

TS
ken8484
Dear Ex.
Chapter 1 : Amelia
Manado, Januari 2013
"Ken!!!!!"
"Ping!!! Ping!!"
Sebuah BBM datang. Menganggu kenyamanan dan ketenangan celana beserta isinya. Antara mau merogoh kocek atau tetap mempertahankan keadaan yang menyenangkan ini, reflek, gw ambil juga BB Tourch 1 yang sering ganti Flexibel ini.
Gw lihat pengirimnya. Amelia. Lama sekali gw ga denger kabar dari Amelia
"Keeenn....Aku dilamar!!!!" diiringi icon wink yang menggoda.
"Wow, selamat ya Mel!!! Akhirnya!!. Hehe" gw balas dengan diplomatis
Ini untuk ketiga kalinya dalam sejarah kehidupan cinta gw, Mantan gw dilamar dan memutuskan untuk menikah. Dalam 5 tahun ini, silih berganti orang-orang yang dulu pernah gw sayang, mengikuti siklus yang memang seharusnya terjadi dikehidupan manusia. Berkembang biak, menghalalkan hasrat yang ada, dan kemudian menderita menjalaninya. Sebuah prosesi formal, suatu perjanjian over kredit, memindahkan tanggung jawab financial seorang anak kepada calon suaminya. Itulah esensi pernikahan yang sesungguhnya.
"Jadinya sama si Miki Mel?"?
"Bukaaaaan.., Sama Ricky"
"Wah, selingkuhan kmu yang di medan itu?"
"Hehehe.. iya"
Pacar jadi selingkuhan, selingkuhan jadi pacar trus jadi suami. Good job Amelia!!!. Kamu berhasil mengubah pepatah lama.
Lebih dari 3 tahun, gw pisah sama Amelia. Namun sepertinya dia tidak pernah berubah juga. Always love a bad guy. Perpisahan gw sama Amelia bisa dibilang tidak terlalu smoth. Amelia adalah orang yang paling parah menghancurkan hati gw selama perjalanan kisah cinta gw. Dia pula yang merubah gw dari orang yang paling cuek menjadi sedikit lebih perhatian pada hal-hal kecil setelah kehilangannya. Dan dia juga orang yang membuat gw mengiyakan pepatah "You don't know what you've got till its gone" .
Tapi, saat ini kita benar2 sudah bersahabat murni. Sharing tentang pekerjaan, hidup dan cinta. No more hope and agenda, pure friend. Dan saat ini gw sangat senang akan kabar yang baru gw dengar. Setelah lulus dari kuliah dari Bandung, dia bekerja di instansi pemerintahan dan ditempatkan di Padang, tempat kelahiran gw. Sementara gw sendiri, saat ini ditempatkan di Manado. The city of angle. Broken angle.
"Kamu kapan?"
Here we go again. Pertanyaan yang selalu muncul kemudian. Pertanyaan berat bagi orang-orang yang berumur 28 tahun tapi belum menikah. Sebuah pertanyaanya yang bisa dijawab "its not your business" tapi tidak cocok bagi kita yang orang timur ini.
"Haha... pertanyaan kmu ka. Ga perlu aku jawab kan"
"Harus!!!"
"Hmmm, Mungkin saat Anang merebut Krisdayanti kembali dari Raul Lemos, baru aku jawab ya"
"Hahahhaha. You Never change! Selalu cerdas kalo lagi ngeles"
"Iya dong mel. Masalah Anang-Krisdayanti-Raul itu bukan hanya persoalan mereka loh. Ini menyangkut harga diri bangsa, tanah air kita tercinta. Kita harus rebut Krisdayanti dari Timor-timur. Kembalikan ke pangkuan ibu pertiwi!!"
"Hahaha... kamu mah!!! Eh, datang ya kalo gw nikah!"
"Ah, lu mantan ketiga yang minta gw datang pas pernikahan ka. Kalo gw datang, berarti itu sejarah baru. Mending jangan deh ka. Gw ga mau calon anak-anak gw ntar, mikir kalo bapaknya ga punya prinsip, hehe!"
"Sh Ken, mikirnya kejauhan. Please.......!!!!"
"Oke, gw usahakan ya, tapi ga janji!!"
-------------------------------------------------------
Bandung Maret 2009, Semester 11
Hari itu, gw sebenarnya enggan menyanggupi ajakan teman-teman satu kontrakan untuk dugem di tempat yang lagi Happening di kota yang selalu dicintai oleh orang yang pernah singgah, Bandung. Hingga lantunan musik pada malam ini tidak membantu sama sekali memperbaiki mood gw yang lagi jelek.
Mario dan kakak gw, Andrew, sudah memisahkan diri terlebih dahulu dari kumpulan. Emang udah jadi kebiasan, mereka sudah berkeliaran untuk mencari mangsa baru yang akan mereka ajak kencan. Kombinasi mereka berdua -harus- gw akui sering mendatangkan hasil. Andrew sebagai starter, sementara Mario dengan kelebihan humornya yang bertugas memaintanance sekaligus finishing. Ya seperti Batistuta dan Rui costa pada saat zaman keemasan Fiorentina pertengahan tahun 90-an
Gw duduk bareng Ryan dan Riri, didekat bar. Bir yang ada di depan meja, juga tidak mampu mengusir rasa bosan gw saat itu. Beberapa jam berlalu, tidak ada perubahan hingga ada satu cewek persis didepan meja, menarik perhatian gw.
Dia mempesona dengan gerakan kakinya. cantik, menarik, tinggi, putih dan lincah. Luwes caranya nge-dance, tapi sedikit tertahan hingga memberikan kesan lucu.
"Yan, yang itu cantik ya, yang pake baju putih, jeans biru"
"Yang pake higheel ken?"
"Iya"
"Hmmm, lumayan, tapi bukan tipe gw ken. lo mau? kenalan lah"
Gw berpikir sejenak. "Males ah yan, lagian gw juga udah punya fitri, udah lebih dari cukup"
Gw baru pacaran sama fitri satu bulanan. Fitri umurnya 4 tahun dibawah gw. Kulitnya putih bersih, ga terlalu tinggi, dengan wajah innocent tapi bodynya sangat bertolak belakang dengan wajahnya. Jujur, fitri adalah pacar gw dengan body paling oke sepanjang sejarah kehidupan cinta gw. Namun, ada satu yang terasa kurang, dia terlalu pendiam, hingga keceriaan yang gw harapkan timbul dari pasangan tidak gw dapatkan dari fitri.
Lama-lama, rasa penasaran pada cewek yang ngedance di depan gw masih belum bisa gw hilangkan. Semakin lama malah hasrat gw untuk kenalan makin tinggi. Namun kadar PD gw pada malam itu berada dibawah garis kemiskinan. Makanya gw jadi ragu dan memilih untuk terus berpikir daripada bertindak.
"Yan, gw jadi pengen kenalan"
"Yah ken, tinggal ngomong aja, apa perlu gw yang nyamperin?"
Tanpa sengaja, obrolan gw didenger oleh sahabat cewek gw, Riri.
"Yang mana ken? yang itu? yang pake jeans?"
"Iya rie, yang itu"
"Ya kenalan lah?"
"Hmmm, oke"
Lain di mulut, lain di tindakan. Gw ga maju maju. Ryan dan Riri pun mulai geram. Itulah masalah gw. Gw kalo sudah suka diawal, jadi ga beranian. Sudah layu sebelum berkembang. Mending gw ga kenal dulu atau ga suka dulu, baru gw bisa lepas. Tanpa beban lebih baik. Orang yang paling sulit dikalahkan adalah orang yang nothing to lose.
Riri dan Ryan sudah mulai mengerti dengan kegelisahan gw. Tanpa diminta, Riri beranjak dari kursinya dan berjalan menuju cewek berjeans biru. Mereka kemudian teribat dalam sebuah obrolan. Seketika cewek dengan jeans biru memandang kearah tempat gw duduk. Beberapa saat, kemudian kembali ngobrol lagi dengan Riri. Riri mengeluarkan Hpnya dan mencatat sesuatu.
Kejadian itu begitu cepat. Riri berjalan ke arah gw.
"Keluarin hp lo Ken. Catat 081322******, dan namanya Amelia"
Reflek, gw keluarin HP dan kemudian mencatat apa yang di dikte Riri.
"Oke, dia dah ngasih No, nya. berarti udah da sinyal. noh.. samperin"
"Oke"
Lagi-lagi lain di mulut lain di tindakan. Gw ga beranjak sama sekali dari singgasana gw. Namun paksaan riri dan rian, membuat gw gerah dan pada akhirnya nyamperin wanita bre jeans biru".
"Thank ya, tadi dah ngasih nomornya" gw memulai pembicaraan dengan terbata-bata"
"Oh.. iya"
Damn, jawabannya singkat betul.
"Hmmm berdua aja?" gw mulai membuka pertanyaan lagi.
"Iya" kemudian dia kembali asyik nge dance.
Damn. Lagi lagi,gw yang bodoh menanyakan pertanyaan tertutup. Freeze, tak tahu mau ngomong apa.
"Oh ya udah, tar aku call aja ya Mel" Dia tidak menjawab. Hanya menjawab dengan isyarat jempol diantara kepalan tangannya.
Kacau ini!! Gagal. Bodoh. Berjalan kembali ke meja, di sambut oleh tawa Riri dan Ryan yang sudah tahu the Failure of Communication yang gw sebabkan. Tapi mereka tahu, gw hanya bisa begitu, jika yang gw taksir adalah cewek yang benar-benar gw suka. Karena mereka tahu, jika perasaan gw datar atau sedikit tertarik, Gw lebih PD dan lebih gombal.
"Mungkin bukan hari ini Ken" bisik Ryan.
Perkenalan dengan Amelia malam itu, dibuka dengan gerakan yang tidak cool atau lebih tepatnya Bodoh.
Manado, Januari 2013
"Ken!!!!!"
"Ping!!! Ping!!"
Sebuah BBM datang. Menganggu kenyamanan dan ketenangan celana beserta isinya. Antara mau merogoh kocek atau tetap mempertahankan keadaan yang menyenangkan ini, reflek, gw ambil juga BB Tourch 1 yang sering ganti Flexibel ini.
Gw lihat pengirimnya. Amelia. Lama sekali gw ga denger kabar dari Amelia
"Keeenn....Aku dilamar!!!!" diiringi icon wink yang menggoda.
"Wow, selamat ya Mel!!! Akhirnya!!. Hehe" gw balas dengan diplomatis
Ini untuk ketiga kalinya dalam sejarah kehidupan cinta gw, Mantan gw dilamar dan memutuskan untuk menikah. Dalam 5 tahun ini, silih berganti orang-orang yang dulu pernah gw sayang, mengikuti siklus yang memang seharusnya terjadi dikehidupan manusia. Berkembang biak, menghalalkan hasrat yang ada, dan kemudian menderita menjalaninya. Sebuah prosesi formal, suatu perjanjian over kredit, memindahkan tanggung jawab financial seorang anak kepada calon suaminya. Itulah esensi pernikahan yang sesungguhnya.
"Jadinya sama si Miki Mel?"?
"Bukaaaaan.., Sama Ricky"
"Wah, selingkuhan kmu yang di medan itu?"
"Hehehe.. iya"
Pacar jadi selingkuhan, selingkuhan jadi pacar trus jadi suami. Good job Amelia!!!. Kamu berhasil mengubah pepatah lama.
Lebih dari 3 tahun, gw pisah sama Amelia. Namun sepertinya dia tidak pernah berubah juga. Always love a bad guy. Perpisahan gw sama Amelia bisa dibilang tidak terlalu smoth. Amelia adalah orang yang paling parah menghancurkan hati gw selama perjalanan kisah cinta gw. Dia pula yang merubah gw dari orang yang paling cuek menjadi sedikit lebih perhatian pada hal-hal kecil setelah kehilangannya. Dan dia juga orang yang membuat gw mengiyakan pepatah "You don't know what you've got till its gone" .
Tapi, saat ini kita benar2 sudah bersahabat murni. Sharing tentang pekerjaan, hidup dan cinta. No more hope and agenda, pure friend. Dan saat ini gw sangat senang akan kabar yang baru gw dengar. Setelah lulus dari kuliah dari Bandung, dia bekerja di instansi pemerintahan dan ditempatkan di Padang, tempat kelahiran gw. Sementara gw sendiri, saat ini ditempatkan di Manado. The city of angle. Broken angle.
"Kamu kapan?"
Here we go again. Pertanyaan yang selalu muncul kemudian. Pertanyaan berat bagi orang-orang yang berumur 28 tahun tapi belum menikah. Sebuah pertanyaanya yang bisa dijawab "its not your business" tapi tidak cocok bagi kita yang orang timur ini.
"Haha... pertanyaan kmu ka. Ga perlu aku jawab kan"
"Harus!!!"
"Hmmm, Mungkin saat Anang merebut Krisdayanti kembali dari Raul Lemos, baru aku jawab ya"
"Hahahhaha. You Never change! Selalu cerdas kalo lagi ngeles"
"Iya dong mel. Masalah Anang-Krisdayanti-Raul itu bukan hanya persoalan mereka loh. Ini menyangkut harga diri bangsa, tanah air kita tercinta. Kita harus rebut Krisdayanti dari Timor-timur. Kembalikan ke pangkuan ibu pertiwi!!"
"Hahaha... kamu mah!!! Eh, datang ya kalo gw nikah!"
"Ah, lu mantan ketiga yang minta gw datang pas pernikahan ka. Kalo gw datang, berarti itu sejarah baru. Mending jangan deh ka. Gw ga mau calon anak-anak gw ntar, mikir kalo bapaknya ga punya prinsip, hehe!"
"Sh Ken, mikirnya kejauhan. Please.......!!!!"
"Oke, gw usahakan ya, tapi ga janji!!"
-------------------------------------------------------
Bandung Maret 2009, Semester 11
Hari itu, gw sebenarnya enggan menyanggupi ajakan teman-teman satu kontrakan untuk dugem di tempat yang lagi Happening di kota yang selalu dicintai oleh orang yang pernah singgah, Bandung. Hingga lantunan musik pada malam ini tidak membantu sama sekali memperbaiki mood gw yang lagi jelek.
Mario dan kakak gw, Andrew, sudah memisahkan diri terlebih dahulu dari kumpulan. Emang udah jadi kebiasan, mereka sudah berkeliaran untuk mencari mangsa baru yang akan mereka ajak kencan. Kombinasi mereka berdua -harus- gw akui sering mendatangkan hasil. Andrew sebagai starter, sementara Mario dengan kelebihan humornya yang bertugas memaintanance sekaligus finishing. Ya seperti Batistuta dan Rui costa pada saat zaman keemasan Fiorentina pertengahan tahun 90-an
Gw duduk bareng Ryan dan Riri, didekat bar. Bir yang ada di depan meja, juga tidak mampu mengusir rasa bosan gw saat itu. Beberapa jam berlalu, tidak ada perubahan hingga ada satu cewek persis didepan meja, menarik perhatian gw.
Dia mempesona dengan gerakan kakinya. cantik, menarik, tinggi, putih dan lincah. Luwes caranya nge-dance, tapi sedikit tertahan hingga memberikan kesan lucu.
"Yan, yang itu cantik ya, yang pake baju putih, jeans biru"
"Yang pake higheel ken?"
"Iya"
"Hmmm, lumayan, tapi bukan tipe gw ken. lo mau? kenalan lah"
Gw berpikir sejenak. "Males ah yan, lagian gw juga udah punya fitri, udah lebih dari cukup"
Gw baru pacaran sama fitri satu bulanan. Fitri umurnya 4 tahun dibawah gw. Kulitnya putih bersih, ga terlalu tinggi, dengan wajah innocent tapi bodynya sangat bertolak belakang dengan wajahnya. Jujur, fitri adalah pacar gw dengan body paling oke sepanjang sejarah kehidupan cinta gw. Namun, ada satu yang terasa kurang, dia terlalu pendiam, hingga keceriaan yang gw harapkan timbul dari pasangan tidak gw dapatkan dari fitri.
Lama-lama, rasa penasaran pada cewek yang ngedance di depan gw masih belum bisa gw hilangkan. Semakin lama malah hasrat gw untuk kenalan makin tinggi. Namun kadar PD gw pada malam itu berada dibawah garis kemiskinan. Makanya gw jadi ragu dan memilih untuk terus berpikir daripada bertindak.
"Yan, gw jadi pengen kenalan"
"Yah ken, tinggal ngomong aja, apa perlu gw yang nyamperin?"
Tanpa sengaja, obrolan gw didenger oleh sahabat cewek gw, Riri.
"Yang mana ken? yang itu? yang pake jeans?"
"Iya rie, yang itu"
"Ya kenalan lah?"
"Hmmm, oke"
Lain di mulut, lain di tindakan. Gw ga maju maju. Ryan dan Riri pun mulai geram. Itulah masalah gw. Gw kalo sudah suka diawal, jadi ga beranian. Sudah layu sebelum berkembang. Mending gw ga kenal dulu atau ga suka dulu, baru gw bisa lepas. Tanpa beban lebih baik. Orang yang paling sulit dikalahkan adalah orang yang nothing to lose.
Riri dan Ryan sudah mulai mengerti dengan kegelisahan gw. Tanpa diminta, Riri beranjak dari kursinya dan berjalan menuju cewek berjeans biru. Mereka kemudian teribat dalam sebuah obrolan. Seketika cewek dengan jeans biru memandang kearah tempat gw duduk. Beberapa saat, kemudian kembali ngobrol lagi dengan Riri. Riri mengeluarkan Hpnya dan mencatat sesuatu.
Kejadian itu begitu cepat. Riri berjalan ke arah gw.
"Keluarin hp lo Ken. Catat 081322******, dan namanya Amelia"
Reflek, gw keluarin HP dan kemudian mencatat apa yang di dikte Riri.
"Oke, dia dah ngasih No, nya. berarti udah da sinyal. noh.. samperin"
"Oke"
Lagi-lagi lain di mulut lain di tindakan. Gw ga beranjak sama sekali dari singgasana gw. Namun paksaan riri dan rian, membuat gw gerah dan pada akhirnya nyamperin wanita bre jeans biru".
"Thank ya, tadi dah ngasih nomornya" gw memulai pembicaraan dengan terbata-bata"
"Oh.. iya"
Damn, jawabannya singkat betul.
"Hmmm berdua aja?" gw mulai membuka pertanyaan lagi.
"Iya" kemudian dia kembali asyik nge dance.
Damn. Lagi lagi,gw yang bodoh menanyakan pertanyaan tertutup. Freeze, tak tahu mau ngomong apa.
"Oh ya udah, tar aku call aja ya Mel" Dia tidak menjawab. Hanya menjawab dengan isyarat jempol diantara kepalan tangannya.
Kacau ini!! Gagal. Bodoh. Berjalan kembali ke meja, di sambut oleh tawa Riri dan Ryan yang sudah tahu the Failure of Communication yang gw sebabkan. Tapi mereka tahu, gw hanya bisa begitu, jika yang gw taksir adalah cewek yang benar-benar gw suka. Karena mereka tahu, jika perasaan gw datar atau sedikit tertarik, Gw lebih PD dan lebih gombal.
"Mungkin bukan hari ini Ken" bisik Ryan.
Perkenalan dengan Amelia malam itu, dibuka dengan gerakan yang tidak cool atau lebih tepatnya Bodoh.
Diubah oleh ken8484 06-08-2016 17:33


anasabila memberi reputasi
1
1K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan