

TS
Abrakada.Blaze
[17an] Dea Valencia, Nasionalisme dalam Batik Asli
![[17an] Dea Valencia, Nasionalisme dalam Batik Asli](https://s.kaskus.id/images/2016/08/23/3864809_20160823054711.jpg)
Quote:
Untuk memeriahkan HUT RI ke-71 dan Thread Competitionyang diadakan oleh Forum Sista (FORSIS), ane mau sedikit sharing di trit ini yang mengangkat tentang peran perempuan yang ane anggap inspiratif di masa kini.



LANGSUNG AJA KE TKP GANSIS! 

Quote:
Quote:
INTRO
Quote:
![[17an] Dea Valencia, Nasionalisme dalam Batik Asli](https://s.kaskus.id/images/2016/08/23/3864809_20160823063517.jpg)
Dea adalah paduan ketegasan dan kelembutan hati. Ia tipe pembelajar yang tidak suka banyak berwacana, melainkan langsung berkarya. Tangan dinginnya dalam mengelola bisnis berpadu dengan kehangatan jiwanya terhadap si lemah.
Quote:
Quote:
SELEMBUT HATI DEA
Quote:
![[17an] Dea Valencia, Nasionalisme dalam Batik Asli](https://s.kaskus.id/images/2016/08/23/3864809_20160823065534.jpg)
Mulai kuliah di usia 15 tahun, Dea Valencia Budiarto (22) menyadari telah kehilangan masa bermain di waktu muda. Apalagi di saat yang sama, ia mulai merintis usaha yang diberi nama Batik Kultur. Selang dua tahun kemudian, karyawannya sudah 20 orang. Jadilah, kegiatan utamanya hanya bisnis dan kuliah. Lebih dari separuh pekerjanya adalah difabel.
Dea bersemangat mendorong agar banyak usaha kecil dan menengah seperti dirinya tidak takut-takut mengambil pekerja dari kalangan difabel. Undang-undang mengatur kuota minimal 1 persen dari setiap 100 orang yang dipekerjakan. Meski sebenarnya Dea belum terkena aturan itu, ia ingin menunjukkan bahwa tidak perlu menunggu besar untuk beraksi. Ia merasa miris ketika mendengar ada perusahaan besar yang menyewa difabel ketika pemeriksaan demi menghindari sanksi karena kewajiban memenuhi kuota 1 persen tidak tercapai.
Dea bersemangat mendorong agar banyak usaha kecil dan menengah seperti dirinya tidak takut-takut mengambil pekerja dari kalangan difabel. Undang-undang mengatur kuota minimal 1 persen dari setiap 100 orang yang dipekerjakan. Meski sebenarnya Dea belum terkena aturan itu, ia ingin menunjukkan bahwa tidak perlu menunggu besar untuk beraksi. Ia merasa miris ketika mendengar ada perusahaan besar yang menyewa difabel ketika pemeriksaan demi menghindari sanksi karena kewajiban memenuhi kuota 1 persen tidak tercapai.
Quote:
Quote:
WELAS ASIH
Quote:
![[17an] Dea Valencia, Nasionalisme dalam Batik Asli](https://s.kaskus.id/images/2016/08/23/3864809_20160823070248.jpg)
Ia semula hanya mempekerjakan satu karyawan tunarungu dan wicara. Difabel seperti ini biasa ditemukan di usaha garmen karena pekerjaannya tidak menuntut berkomunikasi dengan orang lain. Suatu kali, Dea bertemu difabel yang tidak punya kedua tangan. Dari serangkaian komunikasi, penyandang difabel itu bersama dua difabel lainnya mulai bekerja pada Dea. Hingga kini, 35 dari 75 karyawan Dea adalah difabel dengan beragam kondisi.
Selain mengandalkan jaringan pertemanan difabel, Dea juga bekerja sama dengan Rehabilitation Center (RC) Jebres di Kota Solo. Pusat rehabilitasi ini melatih para difabel berbagai keterampilan, termasuk menjahit. Mereka diberi tambahan pelatihan tiga bulan di tempat Dea. Penekanannya pada aspek kerapian, bukan pada kecepatan.
Dea menempatkan mereka sesuai dengan kondisi masing-masing. Difabel yang kehilangan kaki ditempatkan di bagian menjahit dengan tangan. Karyawan dengan kedua tangan diamputasi yang menyisakan bagian tungkai juga diberi tugas menjahit. Pekerja lain yang juga hanya memiliki tangan di bagian tungkai serta satu kaki di bawah lutut ditugasi melipat baju dan mengemasnya.
Belakangan, difabel lulusan RC dengan kondisi berat diarahkan bekerja di tempat Dea. Ini karena area kerja di tempat Dea tidak terlalu besar sehingga memudahkan mobilitas para difabel, selain lingkungannya sudah terbentuk.
Dalam soal pekerjaan, Dea tidak memperlakukan mereka istimewa. Karyawan difabel juga dituntut menunjukkan hasil kerja terbaik sesuai standar yang ia tetapkan. Namun, ia memperhatikan kebutuhan mereka hingga detail. Misalnya, menu makan karyawan diatur agar tak mengandung banyak gula dan gorengan agar peredaran darah lancar. Karyawan lajang dengan mobilitas terbatas disediakan mes untuk menginap. Sementara yang sudah menikah tinggal dengan keluarga masing-masing.
Selain mengandalkan jaringan pertemanan difabel, Dea juga bekerja sama dengan Rehabilitation Center (RC) Jebres di Kota Solo. Pusat rehabilitasi ini melatih para difabel berbagai keterampilan, termasuk menjahit. Mereka diberi tambahan pelatihan tiga bulan di tempat Dea. Penekanannya pada aspek kerapian, bukan pada kecepatan.
Dea menempatkan mereka sesuai dengan kondisi masing-masing. Difabel yang kehilangan kaki ditempatkan di bagian menjahit dengan tangan. Karyawan dengan kedua tangan diamputasi yang menyisakan bagian tungkai juga diberi tugas menjahit. Pekerja lain yang juga hanya memiliki tangan di bagian tungkai serta satu kaki di bawah lutut ditugasi melipat baju dan mengemasnya.
Belakangan, difabel lulusan RC dengan kondisi berat diarahkan bekerja di tempat Dea. Ini karena area kerja di tempat Dea tidak terlalu besar sehingga memudahkan mobilitas para difabel, selain lingkungannya sudah terbentuk.
Dalam soal pekerjaan, Dea tidak memperlakukan mereka istimewa. Karyawan difabel juga dituntut menunjukkan hasil kerja terbaik sesuai standar yang ia tetapkan. Namun, ia memperhatikan kebutuhan mereka hingga detail. Misalnya, menu makan karyawan diatur agar tak mengandung banyak gula dan gorengan agar peredaran darah lancar. Karyawan lajang dengan mobilitas terbatas disediakan mes untuk menginap. Sementara yang sudah menikah tinggal dengan keluarga masing-masing.
Quote:
Quote:
PEKERJA KERAS
Quote:
![[17an] Dea Valencia, Nasionalisme dalam Batik Asli](https://s.kaskus.id/images/2016/08/23/3864809_20160823070901.jpg)
Menurut sang ibu, Arijani Utojo, rasa welas asih Dea sudah terbentuk sejak kecil. Dea kerap diam-diam menaruh uang di atas dagangan seorang perempuan tua. Ia bisa protes kepada sang ibu jika di lampu lalu lintas terlewat memberi sedekah kepada pengemis yang melintas.
Dea adalah tipe pekerja keras. Sehari-hari ia baru tidur di atas pukul 01.00 dini hari. Etos kerjanya terbentuk sejak masa kuliah. Kiprahnya ini membuat Dea terpilih menjadi salah satu duta produk kosmetika bersama penyanyi Raisa dan pemain sinetron Zee Zee Shahab.
Bisnis Dea diawali dengan berjualan kain batik lawasan. Orangtuanya berpunya, tetapi Dea ingin punya penghasilan sendiri. Dea yang saat itu kuliah di Program Studi Sistem Informasi Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, mendatangkan kain-kain batik dari kota asalnya, Semarang. Di kosnya, kain-kain itu ia foto, unggah ke Facebook, dan dikirimkan dari Jakarta. Hal serupa ia lakukan ketika mulai memproduksi baju setahun kemudian. Ia pun harus menahan diri ketika teman-teman mengajaknya menyambangi mal atau kafe. Ia akan segera pulang ke kos untuk mengejar matahari sore yang sangat pas pencahayaannya untuk memotret baju-baju. Dea lalu mengunggah foto-foto ke akun jualan online-nya.
Setelah mengeksplorasi batik, Dea kini juga menggunakan material kain tenun, songket, dan kain tradisional lainnya. Baju-bajunya digemari anak muda atau yang berjiwa muda karena terlihat segar, modern, dan mengikuti tren. Sampai-sampai banyak bajunya yang ditiru.Selain konsumen ritel dalam negeri, pembeli juga datang dari sejumlah negara, seperti Australia, Singapura, Belanda, Inggris, Jepang, dan Norwegia. Setelah membuka galeri di Semarang, Dea berharap bisa membuka galeri baru untuk memenuhi permintaan non-daring.
Dea adalah tipe pekerja keras. Sehari-hari ia baru tidur di atas pukul 01.00 dini hari. Etos kerjanya terbentuk sejak masa kuliah. Kiprahnya ini membuat Dea terpilih menjadi salah satu duta produk kosmetika bersama penyanyi Raisa dan pemain sinetron Zee Zee Shahab.
Bisnis Dea diawali dengan berjualan kain batik lawasan. Orangtuanya berpunya, tetapi Dea ingin punya penghasilan sendiri. Dea yang saat itu kuliah di Program Studi Sistem Informasi Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, mendatangkan kain-kain batik dari kota asalnya, Semarang. Di kosnya, kain-kain itu ia foto, unggah ke Facebook, dan dikirimkan dari Jakarta. Hal serupa ia lakukan ketika mulai memproduksi baju setahun kemudian. Ia pun harus menahan diri ketika teman-teman mengajaknya menyambangi mal atau kafe. Ia akan segera pulang ke kos untuk mengejar matahari sore yang sangat pas pencahayaannya untuk memotret baju-baju. Dea lalu mengunggah foto-foto ke akun jualan online-nya.
Setelah mengeksplorasi batik, Dea kini juga menggunakan material kain tenun, songket, dan kain tradisional lainnya. Baju-bajunya digemari anak muda atau yang berjiwa muda karena terlihat segar, modern, dan mengikuti tren. Sampai-sampai banyak bajunya yang ditiru.Selain konsumen ritel dalam negeri, pembeli juga datang dari sejumlah negara, seperti Australia, Singapura, Belanda, Inggris, Jepang, dan Norwegia. Setelah membuka galeri di Semarang, Dea berharap bisa membuka galeri baru untuk memenuhi permintaan non-daring.
Spoiler for "Bonus":
Quote:
INDONESIA MORNING SHOW - NET.
Quote:

IMS - Talkshow Muda Inspiratif Dea Valencia Budiarto
Spoiler for "Sumber":
Quote:
Dea telah memberi arti bahwa kemerdekaan juga berarti kecintaan pada kekayaan negeri, dan dari sinilah kita bisa belajar bahwa kita dapat menunjukkan semangat nasionalisme yang sejati tanpa harus iri dan meniru kebudayaan asing. 

***
Spoiler for Mampir Gan!:
Quote:
TRIT ANE YANG LAIN
Quote:
Terimakasih kepada GanSis yang telah membaca dan menyimak trit ane, biasakan tinggalkan jejak seperti komentar yang bijak serta membangun. 
Mohon di
bagi GanSis yang berkenan, ane juga ga nolak kok kalo dikasih
.

Mohon di



Diubah oleh Abrakada.Blaze 25-09-2016 06:07




KnightDruid dan dodooot memberi reputasi
2
4.5K
Kutip
15
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan