- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jimmy Gideon:Tiga Rumah Melayang Untuk Main Perempuan, Empat Mobil Habis di Meja Judi


TS
rogerbatum
Jimmy Gideon:Tiga Rumah Melayang Untuk Main Perempuan, Empat Mobil Habis di Meja Judi
Quote:

TABLOIDBINTANG.COM -
SETIAP Sabtu sore, 15 tahun yang lalu, kami menyaksikan komedi situasi Gara-gara sambil menyiapkan kacamata tiga dimensi.
Begitu logo kacamata muncul di pojok bawah layar kaca, kami buru-buru menggunakan kaca mata lima ribuan untuk menerobos lokasi syuting. Jimmy Gideon (48) dan Lydia Kandou kala itu jadi pusat perhatian.
Hahaha, Anda kok masih ingat? Itu juru kameranya direkrut dari kru serial televisi Starsky And Hutch lho. Setelah itu saya menghilang karena enggak ada kontrak. Sempat muncul lagi dalam sinetron laris Kecil-kecil Jadi Manten,cetus Jimmy menyambut kedatangan kami di Arteri Pondok Indah, Jakarta, pada sebuah malam belum lama ini.
Mungkin, inilah obrolan paling blakblakan dari komedian papan atas di dekade 90-an. Yang diungkap Jimmy malam itu, kisah paling ironis yang dipendamnya 15 tahun terakhir.
Tentang seorang komedian yang begitu terampil menghibur pemirsa se-Tanah Air, namun gagal menghibur diri sendiri. Kisah tragis Jimmy dimulai pada pagi buta, Juli 2007.
Quote:
Percakapan dengan Roh
Pagi itu, lawan main Debby Sahertian dan Ira Wibowo dalam Lenong Rumpi pamit dari rumah. Ia hendak siaran pukul 6 pagi di salah satu radio swasta ibu kota.
Jimmy berkejaran dengan waktu. Demi mempercepat gerak, ia mengendarai sepeda motor dan nekat menerobos jalur busway. Di sana petaka terjadi.
Motornya dihantam armada bus Transjakarta. Tulang punggung dan kakinya patah. Di sekujur tubuhnya terdapat luka sobek. Dua hari lamanya ayah lima anak itu koma. Lima hari terbujur di kasur pesakitan.
Kala itu, beberapa infotainment menyambangi rumah sakit tempat Jimmy dirawat. Dalam sesi wawancara, jawaban yang dilontar Jimmy tidak sinkron dengan pertanyaan para pencari warta.
Serasa terbang. Saya melayang di awan. Itu yang saya rasakan ketika orang mengatakan saya koma,ungkap Jimmy.
Vonis dokter, Jimmy tidak bisa disembuhkan. Guncangan di otaknya terlalu parah. Dokter menyebut kemungkinan, ada saraf yang terjepit. Akibatnya, Jimmy lupa bagaimana memberi reaksi atas aksi orang-orang di sekitarnya.
Lima hari kemudian keluarga membawa pulang Jimmy. Tampaknya, aktor kelahiran 22 September itu pulang paksa. Menurut dokter, semestinya Jimmy mendapat perawatan intensif paling tidak dua bulan. Apalagi, ada 34 jahitan yang dibenamkan ke permukaan kulit.
Dokter menyarankan saya menyiapkan 250 juta untuk biaya perawatan. Nominal sebanyak itu terlalu berat untuk saya yang sedang sepi kontrak, kenangnya sembari menyeruput air mineral.
Dalam pengembaraan di awang-awang itu, Jimmy seperti bertemu dengan seseorang. Wajahnya samar dan gelap. Lalu terjadilah dialog yang membuat Jimmy merinding sampai sekarang.
Kamu siapa?begitu Jimmy menirukan dialog. Mulutnya gemetar.
Laki-laki gelap itu menjawab, Saya adalah kamu.
Kenapa kamu gelap sekali?
Kamu yang membuat saya gelap. Apa kamu merasa hidupmu terang?
Mendengar jawaban si sosok gelap, Jimmy tercekat. Dalam hati ia berzikir. Tidak putus-putus memohon ampun. Saat itu Jimmy sadar, bukan uang yang memberinya rezeki melainkan Tuhan.
Yang pasti, Jimmy meyakini dirinya sudah sampai di sakaratul maut. Dokter memberi tahu Anna Nurhasanah (istri Jimmy-red), kesempatan sembuh untuk suami tercinta nyaris tertutup. Kalaupun sembuh, besar kemungkinan Jimmy hilang ingatan.
Kalau saya ingin diterangkan kembali, saya harus bertobat. Saya berzikir dalam hati, sampai akhirnya sosok gelap di hadapan saya menjadi cerah. Keajaiban terjadi. Proses pengembalian roh terjadi selama 20 hari. Selama itu saya terus berzikir dan berdoa, urainya. Setelah menerima kesempatan kedua, Jimmy mulai menata hidup. Kembali ke jalan yang semestinya. Meninggalkan kehidupan lama yang sangat menjijikkan.
Saat itu suara hati berbisik: Kamu pintar menghibur orang tapi enggak
becus menghibur diri sendiri. Cara saya menghibur diri kala itu, mengonsumsi narkotika, main perempuan, dan judi. Saya pernah mengisap ganja, mengonsumsi ineks serta sabu-sabu. Semua terjadi sepanjang 1997 sampai 2004. Beruntungnya saya, polisi tidak tahu. Saya memakai karena butuh hiburan,akunya.
Quote:

Narkotika saat itu amat mengasyikkan.
Selama tujuh tahun, Jimmy intens pakai narkoba dan bertualang dengan banyak wanita dari banyak benua. Soal main perempuan, Jimmy ahlinya.
Saya sudah go international. Main gila di dekat kantor Kedutaan Besar Indonesia di Australia dan Jepang. Saat pernah bertolak ke Eropa, khususnya Belanda dan Italia. Di sana, saya meluangkan waktu untuk happy-happy dengan beberapa cewek bule. Di Afrika, saya pernah menjajal perempuan Mesir, ungkapnya tanpa canggung sedikit pun.
Empat Mobil di Meja Judi
Dulu semasa jayanya, pada 1992, Jimmy punya tujuh rumah, tiga apartemen, lima mobil, dan rekening dua miliar.
Judi itu setan paling licik! Habis berjudi, saya pulang ke rumah bukan untuk tidur. Tapi, untuk menilik harta apa yang masih tersisa dan masih bisa dipakai taruhan lagi. Waktu itu saya melihat, masih ada empat mobil yang bisa diboyong ke meja judi. Saya masih punya uang banyak kok! Dua kali saya menggelontorkan uang 400 juta, dua kali pula saya pulang dengan tangan hampa,demikian Jimmy menggambarkan bahaya judi.
Pertanyaan lain muncul di benak kami. Mengapa yang tersisa dari harta tak bergerak Jimmy hanya empat rumah?
Tiga rumah dan tiga apartemen melayang karena main perempuan dan membeli narkotika. Itu masa lalu, sekarang masya Allah. Tuhan menjewer kuping saya. Sakit sekali rasanya,†simpul Jimmy.
Dalam kondisi sepahit ini, Jimmy masih sanggup tersenyum. Masih bisa mengucap alhamdulillah. Selanjutnya, rumah yang tersisa dijadikan aset kontrakan.
Dari bisnis kontrakan, pria bernama asli Abdul Aziz ini menghidupi istri dan anak.
Ini yang disebut dana pensiun. Saya mengusahakan rumah kontrakan. Ada tiga rumah, di Gading, Serpong, dan Cirebon. Ada juga rumah kos 17 kamar, beri tahunya.
Perubahan itu datang dari jeweran tangan tak terlihat. Pada akhirnya, manusia kembali kepadaNya. Saat kembali ke jalan Ilahi, semua terasa lebih mudah dan menenangkan.
Tuhan memegang tiga kunci. Jodoh, rezeki, dan maut. Ketiganya telah diatur. Ketiganya demi kebaikan. Ketika Jimmy berada di tepi maut, ia malah merasakan bagian terbaik dari Allah.
“Ketika saya terbujur di rumah sakit, anak dan istri saya malah senang. Sepertinya mereka berfirasat cepat atau lambat ini pasti terjadi. Mereka sudah memperingatkan berkali-kali, tapi saya selalu menutup mata dan telinga. Dengan kecelakaan ini, mereka yakin akan ada yang berubah dalam hidup saya,pungkas ayah Roberto Aziz, Alberto Aziz, Zhela Fegesa Aziz, Lumberto dan Limberto Aziz.
SUMBER
Sebuah pelajaran berharga yang biaa dipetik gan dari kisah hidup bang Jimmy jangan pernah berjudi
Diubah oleh rogerbatum 20-08-2016 21:51
0
27.6K
Kutip
114
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan