- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
bray jangan liat orang dari luarnye aje lu bray, ah elah


TS
User telah dihapus
bray jangan liat orang dari luarnye aje lu bray, ah elah
sebelon baca lu sambil denger lagu abang gw bray
Sultan Murad IV
Sultan Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat, ia ingin tahu apa penyebabnya bray.
Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya bray. Sultan berkata kepada kepada kepala pengawal: “Mari kita keluar sejenak.
Diantara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan blusukan dimalam hari dengan cara menyamar bray.
Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka disebuah lorong yang sempit bray.
Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal bray.
Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya bray.
Sultanpun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya: “Apa yang kau inginkan?.
Sultan menjawab: “Mengapa orang ini meningal tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Dimana keluarganya?” Mereka berkata: “Orang ini Zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzina”.
Sultan menimpali: “Tapi . . bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya”. Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya bray.
Melihat suaminya meninggal, sang istripun pun menangis bray. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya bray.
Dalam tangisnya sang istri berucap: Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah..
Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh” Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget bray..
Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang mengatakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya”. Sang istri menjawab: “Sudah kuduga pasti akan begini…
Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli minuman keras dari dari para penjual sejauh yang ia mampu.
Kemudian minuman-minuman itu di bawah ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: “Aku telah meringankan dosa kaum muslimin”.
Dia juga selalu pergi menemui para pramuria, memberi mereka uang dan berkata: “Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi”.
Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: “Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pramuria itu dan pemuda-pemuda Islam”.
Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pramuria, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir. Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: “Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu”.
Ia hanya tertawa, dan berkata: “Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya”.
Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: “Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya”.
Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan bray, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat bray.
(Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV)
Wallahu a’lam
lu jangan mewek depan gw dah
ah elah

Sultan Murad IV
Sultan Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat, ia ingin tahu apa penyebabnya bray.
Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya bray. Sultan berkata kepada kepada kepala pengawal: “Mari kita keluar sejenak.
Diantara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan blusukan dimalam hari dengan cara menyamar bray.
Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka disebuah lorong yang sempit bray.
Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal bray.
Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya bray.
Sultanpun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya: “Apa yang kau inginkan?.
Sultan menjawab: “Mengapa orang ini meningal tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Dimana keluarganya?” Mereka berkata: “Orang ini Zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzina”.
Sultan menimpali: “Tapi . . bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya”. Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya bray.
Melihat suaminya meninggal, sang istripun pun menangis bray. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya bray.
Dalam tangisnya sang istri berucap: Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah..
Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh” Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget bray..
Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang mengatakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya”. Sang istri menjawab: “Sudah kuduga pasti akan begini…
Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli minuman keras dari dari para penjual sejauh yang ia mampu.
Kemudian minuman-minuman itu di bawah ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: “Aku telah meringankan dosa kaum muslimin”.
Dia juga selalu pergi menemui para pramuria, memberi mereka uang dan berkata: “Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi”.
Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: “Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pramuria itu dan pemuda-pemuda Islam”.
Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pramuria, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir. Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: “Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu”.
Ia hanya tertawa, dan berkata: “Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya”.
Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: “Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya”.
Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan bray, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat bray.
(Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV)
Wallahu a’lam
lu jangan mewek depan gw dah
ah elah
Diubah oleh User telah dihapus 30-08-2016 16:28


anasabila memberi reputasi
1
2.2K
23


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan