap saya jalani hingga tahun 2002 dan kehidupan keluarga saya tetap dalam kondisi baik, dan saya bisa selalu melihat anak tumbuh dan berkembang disaksikan oleh mata saya langsung. Lalu, siapa sangka sekarang saya bisa menjadi PNS, memiliki tempat kursus sendiri dengan 200 anak didik. Gajinya bisa jauh lebih besar daripada orang kantoran dan saya tetap bisa bersama anak saya, itu yang terpenting. Sekarang anak saya sedang nge-kost di luar kota menjalani kuliah dokternya. Merupakan hal yang memuaskan melihat anak bisa kuliah dan belajar sesuai keinginannya dan alhamdulilah ia memiliki keinginan untuk belajar, sesuai dengan karakter yang ingin saya bangun pada anak saya. (tersenyum) Jadi, kembali lagi pada Miss Hesti, apa tujuan Miss memiliki anak jika tidak dibesarkan oleh Miss sendiri?
H : (terdiam sejenak lalu menghembuskan nafas) Miss mah, bikin saya goyah lagi nih untuk bekerja.
I : Lho, memang harus disadarkan dari sekarang, Miss. Jangan sampai menyesal seperti tetangga saya yang kehilangan anaknya. Sekarang ia tetap bekerja namun tidak tahu uangnya akan dihabiskan untuk apa karena titipan Tuhan satu-satunya sudah tiada.
H : Iiiiih, amit-amit Miss. Jangan sampe Eva begitu. (Geleng-geleng kepala) Lalu, gimana ya Miss??
I : Saya perlu dan harus menyadarkan serta membuka mata batin seorang Ibu yang tidak tahu jobdesk nya apa. Sebab kita ini sesama perempuan, mari ke surga bersama-sama. Ayo Miss, resign dari tempat kerjanya. Cari pekerjaan yang hanya memakan waktu 4-5 jam saja untuk bekerja. Luruskan niat betul-betul bahwa gajinya Miss tersebut benar-benar diberikan kepada anak Miss, bukan untuk kepentingan Miss sendiri,, disini yang sering di salahkaprahkan. Minta ridho suami, tanya bagaimana baiknya. Terima nasihatnya, jangan pernah melawan suami.
H : Saya udah ga kerja kok Miss sedari lahiran. Memang niatnya cari pekerjaan lagi. Tapi... hadeuuuh, jadi galau setelah dikultumin gini. Hehe.
I : Miss, jika Miss Hesti galau, segera ambil wudhu lalu sholat istikharah. Minta petunjuk kepada Allah bagamaina baiknya. Ingat, peranan Miss itu hanya sebagai Ibu dan istri, bukan yang lain. Kecuali jika suami yang memaksa Miss untuk bekerja, itu beda lagi. Patuhilah perkataannya jika itu memang dirasa benar.
H : (tersenyum dan mengangguk) Terimakasih ya Miss. Selama ini saya buta banget ternyata ya. Alhamdulillah udah pernah kenyang ngerasain kerja kantoran dengan gaji lumayan. Semoga bisa istiqamah menjadi seorang Ibu dan istri. Miss, hebat banget Miss, bener-bener motivator dagh.
I : Miss, setiap Ibu adalah motivator bagi yang dididiknya. Ayo Miss, jalankan peranan Miss sesuai jobdesk yang seharusnya.
Ingin rasanya memeluk Miss Iim saat itu atas nasihat-nasihatnya. Bersyukur banget atas momen yang langka seperti ini. Thank you so much, Miss Iim, My Inspirator. Eva, semoga Mama bisa menjadi Inspirator bagi dirimu emoticon-Smilie

Polling
0 suara
Dilema antara menjadi Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga
0
18.5K
127
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan