"Kasus miris bocah M. Rizki Akbar (2,9 tahun), telah mencuri perhatian banyak orang. Rizki meninggal setelah ditolak beberapa rumah sakit besar penerima BPJS, mulai dari RS di daerah Tangerang hingga Jakarta, akhirnya Rizki dibawa ke rumah sakit swasta di Tangerang Selatan.

Kepala Humas BPJS Kesehatan, Irfan Humaidi kepada Elshinta, Senin (29/8) pagi mengatakan, pihaknya turut berduka cita atas meninggalnya ananda M. Rizki Akbar, yang meninggal karena mengidap penyakit pembengkakan jantung dan ditolak di beberapa RS karena dirinya peserta BPJS.

Menurut Irfan, prosedur yang dilakukan pihak keluarga untuk ke rumah sakit sebetulnya sudah benar. ""Prosedur yang dilakukan keluarga sudah sesuai dengan yang berlaku. Mulai membawa Rizki ke RS daerah hingga ke Nasional itu sudah benar,"" kata dia.

Menurut Irfan, dari kasus Rizki ini yang perlu ditelusuri adalah mengapa pelayanan pasien yang ikut program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan pasien umum agak berbeda pelayanannya.

""Seharusnya jika pasien sudah memberikan diagnosa. Pasien tersebut bisa menjadi pertimbangan untuk didahulukan pelayanannya,"" tegasnya.

Menurut Undang-Undang Rumah Sakit, terang dia, dijelaskan bahwa pihak RS harus melayani siapa pun itu, baik pasien yang ikut sebagai peserta JKN ataupun tidak.

""Sudah kewajiban rumah sakit melayani pasien. Tidak dibenarkan bahwa RS membeda-bedakan pasien. Seharusnya RS melayani dengan tidak membeda-bedakan pasien,"" tandasnya.

Irfan menegaskan, seharusnya pihak RS dari tenaga kesehatan (Dokter) akan memutuskan mana yang akan dipriotaskan dengan kategori yang gawat darurat dan didahulukan pelayanannya.

""Pihak dari BPJS kesehatan siap menjamin sesuai dengan diagnosa dari dokter tersebut,"" ujarnya."

Sumber :
http://elshinta.com/news/76381/2016/...bedakan-pasien