Selamat sore dan malam agan-agan Kaskuser...
***
ROKOK
Beberapa waktu lalu ramai soal rokok, banyak simpang siur berseliweran membahas isu kenaikan harganya.
Di sini ane bukan mau bahas isu itu, bukan pula membahas dampak ekonominya... terlalu banyak spekulasi dan informasi nggak jelas di sana
Quote:
Kali ini ane akan membahas hal menggelitik dari rokok yang seringkali mengusik kita (terutama ane secara pribadi):
Quote:
Katanya rokok itu berbahaya dan buruk buat kesehatan, tapi kok banyak perokok yang tetep sehat-sehat aja?

Pasti agan pernah melihat seorang perokok aktif yang kondisi kesehatannya baik-baik saja, sementara ada orang yang tidak merokok (juga bukan perokok pasif) justru sering sakit-sakitan.
Hal itu lantas digunakan para perokok sebagai alasan bahwa merokok itu tidak terlalu mempengaruhi kesehatan, dan tidak pula mempengaruhi panjang umur mereka….
...tapi, benarkah demikian?
Yuk, simak pembahasannya!
Quote:
Please gan... tolong trit nya dibaca, jangan cuma ngeliat judul dan langsung komen asal... kayak yang sudah2
# Kematian tiap tahun
Quote:
Berdasarkan data penelitian dari
Tobacco Control Support Center (TSCS) Indonesia, sebanyak 427.948 penduduk Indonesia meninggal setiap tahun akibat rokok...
Banyak sekali, bukan? Lalu kalau banyak, kenapa kita jarang mengetahuinya secara langsung?
Mari kita telaah lebih jauh.
Untuk mempermudah pembahasan, kita sederhanakan angkanya jadi 400.000 saja. Jika 400.000 adalah jumlah kematian dalam waktu satu tahun, maka setiap bulan terdapat 33.000 kematian, atau 1.100 orang meninggal setiap hari.
Sementara itu, di Indonesia terdapat sebanyak
514 kabupaten/kota . Dengan demikian, (kalo asumsinya kematian 1.100 itu merata di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, setiap hari setidaknya dua orang di tiap kabupaten/kota yang meninggal akibat rokok.
Agan berharap bisa mengetahuinya secara langsung?
Boro-boro, kematian orang di desa sebelah saja agan tidak tahu kok… lha ini dalam lingkup satu kabupaten/kota yang lebih luas. Maka dari itu, wajar apabila agan tidak tahu secara langsung orang yang meninggal akibat rokok—dan melihat lebih banyak perokok yang
'sehat'.
# Umur perokok lebih panjang?
Quote:
“Tetanggaku merokok dan umurnya sampai 90 tahun.. sementara yang tidak merokok cuma sampai 70 tahun.”
Pernah dengar yang seperti itu?
Itu adalah salah satu contoh bias selektif, kecenderungan untuk melihat bukti yang sesuai dengan asumsinya dan abai terhadap bukti lainnya. Hanya menggunakan sedikit sampel (yaitu dua orang tetangganya) untuk mengambil kesimpulan yang sangat besar. Padahal kalau dia melihat lebih jauh akan ada hasil pengamatan yang berbeda.
Nah, biar hasil pengamatannya tepat, kita harus menghindari bias selektif ini.
Salah satu cara terbaik untuk menghindari bias selektif ini adalah dengan menguji secara objektif pada sampel yang lebih luas. Dalam konteks umur perokok dan non-perokok, maka dibutuhkan banyak data umur dari perokok dan non-perokok yang perlu kita analisis.
Quote:
Tenang aja, kita nggak perlu melakukan penelitian itu sendiri. Para ilmuwan udah berbaik hati buat mbagiin hasil penelitiannya kok

Penelitian tentang umur para perokok dan nonperokok ini sudah pernah dilakukan oleh Richard Doll dkk, agan bisa baca
laporan penelitiannya di sini.
Penelitian itu dilakukan selama lima puluh tahun (1951 – 2001) pada 34.439 dokter di Inggris yang merokok dan tidak merokok.
Singkatnya, hasil penelitian itu begini:
- Pada dokter kelahiran 1851 – 1899 (masa lansia di tahun 70-an), hanya 68% perokok yang umurnya bisa lewat 70, sedangkan nonperokok 82%
- Pada dokter kelahiran 1900 – 1930 (masa lansia di tahun 90an), hanya 71% perokok yang umurnya bisa lewat 70, sedangkan nonperokok 88%. Hanya ada 5% perokok yang umurnya bisa mencapai 90 tahun, sementara untuk non perokok 26%
- Pada dokter kelahiran 1900 – 1930, setelah usia 70 tahun harapan hidup nonperokok 10 tahun lebih tinggi dari para perokok.
Dari penelitian tersebut, kesimpulannya adalah bahwa aktifitas merokok memang berpotensi kuat untuk mengurangi angka harapan hidup. Penelitian ini jauh lebih kuat daripada argumen yang hanya menggunakan sampel dua orang.
# Pembanding yang kurang tepat
Quote:
Selain itu, bias yang terjadi ketika membandingkan kesehatan perokok dan nonperokok adalah karena perbandingan yang kurang tepat.
Andi adalah perokok yang sehari-hari bekerja di lapangan dan banyak melakukan aktifitas fisik, sedangkan Budi adalah nonperokok yang setiap hari duduk di depan komputer, makan secara tidak teratur dan minim gizi. Secara umum, cukup wajar jika Budi memiliki kondisi kesehatan (jangka pendek) yang lebih buruk daripada Andi…
...tapi itu tidak bisa dijadikan dasar bahwa merokok belum tentu mempengaruhi kesehatan.
Hal serupa juga terjadi ketika membandingkan Cahyo yang awalnya sehat lalu merokok dengan Dani yang memang gampang sakit tapi tidak merokok.
Untuk mengambil kesimpulan yang benar, kita butuh pembanding yang tepat. Misal kita ingin melihat pengaruh rokok terhadap kesehatan seseorang, lihatlah (minimal) dua orang yang aktifitas dan kualitas kesehatannya serupa, sehingga hasil pengamatan kita bisa lebih akurat.
Berbekal dari penelitian Richard Doll di atas, kita bisa menyimpulkan kalau seorang perokok dan nonperokok yang memiliki aktifitas dan kualitas kesehatan awal yang serupa, si perokok lebih berpotensi untuk memiliki kesehatan yang buruk daripada nonperokok.
***
Kesimpulan