- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mantan Jenderal dan Menteri Tolak Cagub Arogan Dan Tukang Gusur


TS
lebenkcundy
Mantan Jenderal dan Menteri Tolak Cagub Arogan Dan Tukang Gusur
Quote:

Quote:
Han-Ter - - Berbagai kelompok masyarakat, tokoh nasional, mantan menteri, jenderal purnawirawan, dan aktivis, makin gencar melakukan penolakan terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) agar tak lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2012. Alasannya, mereka menolak calon gubernur yang tukang gusur, tidak beretika, santun dan beradab dalam memimpin Jakarta.
Penolakan terhadap Ahok semakin tampak ketika sejumlah tokoh nasional dan aktivis mendeklarasikan peresmian "Rumah Amanah Rakyat" di Jl. Cut Nyak Dien No.5, Gondangdia Menteng Jakarta Pusat, Rabu (24/8/2016).
Dalam kegiatan yang terpampang poster bertuliskan "Saya Tolak Calon Gubernur yang Tukang Gusur", tampak hadir dan memberikan dukungan mantan Menkopolhukam Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdjianto, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso, dan mantan Menko Maritim Rizal Ramli.
Dukungan juga diberikan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Taufiqurachman Ruki, Wakil Ketua DPRD H Lulung, mantan Wakil Gubernur DKI Priyanto, Yusril Ihza Mahendra, aktivis perempuan Ratna Sarumpaet, dan puluhan aktivis lainnya, seperti Sofyano Zakaria, M Hatta Taliwang dan Ferdinand Hutahean.
“Banyaknya penolakan terhadap Ahok karena perilaku dan kebijakan Ahok semakin hari semakin berbahaya bagi rakyat dan bangsa. Ini jelas menandakan kualitas dia sebagai negarawan jauh di bawah standar,” kata pengamat politik Adhie Massardi kepada Harian Terbit, Kamis (25/8/2016).
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih ini mengemukakan, tak aneh banyak perkataan Ahok yang menyakiti hati rakyat, menyakiti sesama pejabat publik, dan melanggar konstitusi dan perundangan.
“Hampir semua kebijakan Ahok tak berpihak kepada rakyat kecil, lebih memihak kepada kepentingan orang kaya serta para taipan. Bahkan akibat kebijakannya membangun kembali sebuah barier antarmasyarakat dan antaretnis yang ada di Jakarta,” papar Adhie.
Korban Gusuran
Penolakan terhadap Ahok juga tampak dari pemasangan spanduk dilokasi-lokasi pemukiman warga ketika akan Ahok melkaukan kunjungan atau meresmikan proyek.
Seperti yang terjadi, Kamis (25/8). Sekitar 100 warga dari berbagai elemen mendatangi markas DPP PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Mereka melakukan unjuk rasa meminta partai yang mengaku peduli 'wong cilik' itu untuk tidak menjadikan Ahok sebagai calon Gubernur DKI yang diusung.
Ketua Pelaksana Tugas (PLT) DPD PDI perjuangan DKI Jakarta, Bambang DH mengatakan, kedatangan para aksi demontrasi di kantor DPP bertujuan untuk menyampaikan aspirasi dari beberapa kelompok warga yang sudah tergusur dan masyarakat lain yang merasa terancam.
Bambang pun mengakui bila aksi penolakan ini bukanlah kali pertamanya. Bahkan, ditubuh internal DPD PDI Perjuangan saja, penolakan sudah sangat kencang. Namun, kata dia, PDI Perjuangan hingga saat ini belum memutuskan siapa yang akan diusung sebagai cagub dan cawagub DKI Jakarta 2017.
Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing mengatakan, penolakan-penolakan terhadap calon Gubernur Ahok yang terjadi baik di internal partai ataupun lapisan warga memang penolakan sangat kencang.
Seharusnya, kata dia, PDI Perjuangan menjadikan penolakan tersebut sebagai masukan dan meredamnya dengan tidak memunculkan nama Ahok-Djarot terlebih dahulu.
"PDI Perjuangan itu kan partai pemenang yang 70 persen kadernya sangat loyal. Idealnya mereka memang harus mencalonkan kadernya sendiri. Jadi wajar banyak penolakan, apalagi Ahok tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada warga," pungkasnya.
Tolak
Sementara itu, Ahok mengaku tidak terima dituding sebagai tukang gusur seperti yang disampaikan lawan politiknya. Kendati demikian, dia menyatakan tidak perlu menghujat balik tudingan rival politiknya tersebut. Alasannya, Ahok siap membuktikan dengan data yang lengkap.
"Jadi kita gak perlu menjelek-jelekan lawan yang memfitnah kita. Katanya saya tukang gusur kita gak usah lawan, kita kasih saja data," ujar Ahok di rumah pemenangannya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
Ahok Akan Kalah
Sementara itu, Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta, M. Taufik pun yakin Ahok akan kalah dan tidak menjadi gubernur kembali pada 2017 mendatang meski didukung PDI perjuangan. Sebab, dia melihat hampir seluruh lapisan masyarakat dibawah menolak Ahok lantaran sikapnya yang tidak beretika, santun dan beradab dalam memimpin Jakarta. Terlebih, dalam melakukan penggusuran.
Menurut Taufik, pada Pilkada DKI 2012, Ahok bisa menjadi Wakil Gubernur DKI mendampingi Joko Widodo karena kerja keras Gerindra.
Menurutnya, Ahok tidak memiliki kemampuan untuk memenangkan Pilkada 2012 maupun 2017 mendatang. “Yang menangin Ahok itu kami, Ahok nggak dipilih, Ahok nggak ada hebatnya. Rakyat Jakut (Jakarta Utara) saja nolak dia, gimana mau menang,” ujar Taufik.
Tidak Pusing
Mendengar banyaknya penolakan, Gubernur Ahok mengaku tak mau ambil pusing. Menurutnya, politisi yang baik atau partai politik yang baik itu tugasnya mengedukasi masyarakat memilih pemimpin yang benar.
Dirinya sekaligus mengaku bahwa selama berkecimpung dalam dunia politik dan turut berkampanye, ia tidak pernah menjelek-jelekkan orang.
"Kalau ada yang lebih baik dari saya ya jangan pilih saya. Saya dari dulu berpolitik konsisten mengedukasi masyarakat. Harus pilih yang terbaik dari yang terbaik," ujarnya.
Penolakan terhadap Ahok semakin tampak ketika sejumlah tokoh nasional dan aktivis mendeklarasikan peresmian "Rumah Amanah Rakyat" di Jl. Cut Nyak Dien No.5, Gondangdia Menteng Jakarta Pusat, Rabu (24/8/2016).
Dalam kegiatan yang terpampang poster bertuliskan "Saya Tolak Calon Gubernur yang Tukang Gusur", tampak hadir dan memberikan dukungan mantan Menkopolhukam Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdjianto, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso, dan mantan Menko Maritim Rizal Ramli.
Dukungan juga diberikan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Taufiqurachman Ruki, Wakil Ketua DPRD H Lulung, mantan Wakil Gubernur DKI Priyanto, Yusril Ihza Mahendra, aktivis perempuan Ratna Sarumpaet, dan puluhan aktivis lainnya, seperti Sofyano Zakaria, M Hatta Taliwang dan Ferdinand Hutahean.
“Banyaknya penolakan terhadap Ahok karena perilaku dan kebijakan Ahok semakin hari semakin berbahaya bagi rakyat dan bangsa. Ini jelas menandakan kualitas dia sebagai negarawan jauh di bawah standar,” kata pengamat politik Adhie Massardi kepada Harian Terbit, Kamis (25/8/2016).
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih ini mengemukakan, tak aneh banyak perkataan Ahok yang menyakiti hati rakyat, menyakiti sesama pejabat publik, dan melanggar konstitusi dan perundangan.
“Hampir semua kebijakan Ahok tak berpihak kepada rakyat kecil, lebih memihak kepada kepentingan orang kaya serta para taipan. Bahkan akibat kebijakannya membangun kembali sebuah barier antarmasyarakat dan antaretnis yang ada di Jakarta,” papar Adhie.
Korban Gusuran
Penolakan terhadap Ahok juga tampak dari pemasangan spanduk dilokasi-lokasi pemukiman warga ketika akan Ahok melkaukan kunjungan atau meresmikan proyek.
Seperti yang terjadi, Kamis (25/8). Sekitar 100 warga dari berbagai elemen mendatangi markas DPP PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Mereka melakukan unjuk rasa meminta partai yang mengaku peduli 'wong cilik' itu untuk tidak menjadikan Ahok sebagai calon Gubernur DKI yang diusung.
Ketua Pelaksana Tugas (PLT) DPD PDI perjuangan DKI Jakarta, Bambang DH mengatakan, kedatangan para aksi demontrasi di kantor DPP bertujuan untuk menyampaikan aspirasi dari beberapa kelompok warga yang sudah tergusur dan masyarakat lain yang merasa terancam.
Bambang pun mengakui bila aksi penolakan ini bukanlah kali pertamanya. Bahkan, ditubuh internal DPD PDI Perjuangan saja, penolakan sudah sangat kencang. Namun, kata dia, PDI Perjuangan hingga saat ini belum memutuskan siapa yang akan diusung sebagai cagub dan cawagub DKI Jakarta 2017.
Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing mengatakan, penolakan-penolakan terhadap calon Gubernur Ahok yang terjadi baik di internal partai ataupun lapisan warga memang penolakan sangat kencang.
Seharusnya, kata dia, PDI Perjuangan menjadikan penolakan tersebut sebagai masukan dan meredamnya dengan tidak memunculkan nama Ahok-Djarot terlebih dahulu.
"PDI Perjuangan itu kan partai pemenang yang 70 persen kadernya sangat loyal. Idealnya mereka memang harus mencalonkan kadernya sendiri. Jadi wajar banyak penolakan, apalagi Ahok tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada warga," pungkasnya.
Tolak
Sementara itu, Ahok mengaku tidak terima dituding sebagai tukang gusur seperti yang disampaikan lawan politiknya. Kendati demikian, dia menyatakan tidak perlu menghujat balik tudingan rival politiknya tersebut. Alasannya, Ahok siap membuktikan dengan data yang lengkap.
"Jadi kita gak perlu menjelek-jelekan lawan yang memfitnah kita. Katanya saya tukang gusur kita gak usah lawan, kita kasih saja data," ujar Ahok di rumah pemenangannya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
Ahok Akan Kalah
Sementara itu, Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta, M. Taufik pun yakin Ahok akan kalah dan tidak menjadi gubernur kembali pada 2017 mendatang meski didukung PDI perjuangan. Sebab, dia melihat hampir seluruh lapisan masyarakat dibawah menolak Ahok lantaran sikapnya yang tidak beretika, santun dan beradab dalam memimpin Jakarta. Terlebih, dalam melakukan penggusuran.
Menurut Taufik, pada Pilkada DKI 2012, Ahok bisa menjadi Wakil Gubernur DKI mendampingi Joko Widodo karena kerja keras Gerindra.
Menurutnya, Ahok tidak memiliki kemampuan untuk memenangkan Pilkada 2012 maupun 2017 mendatang. “Yang menangin Ahok itu kami, Ahok nggak dipilih, Ahok nggak ada hebatnya. Rakyat Jakut (Jakarta Utara) saja nolak dia, gimana mau menang,” ujar Taufik.
Tidak Pusing
Mendengar banyaknya penolakan, Gubernur Ahok mengaku tak mau ambil pusing. Menurutnya, politisi yang baik atau partai politik yang baik itu tugasnya mengedukasi masyarakat memilih pemimpin yang benar.
Dirinya sekaligus mengaku bahwa selama berkecimpung dalam dunia politik dan turut berkampanye, ia tidak pernah menjelek-jelekkan orang.
"Kalau ada yang lebih baik dari saya ya jangan pilih saya. Saya dari dulu berpolitik konsisten mengedukasi masyarakat. Harus pilih yang terbaik dari yang terbaik," ujarnya.
Tokoh tokoh luar biasa sudah berkumpul membentuk Rumah Amanah Rakyat vs Rumah Lembang.
Kita liat saja nanti Rumah mana yang akan ambruk setelah Pilkadut DKI berlangsung. Atau bakalan ada Rumah2 yang lain.



0
1.7K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan