7 Hal Yang Terjadi Pada Tubuh Kita Saat Merokok Rokok Elektronik
TS
llalan26
7 Hal Yang Terjadi Pada Tubuh Kita Saat Merokok Rokok Elektronik
Spoiler for 🤔:
Isu kenaikan harga rokok menjadi isu yang panas saat ini. Muncul banyak pro kontra di kalangan para perokok dan mereka yang tidak merokok. Banyak perokok yang kemudian berpikiran bahwa andaikan harga rokok naik, maka mereka pun akan beralih menggunakan rokok elektrik.
Namun rokok elektrik juga bisa memberikan efek buruk lho untuk tubuhmu. Dilansir dari boldsky.com, berikut adalah beberapa hal yang akan terjadi pada tubuhmu saat kamu merokok rokok elektrik.
1. Menganggu Kesehatan Jantung
Spoiler for #1:
Meskipun rokok elektrik tidak mengandung tembakau, namun rokok ini masih mengandung nikotin yang dapat menyebabkan akumulasi plak di pembuluh darah dan menyebabkan pembekuan darah sehingga mempengaruhi kesehatan sistem kardiovaskular yang bisa mengganggu kesehatan jantung.
2. Menyebabkan Iritasi Mata
Spoiler for #2:
Asap yang keluar dari rokok elektrik mengandung formalin yang bisa menyebabkan iritasi mata berupa rasa gatal dan kemerahan.
3. Menyebabkan Keracunan
Spoiler for #3:
Dalam beberapa kasus, rokok elektrik bisa menyebabkan keracunan karena kandungan nikotin di dalamnya.
4. Berpengaruh Perkembangan Otak
Spoiler for #4:
Sebuah penelitian kesehatan telah membuktikan bahwa rokok elektrik bisa membuat perkembangan sel otak terganggu sehingga kemudian mempengaruhi memori dan kemampuan kognitif otak.
5. Dapat Menyebabkan Kanker
Spoiler for #5:
Sama seperti rokok biasa, rokok elektrik juga dapat menyebabkan kanker lho. Sebabnya rokok elektrik juga mengandung nikotin yang memicu pertumbuhan sel abnormal.
6. Menyebabkan Ketergantungan
Spoiler for #6:
Mengisap rokok elektrik akan menyebabkan pelepasan dopamin di otak sehingga menyebabkan efek kecanduan secara psikologis.
7. Merusak Kulit
Spoiler for #7:
Asap yang dikeluarkan saat merokok rokok elektrik bisa merusak kecantikan kulitmu dengan menjadikan kulitmu kusam dan kering.
Spoiler for Tambahan Pembahasan:
Berbeda dengan rokok biasa, nikotin dalam rokok elektronik masuk ke dalam tubuh lewat uap, bukan asap. Prosesnya sama sekali tak melibatkan pembakaran tembakau, sekalipun nikotin yang terdapat dalam rokok diperoleh dari tumbuhan Nicotiana berdaun lebar itu.
Kendati dipasarkan sebagai alternatif yang lebih aman ketimbang rokok biasa, rokok elektronik ternyata masih berpotensi menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Temuan ini menambah bukti baru pada perdebatan soal keamanan dan efisiensi rokok elektronik.
"Hingga sekarang kita tidak tahu apakah produk pengantar nikotin yang belum disetujui, seperti rokok elektronik ini, lebih aman daripada rokok biasa, meski perusahaan rokok elektronik mengklaim alat ini lebih aman," kata Christina Gratziou, anggota tim riset yang juga Ketua Tobacco Control Committee di European Respiratory Society.
Dengan tujuan menginvestigasi efek jangka pendek penggunaan rokok elektronik, Gratziou dan timnya dari University of Athens di Yunani melakukan riset pada tiga kelompok berbeda. Mereka memeriksa pengaruh alat itu pada orang sehat tanpa masalah kesehatan tertentu dan para perokok, baik yang telah mengalami gangguan pada paru-paru maupun yang tidak.
Studi itu melibatkan delapan orang yang tak pernah merokok dan 24 perokok. Di antara anggota kelompok perokok, 11 orang memiliki fungsi paru-paru normal, sedangkan 13 lainnya mengidap penyakit paru obstruktif kronik (COPD) atau asma.
Setiap orang diminta menggunakan rokok elektronik selama 10 menit. Lewat sejumlah tes, termasuk tes spirometri untuk mengukur kapasitas fungsi paru, peneliti mengukur resistensi saluran pernapasan atau hambatan aliran udara ke paru-paru. Semakin besar diameter saluran napas, semakin rendah resistensinya. Demikian pula sebaliknya.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan rokok elektronik menyebabkan kenaikan resistensi saluran pernapasan secara langsung. Efeknya baru berakhir setelah 10 menit. Pada subyek sehat yang tak pernah merokok, terjadi peningkatan resistensi saluran pernapasan yang amat signifikan, dari rata-rata 182 persen menjadi 206 persen.
Pada perokok dengan angka spirometri normal, juga terlihat kenaikan signifikan dari angka rata-rata 176 persen menjadi 220 persen. Sebaliknya, penggunaan sebatang rokok elektronik pada penderita COPD dan asma tidak menunjukkan efek langsung pada resistensi saluran pernapasannya.
"Kenaikan resistensi saluran pernapasan secara langsung pada kelompok studi tersebut mengindikasikan rokok elektronik dapat menyebabkan gangguan langsung setelah Anda menggunakan alat itu," kata Gratziou. "Diperlukan riset lebih dalam untuk memahami apakah gangguan ini punya efek jangka panjang."
Penelitian efek kesehatan rokok elektronik memang perlu ditelaah lagi. Apalagi, sebelumnya ada peneliti lain yang menyatakan alat itu tak berbahaya bagi jantung. Hasil kedua studi itu bertolak belakang meski riset ini juga dikerjakan oleh ilmuwan dari Yunani.
"Rokok elektronik bukan kebiasaan yang sehat. Tapi, alat itu adalah alternatif yang lebih aman daripada rokok tembakau," kata Dr Konstantinos Farsalinos dari Onassis Cardiac Surgery Center di Athena. "Bila dibandingkan dengan bahaya asap rokok, data kami menunjukkan rokok elektronik jauh lebih aman dan mengganti tembakau dengan rokok elektronik mungkin bermanfaat bagi kesehatan."
Studi kecil ini dikerjakan oleh Farsalinos dan timnya di Yunani. Mereka membandingkan fungsi jantung 20 perokok muda sebelum dan sesudah mengisap sebatang rokok tembakau dengan fungsi jantung 22 pengguna rokok elektronik sebelum dan setelah memakai e-cigarette selama tujuh menit.
Tim peneliti menemukan disfungsi jantung yang signifikan pada pengisap rokok tembakau, termasuk kenaikan denyut jantung dan tekanan darahnya. Pada pengguna rokok elektronik, hanya tekanan darah yang menunjukkan kenaikan. Itu pun kecil.
Sayangnya, skala penelitian ini begitu kecil. Studi University of Athens hanya melibatkan 32 partisipan, sedangkan studi Onassis 42 orang. Serupa dengan Gratziou, Farsalinos menyatakan perlu studi lebih besar untuk memeriksa efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan alat tersebut.
Bill Godshall, Direktur Eksekutif Pittsburgh's Smokefree Pennsylvania, mengatakan studi Dr Farsalinos sangat penting karena penyakit jantung adalah penyebab utama kematian pada perokok. "Tapi, badan pengawas obat dan makanan Amerika tetap mengklaim bahwa seluruh produk tembakau sama berbahayanya seperti rokok," ujarnya.
Sekian dari saya thanks dah dibaca.....
Saya hanya bisa mengharapkan initapi saya tidak mengharapkan sr hadir disini kalo ada yang ngasih alhamdullilah dan kalo bisa klikdisini