Kaskus

Entertainment

vaughan12Avatar border
TS
vaughan12
Menelisik Perjalanan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lagu yang pertama kali diperkenalkan oleh komponisnya sendiri, Wage Rudolf Supratman pada Kongres Pemuda II 1928 di Batavia ini memiliki perjalanan panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.


Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku…

Spoiler for Partitur:

Partitur lagu Indonesia Raya versi awal yang
diterbitkan pertama kali oleh Koran Sin Po
edisi 10 November 1928, foto: nrmnews.com


Lagu Indonesia Raya tentu sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam diri orang Indonesia. Lagu ini selalu dikumandangkan mulai dari upacara setiap hari Senin di sekolah-sekolah, instansi pemerintahan, hingga menjadi lambang kebanggaan kala diperdengarkan saat para atlet bulu tangkis Indonesia menyabet gelar bergensi di Olimpiade, Thomas-Uber Cup, sampai kejuaraan All England.
Lagu yang pertama kali diperkenalkan oleh komponisnya sendiri, Wage Rudolf Supratman pada Kongres Pemuda II di Batavia ini memiliki perjalanan panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Kongres Pemuda II berlangsung selama dua hari dari 27 -28 Oktober 1928. Pada tanggal 27 Oktober, kongres berlangsung di gedung Katholikee Jongelingen Bond (Gedung Pemuda Katolik), Batavia yang kini menjadi Lapangan Banteng. Tanggal 28 Oktober, kongres berlangsung di gedung Oost Java yang tepatnya kini di Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 14, Jakarta Pusat.
Saat penutupan kongres hari kedua di gedung Oost Java, WR Supratman tampil dengan biolanya. Di hadapan para peserta kongres, ia memainkan melodi lagu Indonesia Raya yang kemudian disambut antusias oleh seluruh hadirin. Ada pertimbangan khusus mengapa saat itu lagu Indonesia Raya dimainkan dengan solo biola tanpa syair. Ketua kongres, Sugondo Djojopuspito merasa terlalu riskan bagi keberlangsungan kongres jika lagu Indonesia Raya dinyanyikan dengan syair. Maklum, pemerintah kolonial Hindia Belanda yang berkuasa saat itu masih sangat protektif terhadap setiap gerakan menuju persatuan dan kemerdekaan dari bangsa Indonesia.
Dari Kongres Pemuda II, lagu Indonesia Raya yang dianggap sebagai lagu pemersatu di kalangan orang Indonesia disebarluaskan melalui surat kabar. Koran Sin Po, surat kabar Tionghoa berbahasa Melayu milik pengusaha Yo Kim Tjan pertama kali menerbitkan notasi dan syair lagu Indonesia Raya pada tanggal 10 November 1928. Saat itu, Indonesia Raya masih ditulis dalam versi asli sesuai ciptaan WR Supratman dengan birama 6/8 dalam tangga nada C Mayor. Tidak seperti lagu Indonesia Raya saat ini dengan birama 4/4 dalam tangga nada G Mayor. Tidak ada keterangan detail mengenai tanda tempo yang ditulis oleh WR Supratman, hanya ada kalimat petunjuk ‘Djangan terlaloe tjepat’ pada sisi kiri atas partitur.
Sejak publikasi melalui Koran Sin Po pada 10 November 1928, lagu Indonesia Raya semakin banyak dikenal dan semakin akrab di kalangan orang Indonesia terutama kaum muda sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan dalam rapat-rapat partai politik dan berbagai organisasi sebagai perwujudan kehendak untuk Indonesia merdeka di masa depan.
Pemerintah kolonial pun merasakan bahwa keberadaan lagu Indonesia Raya menjadi alat ampuh di kalangan orang Indonesia untuk mengobarkan semangat kemerdekaan. Akibatnya, WR Supratman terkena imbasnya dan ia selalu diburu aparat kolonial hingga jatuh sakit di Surabaya. Pada awal Agustus 1938 WR Supratman ditangkap pemerintah kolonial ketika mengumandangkan lagu baru ciptaannya berjudul “Matahari Terbit” bersama para pemuda di NIROM Surabaya. NIROM, kependekan dari Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij merupakan Radio pemerintah Hindia Belanda saat itu yang pasca-kemerdekaan Indonesia berubah menjadi Radio Republik Indonesia (RRI).

Spoiler for Wage Rudolf Supratman:

Sang komponis, Wage Rudolf Supratman,
meninggal pada 17 Agustus 1938,
tepat 7 tahun sebelum Indonesia merdeka, foto: Wikipedia.com


WR Supratman kemudian dijebloskan ke penjara Kalisosok, Surabaya. Kondisi kesehatannya semakin memburuk dan akhirnya ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 di kediaman Jalan Mangga 21 Surabaya, tepat 7 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia meninggal di usia muda, 35 tahun dan dimakamkan di Kenjeran, Surabaya.
Lagu Indonesia Raya terus melanjutkan perjalanannya dalam sejarah Indonesia. Tepat 7 tahun setelah WR Supratman meninggal, lagu Indonesia Raya dikumandangkan secara resmi sebagai lagu kebangsaan saat Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 yang berlangsung di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Seusai Ir Soekarno membacakan teks proklamasi, dan pengibaran pertama bendera pusaka merah putih dilaksanakan, lantas lagu Indonesia Raya dinyanyikan bersama-sama.
Ada satu tahapan unik dalam perjalanan Lagu Indonesia Raya. Pada tahun 1950, Jusuf Ronodipuro, pimpinan RRI meminta Jos Cleber seorang komponis dan konduktor berkebangsaan Belanda yang saat itu sedang bertugas di Indonesia untuk mengaransemen lagu Indonesia Raya dalam format orkestra. Jos Cleber yang sejak tahun 1948 tinggal di Indonesia dan membentuk Orkes Kosmopolitan untuk Radio Batavia menyanggupi permintaan ini.
Setelah bekerja selama beberapa waktu, Jos Cleber berhasil menyelesaikan aransemen orkestra lagu Indonesia Raya yang kemudian direkam di Studio RRI dan dimainkan oleh orkestra yang dipimpin oleh Jos Cleber serta dua orkestra dari RRI.
Bersama Jusuf Ronodipuro, Jos Cleber mengajukan usulan aransemen ini kepada Presiden Soekarno. Ternyata Presiden Soekarno memberi masukan supaya aransemen ini direvisi menjadi lebih agung dan gagah. Atas masukan Soekarno, Jos Cleber membuat aransemen versi kedua dengan tanda tempo baru untuk lagu Indonesia Raya, ‘Maestoso con Bravura’ (dengan agung dan gagah).
Aransemen kedua ini sangat disukai oleh Presiden Soekarno. Jos Cleber kemudian masih memperbaiki aransemen keduanya hingga akhirnya aransemen versi ketiga diterima oleh Presiden Soekarno sebagai aransemen resmi lagu Indonesia Raya saat itu. Sebuah fenomena unik ketika Jos Cleber secara tulus bekerja keras untuk membuat aransemen lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dahulu dijajah oleh bangsanya sendiri. Dari pihak Indonesia, Jusuf Ronodipuro dan Presiden Soekarno pun sangat mengapresiasi pekerjaaan Jos Cleber ini.
Perjalanan lagu Indonesia Raya masih terus berlanjut. Pada tahun 1958, Pemerintah membentuk Panitia Peninjauan Lagu Indonesia Raya. Panitia ini membuat keputusan bersejarah bagi lagu Indonesia Raya yang terus berlaku hingga kini, yakni penetapan bahwa lagu Indonesia Raya tidak lagi berbirama 6/8 sesuai versi awal ciptaan WR Supratman, namun menjadi berbirama 4/4.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, lagu Indonesia Raya tetap menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia hingga kini. Dalam peringatan 68 tahun kemerdekaan tanggal 17 Agustus mendatang, lagu Indonesia Raya akan dikumandangkan dari Istana Negara dan berbagai penjuru Nusantara tercinta. Tanggal 17 Agustus tentu juga akan menjadi tanda pengingat terhadap sang komponis lagu ini, WR Supratman yang meninggal pada tanggal yang sama 75 tahun lalu setelah ia berjuang tanpa lelah bagi bangsa ini melalui karya-karya musiknya. Dirgahayu!

ember
Diubah oleh vaughan12 23-08-2013 08:57
0
3.9K
19
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan