Jakarta, POL - Pemimpin itu, kata Ihsan, diikat dengan sumpah jabatan untuk menjaga etika, kesopanan dan perilaku serta menjadi teladan

WAKIL Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dinilai sebagai seorang pemimpin antikritik. Hal itu dikatakan Ketua Divisi Pengawasan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), M. Ihsan.

Ia mengaku heran dan terkejut dengan Ahok yang begitu emosi menanggapi kritik terhadap sikapnya yang tidak etis sesuai dengan sumpah jabatan tentang istilah “calon bajingan”, “guru bodoh”, “murid bodoh”.

“Kenapa Ahok begitu emosinya ? Apakah salah jika diingatkan istilah “calon bajingan”, “bodoh”, dll tidak tepat digunakan,” ujar Ihsan dalam keterangan resminya, Rabu (20/11/2013).

Pemimpin itu, kata Ihsan, diikat dengan sumpah jabatan untuk menjaga etika, kesopanan dan perilaku serta menjadi teladan.

Bahkan ketika diingatkan Ahok marah besar sampai berani mengatakan lembaga negara menghabiskan uang karena tidak ada kerjanya.

“Ahok tidak memahami UU karena KPAI dalam pasar 76 UUPA bertugas melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak dan memberi masukan kepada presiden,” tukasnya.

Ia menjelaskan, KPAI melakukan pengawasan jika sudah masuk ke ruang publik. Maka sepantasnya diingatkan agar menjadi berita yang berimbang.

Kinerja KPAI, lanjutnya, bukan Ahok yang mengevaluasi, tetapi Komisi VIII DPR sebagai mitra kerja dan Presiden yang mengangkat Komisioner KPAI.

“Daripada Ahok mengumbar kemarahan lebih baik menyelesaikan agenda yang menumpuk di DKI Jakarta. Ini menunjukkan karakter pemimpin yang perlu dipertanyakan,” katanya.

Kinerja positif Gubernur DKI Jakarta, katanya, jangan dirusak oleh arogansi Ahok yang menyerang dengan cara-cara yang tidak terhormat kepada individu dan lembaga. POL

http://www.pelitaonline.com/mobile/d....php?id=132106

Facebook twitter