Kaskus

News

BeritagarIDAvatar border
TS
BeritagarID
ISIS dan basis-basisnya yang tergerus
ISIS dan basis-basisnya yang tergerus
Pemakaman massal pascaserangan bom bunuh diri di Gaziantep, Turki, 21 Agustus 2016. ISIS dituding sebagai pelaku serangan.
Dalam setahun belakangan, segala jenis serangan yang terjadi di ruang publik dan menyasar warga sipil senantiasa direkatkan dengan keberadaan kelompok garis keras ISIS. Begitu pun yang terjadi di Gaziantep, Turki, pada Minggu (21/8). Hari itu, sebuah bom bunuh diri meledak di suatu pesta pernikahan. Lebih dari 50 orang tewas dan 60-an lainnya mengalami cedera.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, langsung mengarahkan telunjuknya kepada ISIS. "Jelas bahwa Daesh punya (cabang) di Gaziantep atau berusaha untuk menghadirkan dirinya hari-hari belakangan," kata sang presiden menyitir akronim ISIS dalam bahasa Arab.

Partai Rakyat Demokrat (HDP) yang condong ke kelompok Kurdi membuntuti pernyataan Erdogan lewat "kecaman dan kutukan kepada pihak yang melancarkan serangan" meski ISIS sendiri tidak menyatakan bertanggung jawab atas ledakan yang pelakunya diduga berusia 12 hingga 14 tahun itu.

Peristiwa ini dianggap sebagai yang paling mematikan dalam serangkaian peledakan oleh teroris yang menghantam Turki pada 2016. Dan bagi pemerintah setempat, kejadian itu menjadi pukulan berat lain setelah pada pertengahan Juli lalu faksi dalam tubuh militer berupaya meluncurkan kudeta untuk mendongkel Erdogan.

Dilansir The New York Times, Turki dipandang ikut menyumbang bagi kekacauan di negara yang lama berada dalam naungan Kesultanan Utsmaniyah. Pasalnya, para pemberontak dibolehkan melewati kawasannya untuk bergabung dengan palagan Suriah dan turut menggoyang kekuasaan Presiden Suriah, Bashar Assad.

Pada awal perang di 2011, Erdogan yakin Assad akan segera tumbang mengikuti kasus di Mesir dan Tunisia. Namun, seiring perang berjalan, Turki pun tersedot ke tengah pusaran. Jutaan pengungsi melangkah ke negeri itu. Tidak lama berselang, titik-titik serangan di wilayah Turki pun terbentuk.

Pada saat bersamaan, masih menurut The New York Times, para pejuang Kurdi memulai kembali perang yang sempat tertunda melawan pemerintah Turki.

Dan kini, Turki memiliki tiga lawan di perang sipil Suriah: Assad, ISIS, dan pemberontak Kurdi. Serangan di Gaziantep menunjukkan bagaimana sejumlah konflik itu bertumpang tindih. ISIS, yang juga berperang dengan Kurdi di kota Suriah seperti Kobani, pun membidik anggota suku Kurdi di wilayah Turki. Hasilnya, dentuman pada Ahad yang terjadi pada acara perkimpoian anggota Kurdi.

Bagaimana bisa kelompok yang basis kekuasaanya di Irak, Libya, dan Suriah makin tergerus justru kian menggencarkan gempuran di daerah lain?

Presiden Barack Obama, seperti diwartakan oleh The Wall Street Journal, mengatakan bahwa pergeseran taktik ISIS itu--dari pencaplokan wilayah menjadi serangan sporadis berskala kecil--bermula dari keterdesakan kelompok itu akibat serangan militer pasukan koalisi pimpinan AS.

Menurutnya, ISIS melepaskan serangan-serangan bermodel demikian guna memunculkan "sejenis ketakutan dan kekhawatiran yang meningkatkan profil" mereka. Dan pola demikian "kami anggap serius," ujar Obama. Karena, kemungkinan pelaku tunggal maupun berkelompok "melakukan serangan dan membunuhi orang-orang nyata adanya," katanya.

Menambah erosi kekuasaan ISIS di basis kekuasaannya, media sosial, yang sempat pula menjadi kanal unggulan kelompok tersebut untuk meraih dukungan, turut pula menjadi objek penggayangan.

Dilaporkan oleh The Fiscal Times, Twitter, salah satu situs media sosial menonjol, menggandakan upaya untuk membersihkan layanannya dari konten ekstremis. Sejauh ini, pemblokiran telah dilakukan atas 360 ribu akun.

Langkah itu menjadi penegas dari permakluman sebelumnya bahwa 125 ribu akun diblokir karena "menebar ancaman dan mengampanyekan aksi terorisme, utamanya berkaitan dengan ISIS.'

Langkah gencar Twitter itu mengemuka setelah janda seorang kontraktor AS yang tewas di tangan ISIS mengajukan gugatan terhadap situs microblogging itu pada Januari silam. Menurut sang penuntut, Twitter ikut bertanggung jawab atas kematian suaminya karena memberi ruang bagi ISIS untuk merekrut anggota dan menggalang dana untuk kepentingan teroris yang melanggar Undang-undang Anti-Terorisme.

Twitter sendiri berdalih bahwa layanannya berlaku netral, dan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas ulah pemakainya.
ISIS dan basis-basisnya yang tergerus


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-yang-tergerus

---

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
6K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan