- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer
"Kami Minta Presiden Mencopot KSAU, Danlanud Soewondo, Komandan Paskhas TNI"


TS
gajahmadeinmars
"Kami Minta Presiden Mencopot KSAU, Danlanud Soewondo, Komandan Paskhas TNI"
Quote:
"Kami Minta Presiden Mencopot KSAU, Danlanud Soewondo, dan Komandan Paskhas TNI di Medan"
Selasa, 16 Agustus 2016 | 19:39 WIB
0
Shares
Kontributor Medan, Mei Leandha KOMPAS.com/ Mei Leandha - Aksi solidaritas ratusan jurnalis Kota Medan di depan kantor Komando Operasi Angkatan Udara I Pangkalan TNI AU Soewondo, mereka memprotes penganiayaan yang dilakukan TNI AU, Selasa (16/8/2016)
Terkait
Jurnalis RRI Bengkulu Mengaku Dapat Ancaman dari Oknum Perwira TNI Warga Medan Bentrok dengan TNI AU, 11 Orang Terluka Termasuk Jurnalis Jurnalis Kecam Kekerasan Oknum TNI AU terhadap Wartawan di Medan Kronologi Kekerasan Oknum TNI AU terhadap Wartawan dan Warga di Medan
MEDAN, KOMPAS.com - Ratusan jurnalis berbagai media di Kota Medan, , Selasa (16/8/2016), melakukan aksi solidaritas. Mereka mengecam tindakan TNI AU yang menganiaya masyarakat serta dua awak media Array Argus dari Harian Tribun Medan dan Andri Syafrin Purba dari MNC TV yang sedang meliput aksi Forum Masyarakat Sari Rejo (Formas) Sumatera Utara.
Para wartawan yang tergabung dalan organisasi jurnalis, seperti FJPI Sumut, AJI dan PFI Medan, kemudian PWI, IJTI, dan AMCI Sumut, berjalan kaki mengantarkan karangan bunga ke kantor Komando Operasi Angkatan Udara I Pangkalan TNI AU Soewondo di Jalan Imam Bonjol Medan.
Mereka bergantian berorasi, kemudian meletakkan karangan buka serta poster-poster berisi kecaman di depan kantor milik TNI AU tersebut.
"Kami sangat berduka, sampai hari ini masih banyak aparat yang belum memahami UU Pers. Ketidakpahaman aparat TNI AU inilah yang menyebabkan dua rekan kami menjadi korban penganiayaan. Kami minta Presiden mencopot KSAU, Danlanud Soewondo, dan Komandan Paskhas TNI di Medan," kata Ketua IJTI Sumut, Edi Irawan.
(Baca juga Kronologi Kekerasan Oknum TNI AU terhadap Wartawan dan Warga di Medan)
Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Ramdeswati Pohan mengatakan, penganiayaan yang dilakukan AURI kepada jurnalis bukan yang pertama kali. Maka, pelaku kali ini harus ditindak dan mendapat sanksi hukum yang bisa membuat efek jera kepada yang lain serta memberikan rasa adil kepada para korban.
"Tolak upaya damai yang menggiring kasus ini ditutup begitu saja. Apa yang mereka lakukan sudah sangat tidak manusiawi, tidak bisa diselesaikan hanya dengan permintaan maaf. Ini soal idealisme dan prinsip kita sebagai jurnalis. Kita harus bersatu melawan kekuatan-kekuatan penuh kepentingan ini," tegas perempuan yang biasa dipanggil Desi itu.
Sementara Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Sumut juga mengecam aksi represifitas yang dilakukan TNI AU tersebut.
"Ada ibu-ibu dan anak-anak ada yang dipukuli secara membabi buta oleh TNI AU saat sweeping dan polisi yang berjaga terkesan melakukan pembiaran," kata Staf Advokasi Kontras Sumut, Ronal.
Menurut dia, dirinya berada di lokasi ketika terjadi bentrokan. Dia melihat camat Medan Polonia sudah meminta TNI AU untuk menahan diri dan tidak melakukan penyerangan ke masyarakat. Namun permintaan itu tidak digubris, TNI AU malah semakin membabi buta mengejar warga sampai masuk ke dalam rumah warga. Bahkan ada yang mengejar warga hingga ke masjid.
"Kami mendesak Panglima TNI mengevaluasi tindakan arogan TNI AU tersebut, tindakan mereka kami nilai begitu arogan dan tidak manusiawi," tegasnya.
Hal serupa juga disampaikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan. Wakil Direktur LBH Medan Ismail Hasan Koto menyatakan, tindakan TNI menganiaya masyarakat dan wartawan telah melanggar HAM.
Dia menilai, tindakan tersebut merupakan bentuk pembungkaman kepada masyarakat dalam menyuarakan aspirasinya yang di jamin Undang-Undang.
"Kami menilai ini tindakan biadab dan tidak manusiawi, kami minta Panglima TNI segera copot Danlanud Suwondo dan membentuk tim penyidik bekerjasama dengan Komnas HAM sehingga para pelaku bisa diproses hukum. TNI AURI Suwondo juga sudah mencederai kebebasan pers di Indonesia dan ini dengan Undang-undang Pers," sebut Ismail.
Seperti diberitakan, bentrok terjadi saat aksi damai Formas Sumut dengan TNI AU. Warga menolak tanahnya dipatok-patok untuk dijadikan Rusunawa. Aksi yang diliput para jurnalis ini berakhir ricuh hingga menjatuhkan 11 korban, dua diantaranya adalah jurnalis yang sampai saat ini masih di rawat di rumah sakit karena menderita patah tulang rusuk dan leher.
http://regional.kompas.com/read/2016...campaign=Kknwp
Selasa, 16 Agustus 2016 | 19:39 WIB
0
Shares
Kontributor Medan, Mei Leandha KOMPAS.com/ Mei Leandha - Aksi solidaritas ratusan jurnalis Kota Medan di depan kantor Komando Operasi Angkatan Udara I Pangkalan TNI AU Soewondo, mereka memprotes penganiayaan yang dilakukan TNI AU, Selasa (16/8/2016)
Terkait
Jurnalis RRI Bengkulu Mengaku Dapat Ancaman dari Oknum Perwira TNI Warga Medan Bentrok dengan TNI AU, 11 Orang Terluka Termasuk Jurnalis Jurnalis Kecam Kekerasan Oknum TNI AU terhadap Wartawan di Medan Kronologi Kekerasan Oknum TNI AU terhadap Wartawan dan Warga di Medan
MEDAN, KOMPAS.com - Ratusan jurnalis berbagai media di Kota Medan, , Selasa (16/8/2016), melakukan aksi solidaritas. Mereka mengecam tindakan TNI AU yang menganiaya masyarakat serta dua awak media Array Argus dari Harian Tribun Medan dan Andri Syafrin Purba dari MNC TV yang sedang meliput aksi Forum Masyarakat Sari Rejo (Formas) Sumatera Utara.
Para wartawan yang tergabung dalan organisasi jurnalis, seperti FJPI Sumut, AJI dan PFI Medan, kemudian PWI, IJTI, dan AMCI Sumut, berjalan kaki mengantarkan karangan bunga ke kantor Komando Operasi Angkatan Udara I Pangkalan TNI AU Soewondo di Jalan Imam Bonjol Medan.
Mereka bergantian berorasi, kemudian meletakkan karangan buka serta poster-poster berisi kecaman di depan kantor milik TNI AU tersebut.
"Kami sangat berduka, sampai hari ini masih banyak aparat yang belum memahami UU Pers. Ketidakpahaman aparat TNI AU inilah yang menyebabkan dua rekan kami menjadi korban penganiayaan. Kami minta Presiden mencopot KSAU, Danlanud Soewondo, dan Komandan Paskhas TNI di Medan," kata Ketua IJTI Sumut, Edi Irawan.
(Baca juga Kronologi Kekerasan Oknum TNI AU terhadap Wartawan dan Warga di Medan)
Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Ramdeswati Pohan mengatakan, penganiayaan yang dilakukan AURI kepada jurnalis bukan yang pertama kali. Maka, pelaku kali ini harus ditindak dan mendapat sanksi hukum yang bisa membuat efek jera kepada yang lain serta memberikan rasa adil kepada para korban.
"Tolak upaya damai yang menggiring kasus ini ditutup begitu saja. Apa yang mereka lakukan sudah sangat tidak manusiawi, tidak bisa diselesaikan hanya dengan permintaan maaf. Ini soal idealisme dan prinsip kita sebagai jurnalis. Kita harus bersatu melawan kekuatan-kekuatan penuh kepentingan ini," tegas perempuan yang biasa dipanggil Desi itu.
Sementara Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Sumut juga mengecam aksi represifitas yang dilakukan TNI AU tersebut.
"Ada ibu-ibu dan anak-anak ada yang dipukuli secara membabi buta oleh TNI AU saat sweeping dan polisi yang berjaga terkesan melakukan pembiaran," kata Staf Advokasi Kontras Sumut, Ronal.
Menurut dia, dirinya berada di lokasi ketika terjadi bentrokan. Dia melihat camat Medan Polonia sudah meminta TNI AU untuk menahan diri dan tidak melakukan penyerangan ke masyarakat. Namun permintaan itu tidak digubris, TNI AU malah semakin membabi buta mengejar warga sampai masuk ke dalam rumah warga. Bahkan ada yang mengejar warga hingga ke masjid.
"Kami mendesak Panglima TNI mengevaluasi tindakan arogan TNI AU tersebut, tindakan mereka kami nilai begitu arogan dan tidak manusiawi," tegasnya.
Hal serupa juga disampaikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan. Wakil Direktur LBH Medan Ismail Hasan Koto menyatakan, tindakan TNI menganiaya masyarakat dan wartawan telah melanggar HAM.
Dia menilai, tindakan tersebut merupakan bentuk pembungkaman kepada masyarakat dalam menyuarakan aspirasinya yang di jamin Undang-Undang.
"Kami menilai ini tindakan biadab dan tidak manusiawi, kami minta Panglima TNI segera copot Danlanud Suwondo dan membentuk tim penyidik bekerjasama dengan Komnas HAM sehingga para pelaku bisa diproses hukum. TNI AURI Suwondo juga sudah mencederai kebebasan pers di Indonesia dan ini dengan Undang-undang Pers," sebut Ismail.
Seperti diberitakan, bentrok terjadi saat aksi damai Formas Sumut dengan TNI AU. Warga menolak tanahnya dipatok-patok untuk dijadikan Rusunawa. Aksi yang diliput para jurnalis ini berakhir ricuh hingga menjatuhkan 11 korban, dua diantaranya adalah jurnalis yang sampai saat ini masih di rawat di rumah sakit karena menderita patah tulang rusuk dan leher.
http://regional.kompas.com/read/2016...campaign=Kknwp
kasus apa lagi ini, ada yang tahu?



tien212700 memberi reputasi
1
16.9K
Kutip
48
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan