- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kisah Syukur Al Suhana, Veteran Pejuang Irian Barat yang Tersisa di Bekasi


TS
freecala
Kisah Syukur Al Suhana, Veteran Pejuang Irian Barat yang Tersisa di Bekasi
Quote:
Kisah Syukur Al Suhana, Veteran Pejuang Irian Barat yang Tersisa di Bekasi
Quote:
Quote:
Megapolitan.co
BEKASI - Meski tubuhnya kini telah renta, namun tekad dan semangat heroic perjuangan masih menggelegak. Dipapah istri tercintanya Syukur Al Suhana, sang pejuang Pembebasan Irian Barat keluar dari ruangan. Semangat kepahlawanan terpancar di semarak 17 Agustus 2016.
Ia bersama istri tercinta yang setia mendampinginya selama ini. Ia merasa bersyukur, pasalnya ia salah seorang veteran yang mendapatkan berkah bahwa rumahnya telah dipugar institusi TNI. Anggota TNI Koramil 01 Kranji bergotong royong melakukan pemugaran. Puncaknya, kado istimewa di Hari Pahlawan pada 10 November 2015 silam.
Dibalut kaos warna putih dan berkain sarung serta kulit tubuhnya yang telah renta dan keriput, namun ingatan dan pandangannya masih tajam. Pancaran matanya yang tajam menyimpan selaksa peristiwa. Terpancar dari sudut hatinya yang paling dalam.
Seorang pejuang yang memiliki semangat mental baja pantang menyerah. Ia tinggalkan kenyamana hidup saat itu, ketika Irian Barat sedang bergolak membutuhkan para pejuang tangguh untuk berperang di medan laga. Saat itu Syukur sesungguhnya sangat nyaman karena telah berkerja di sebuah perusahaan milik Belanda sejenis Pertamina sekarang dengan gaji terbilang sangat lumayan.
Panggilan jiwa untuk bumi pertiwi ternyata mengalahkan segala kenyamanan yang ia dapatkan. Ia pun kabur dari perusahaa Belanda kala itu.
“Ya saya ikut berangkat ke Irian untuk berjuang, semua itu saya lakukan karena panggilan jiwa,”tukas Syukur Al Suhana terbata-bata saat berbincang ringan dengan megapolitan.co pada (17/8/2016).
“Maksudnya bapak dulu sekolahnya di sekolah milik Belanda di Balikapapan sampai bekerja di BPM sama Belanda. Gajinya saat itu besar tapi kearena ada panggilan jiwa, siapa yang mau jadi tentara untuk berjuang merebut Irian Barat, akhirnya ia merasa jiwanya terpanggil,”jelas putri Syukur Al Suhana mendampingi bapaknya.
BPS sampai sekarang masih ada perusahaan milik Belanda. Jadi belum berhenti dari BPS, ia kabur dan ikut melamar, pertama masuk AD tapi tidak dapat dan di AURI diterima. Sebetulnya di AD dapat dan sudah lulus tapi tidak berangkat dan pas ada kesempatan di AURI ia dapat dan dari Balikapapan langsung ke Solo.
Saat itu jelas putri Al Suhana, bahwa bapak masih belum dapat NRP masih pelatihan, tapi sudah lulus masih pendidikan dan sudah dikirim ke Irian Barat. BPS itu perusahaan milik Belanda perusahaan minyak Belanda di Balikpapan dan sekarang Pertamina.
Meski Syukur Al Suhana terbata-bata saat menceritakan kisah perjuangan tempo dulu, dipandu oleh anak-anaknya yang sempat meriung tatkala megapolitan.co bertandang ke rumahnya (sebelum rumahnya selesai dipugar oleh TNI, sekeluarga sempat mengontrak di pinggiran kampung tak jauh dari rumahnya yang sekarang).
Darah pejuang masih melekat, tak menyurutkan semangat heroik yang telah terpatri dalam dadanya. Sesekali Al Suhana sesunggukan teringat semua kisah masa silam, termasuk rekan-rekan seperjuangan yang telah tewas dan meninggalkan dirinya untuk selamanya, sebagai kusuma bangsa.
“Saya sedih jika ingat masa lalu, ingat teman teman yang tewas sewaktu kita berjuang bersama di hutan di Irian Barat,”kenangnya.
Kesetiaannya pada ibu pertiwi dan pada teman-temannnya yang telah dipanggil Sang Kholik membuatnya sangat bersedih. Tampak tergambar gamblang, sosok pria yang memiliki jiwa kemanusiaan tinggi ini mengharu biru dalam pergolakan bathin yang tak terlukiskan.
Veteran yag memiliki darah juang yang tinggi dan dedikasi yang tiada tara ini mendapatkan renovasi rumah gratis dari TNI. Program RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) bagi kalangan veteran dan terpilihlah Syukur Al Suhana. Rumah yang kini telah di renovasi di Komplek Pondok Cipta Blok G No 41 RT 06 RW 11, Kelurahan Bintara, Kecamatan Bekasi Barat ini sebelumnya terbilang mengenaskan, air selalu membanjiri rumah yang atapnya bocor, karena tak lagi punya biaya untuk memperbaikinya.
Dikisahkan oleh Al Suhana bahwa ia masih terngiang komandan dan teman teman seperjuangan kala itu, di antaranya Komandan Letnan Satu Yanto, Pelda Kasian semuanya sudah meninggal. Pria kelahiran tahun 1938 ini masih ingat ketika ia berjuang di Irian Barat. Berjuang di Irian Barat dan dapat Penghargaan Lencana Bintang 1 dari Presiden Soekarno.
“Waktu di Irian Barat ada 3 buah pesawat diterjunkan, karena kan Angkatan Udara. Begitu terjun di Irian Barat, teman teman saya banyak yang meninggal ada yang masuk jurang dan mereka juga di sana ada nggak makan selama 3 bulan. Minum dari air di dedaunan di hutan dan makan pun sama. Sempat mencuri singkong untuk bertahan hidup punya penduduk di sana karena saking laparnya,”kisahnya sedih.
Saat teringat perjuangan bersama teman temannya yang terjatuh di jurang saat di Irian Barat, ia tampak tak kuasa melanjutkan perbincangan. Air mata pun sepertinya telah beku dan tak lagi menetes.
“Ada Karno, Mukrawi, Temon, Kurnia, Jejen. Kurnia mereka jatuh di jurang dan kita sudah berusaha menolong. Kurnia masuk jurang. Mukrawi kan orangnya tinggi dan gede kita bareng tolong, tapi…….” Al Suhana tak kuasa melanjutkan, tampak tersirat kepedihan karena teman seperjuangan tewas saat terjatuh di jurang belantara Irian Barat.
Kehidupan di hutan dan perjuangan membebaskan Irian Barat tampaknya masih selalu terngiang di pelupuk mata Al Suhana. Dan rekan rekan seperjuangan kini hampir telah tiada. Bersyukur dirinya masih diberikan umur yang panjang oleh Allah.
“Ya saya bersyukur.”
Selain berjuang atas pembebasan Irian Barat ia juga tercatat sebagai veteran Pejuang Tim Tim. Syukur Al Suhana berjuang ke Timur Timor 2 kali, yang pertama selama setahun dan yang kedua selama 3 bulan.
“Ya saya juga Pejuang Seroja,”pungkasnya. (Tejo Nagasakti)
BEKASI - Meski tubuhnya kini telah renta, namun tekad dan semangat heroic perjuangan masih menggelegak. Dipapah istri tercintanya Syukur Al Suhana, sang pejuang Pembebasan Irian Barat keluar dari ruangan. Semangat kepahlawanan terpancar di semarak 17 Agustus 2016.
Ia bersama istri tercinta yang setia mendampinginya selama ini. Ia merasa bersyukur, pasalnya ia salah seorang veteran yang mendapatkan berkah bahwa rumahnya telah dipugar institusi TNI. Anggota TNI Koramil 01 Kranji bergotong royong melakukan pemugaran. Puncaknya, kado istimewa di Hari Pahlawan pada 10 November 2015 silam.
Dibalut kaos warna putih dan berkain sarung serta kulit tubuhnya yang telah renta dan keriput, namun ingatan dan pandangannya masih tajam. Pancaran matanya yang tajam menyimpan selaksa peristiwa. Terpancar dari sudut hatinya yang paling dalam.
Seorang pejuang yang memiliki semangat mental baja pantang menyerah. Ia tinggalkan kenyamana hidup saat itu, ketika Irian Barat sedang bergolak membutuhkan para pejuang tangguh untuk berperang di medan laga. Saat itu Syukur sesungguhnya sangat nyaman karena telah berkerja di sebuah perusahaan milik Belanda sejenis Pertamina sekarang dengan gaji terbilang sangat lumayan.
Panggilan jiwa untuk bumi pertiwi ternyata mengalahkan segala kenyamanan yang ia dapatkan. Ia pun kabur dari perusahaa Belanda kala itu.
“Ya saya ikut berangkat ke Irian untuk berjuang, semua itu saya lakukan karena panggilan jiwa,”tukas Syukur Al Suhana terbata-bata saat berbincang ringan dengan megapolitan.co pada (17/8/2016).
“Maksudnya bapak dulu sekolahnya di sekolah milik Belanda di Balikapapan sampai bekerja di BPM sama Belanda. Gajinya saat itu besar tapi kearena ada panggilan jiwa, siapa yang mau jadi tentara untuk berjuang merebut Irian Barat, akhirnya ia merasa jiwanya terpanggil,”jelas putri Syukur Al Suhana mendampingi bapaknya.
BPS sampai sekarang masih ada perusahaan milik Belanda. Jadi belum berhenti dari BPS, ia kabur dan ikut melamar, pertama masuk AD tapi tidak dapat dan di AURI diterima. Sebetulnya di AD dapat dan sudah lulus tapi tidak berangkat dan pas ada kesempatan di AURI ia dapat dan dari Balikapapan langsung ke Solo.
Saat itu jelas putri Al Suhana, bahwa bapak masih belum dapat NRP masih pelatihan, tapi sudah lulus masih pendidikan dan sudah dikirim ke Irian Barat. BPS itu perusahaan milik Belanda perusahaan minyak Belanda di Balikpapan dan sekarang Pertamina.
Meski Syukur Al Suhana terbata-bata saat menceritakan kisah perjuangan tempo dulu, dipandu oleh anak-anaknya yang sempat meriung tatkala megapolitan.co bertandang ke rumahnya (sebelum rumahnya selesai dipugar oleh TNI, sekeluarga sempat mengontrak di pinggiran kampung tak jauh dari rumahnya yang sekarang).
Darah pejuang masih melekat, tak menyurutkan semangat heroik yang telah terpatri dalam dadanya. Sesekali Al Suhana sesunggukan teringat semua kisah masa silam, termasuk rekan-rekan seperjuangan yang telah tewas dan meninggalkan dirinya untuk selamanya, sebagai kusuma bangsa.
“Saya sedih jika ingat masa lalu, ingat teman teman yang tewas sewaktu kita berjuang bersama di hutan di Irian Barat,”kenangnya.
Kesetiaannya pada ibu pertiwi dan pada teman-temannnya yang telah dipanggil Sang Kholik membuatnya sangat bersedih. Tampak tergambar gamblang, sosok pria yang memiliki jiwa kemanusiaan tinggi ini mengharu biru dalam pergolakan bathin yang tak terlukiskan.
Veteran yag memiliki darah juang yang tinggi dan dedikasi yang tiada tara ini mendapatkan renovasi rumah gratis dari TNI. Program RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) bagi kalangan veteran dan terpilihlah Syukur Al Suhana. Rumah yang kini telah di renovasi di Komplek Pondok Cipta Blok G No 41 RT 06 RW 11, Kelurahan Bintara, Kecamatan Bekasi Barat ini sebelumnya terbilang mengenaskan, air selalu membanjiri rumah yang atapnya bocor, karena tak lagi punya biaya untuk memperbaikinya.
Dikisahkan oleh Al Suhana bahwa ia masih terngiang komandan dan teman teman seperjuangan kala itu, di antaranya Komandan Letnan Satu Yanto, Pelda Kasian semuanya sudah meninggal. Pria kelahiran tahun 1938 ini masih ingat ketika ia berjuang di Irian Barat. Berjuang di Irian Barat dan dapat Penghargaan Lencana Bintang 1 dari Presiden Soekarno.
“Waktu di Irian Barat ada 3 buah pesawat diterjunkan, karena kan Angkatan Udara. Begitu terjun di Irian Barat, teman teman saya banyak yang meninggal ada yang masuk jurang dan mereka juga di sana ada nggak makan selama 3 bulan. Minum dari air di dedaunan di hutan dan makan pun sama. Sempat mencuri singkong untuk bertahan hidup punya penduduk di sana karena saking laparnya,”kisahnya sedih.
Saat teringat perjuangan bersama teman temannya yang terjatuh di jurang saat di Irian Barat, ia tampak tak kuasa melanjutkan perbincangan. Air mata pun sepertinya telah beku dan tak lagi menetes.
“Ada Karno, Mukrawi, Temon, Kurnia, Jejen. Kurnia mereka jatuh di jurang dan kita sudah berusaha menolong. Kurnia masuk jurang. Mukrawi kan orangnya tinggi dan gede kita bareng tolong, tapi…….” Al Suhana tak kuasa melanjutkan, tampak tersirat kepedihan karena teman seperjuangan tewas saat terjatuh di jurang belantara Irian Barat.
Kehidupan di hutan dan perjuangan membebaskan Irian Barat tampaknya masih selalu terngiang di pelupuk mata Al Suhana. Dan rekan rekan seperjuangan kini hampir telah tiada. Bersyukur dirinya masih diberikan umur yang panjang oleh Allah.
“Ya saya bersyukur.”
Selain berjuang atas pembebasan Irian Barat ia juga tercatat sebagai veteran Pejuang Tim Tim. Syukur Al Suhana berjuang ke Timur Timor 2 kali, yang pertama selama setahun dan yang kedua selama 3 bulan.
“Ya saya juga Pejuang Seroja,”pungkasnya. (Tejo Nagasakti)
sumber: Megapolitan.co
0
1.9K
Kutip
8
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan